MOJOK.CO – Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Komisi IX DPR RI tengah gencar melakukan sosialisasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Program Bangga Kencana. Harapannya, sosialisasi itu bisa menekan angka stunting di Indonesia, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Prevalensi stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebenarnya tergolong rendah. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 sebesar 17,3 persen. Angka ini menjadikan DIY di posisi ketiga sebagai daerah dengan prevalensi stunting terendah se-Indonesia setelah Bali (10,9 persen) dan DKI Jakarta (16,8 persen).
Akan tetapi, sosialisasi menekan angka stunting tetap diperlukan demi mencapai target stunting 2024 di angka 14 persen. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo sebelumnya sempat mengungkapkan, penurunan stunting sangat penting demi mewujudkan komitmen pemerintah mewujudkan Generasi Emas 2045.
Dalam sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana yang digelar di Kelurahan Sinduadi, Kamis (27/7/2023) diungkapkan beberapa hal yang bisa dilakukan demi menekan angka stunting di DIY. Pasalnya, beberapa wilayah di Yogyakarta mengalami kasus yang unik.
Di Sleman misalnya, 95 persen anak yang stunting bukan dari keluarga miskin. Hal itu bisa jadi karena pola makan dan pola asuh yang tidak sesuai. Agar program penurunan stunting di daerah itu bisa tepat sasaran, Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman, Wildan Solichin akan melibatkan pendamping keluarga dan berbagai stakeholder.
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Pusat, Sukaryo Teguh Santoso menambahkan, mewujudkan keluarga yang berkualitas memang menjadi pekerjaan rumah BKKBN. Asal tahu saja, BKKBN memiliki dua tugas utama yaitu pengendalian penduduk dan membangun keluarga berkualitas. Saat ini upaya pengendalian penduduk bisa dikatakan berhasil karena rata-rata setiap keluarga memiliki dua anak.
Melihat pentingnya membangun keluarga yang berkualitas, BKKBN kian gencar melakukan sosialisasi program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana alias Bangga Kencana.
Langkah efektif menekan stunting
Stunting terjadi akibat anak kekurangan gizi. Intervensi yang paling efektif dilakukan adalah 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yang dimulai saat konsepsi hingga anak usia dua tahun. Itu mengapa ASI penting diberikan kepada bayi berusia 0-6 bulan. Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani, menyebut ASI adalah makanan yang paling cocok bahkan paling lengkap untuk bayi usia 0-6 bulan.
Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Namun, bukan berarti ASI tidak diberikan lagi, hingga bayi berusia dua tahun, bayi masih memerlukan ASI.
“Kalau bayi usia 0-6 bulan dikasih air putih, atau dikasih yang lain selain ASI justru malah meracuni. Sehingga pemberian ASI ini harapannya berkesinambungan sampai dua tahun,” jelas dia.
Gizi yang lengkap penting bagi bayi itu penting karena sampai usia dua tahun perkembangan otak anak mencapai 70-80 persen, setelahnya 20 persen. Jadi, perkembangan bayi sampai usia dua tahun jangan sampai disepelekan. Ia juga mengingatkan agar masyarakat tetap melakukan KB. Tujuannya, agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, idealnya jeda 3-5 tahun.
Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto menambahkan, peran suami dalam mendampingi istri yang sedang hamil sangat penting. Para suami diminta untuk menjaga istri yang sedang hamil tidak stress. Sebab ketika ibu hamil mengalami stress akan berdampak pada tumbuh kembang janin yang dikandung.
Di samping itu, ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak menormalisasi pernikahan dini. Sebab organ reproduksi belum tumbuh maksimal, dan akan menyebabkan bayi lahir stunting.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi