MOJOK.CO – PMII atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia punya peran besar dalam karir politik Cak Imin. Di PMII, Cak Imin belajar berorganisasi dan berpolitik mula-mula.
Abdul Muhaimin Iskandar atau lebih terkenal sebagai Cak Imin bukan sosok yang baru di dunia politik. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2019-2024. Ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelumnya, ia pernah menduduki posisi-posisi penting seperti Wakil Ketua MPR RI (2018-2019) dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2009-2014).
Karir cemerlang Cak Imin tidak terlepas dari pengalamannya menggeluti dunia politik. Sejak duduk di perguruan tinggi, Cak Imin sudah mengasah pengalamannya berpolitik di berbagai organisasi.
Tempat Berpolitik Mula-mula
Bibit-bibit politik Cak Imin terlihat sejak ia berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Cak Imin muda aktif di berbagai organisasi seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Di organisasi yang terakhir, PMII, Cak Imin masih menjadi Ketua Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Cak Imin memang dekat dengan organisasi-organisasi bernapas Islam. Mungkin latar belakangnya yang lekat dengan pondok pesantren menjadi salah satu sebabnya. Asal tahu saja, ayah Cak Imin yang bernama Muhammad Iskandar adalah dzurriyah Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif, Jombang, Jawa Timur.
PMII merupakan salah satu organisasi yang berpengaruh banyak dalam kehidupan Cak Imin muda. Bagaimana tidak, sebagian besar waktu saat kuliah ia habiskan di organisasi itu. Perjalanannya dimulai dari menjadi Ketua Korps FISIPOL PMII UGM pada 1988. Kemudian ia menjadi Ketua Umum PMII Cabang Yogyakarta (1991-1997). Di saat yang hampir bersamaan ia menjadi Ketua Umum Pengurus Besar PMII (1994-1997).
Organisasi itu yang membuka jalan Cak Imin ke kontestasi politik nasional. Bersama senior NU lain mendirikan PKB. Ia pun langsung dipercaya menjadi Sekretaris jendral pada 1998.
PMII dan NU
PMII adalah organisasi gerakan dan kaderisasi yang berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Organisasi ini sudah berdiri di Surabaya pada 17 April 1960 di Surabaya Dengan kata lain, sudah lebih dari setengah abad PMII eksis di Indonesia.
PMII bermula dari adanya hasrat kuat mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Aswaja. Sebelum ada PMII sebenarnya sudah ada organisasi mahasiswa Nahdliyin, tapi masih bersifat lokal. Beberapa di antaranya, Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU), Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Walau sudah ada wadah-wadah itu, keinginan untuk memiliki organisasi mahasiswa Nahdliyin secara nasional tetap tidak terbendung.
Saat berdiri di 1960, PMII merupakan Badan Otonom (Banom) NU sebagai induk organisasi. Struktur itu bertahan hingga 1972. Selepas itu, PMII menyatakan sebagai organisasi independen atau tidak berafiliasi dengan organisasi manapun. Pernyataan tersebut termuat dalam Deklarasi Murnajati pada tanggal 14 Juli 1972 di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur.
Akan tetapi, menyadari kultur dan historis PMII tidak bisa dipisahkan dengan NU, pada Kongres X tanggal 27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dideklarasikan posisi Interdependensi PMII-NU. Artinya, PMII dan NU tidak saling mengintervensi secara struktural dan kelembagaan, tetapi memiliki visi dan tujuan yang sama. Mempertegas struktur hubungan ini, muncul Implementasi Interdependensi PMII-NU saat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PB PMII di 24 Desember 1991 di Cimacan, Jawa Barat.
Melansir dari laman resminya, PMII sudah memiliki 25 Pengurus Koordinator Cabang (PKC), 231 Pengurus Cabang (PC) dan 1.664 Pengurus Komisariat (PK). Di tingkat Pengurus Rayon atau PR, jumlahnya mencapai 5.115.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Mengenal GMNI dan HMI, Organisasi Ekstra Kampus yang Diikuti Ganjar dan Anies Saat Mahasiswa
Cek berita dan artikel lainnya di Google News