Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Konsultasi Celengan

Memanfaatkan WhatsApp Stories Buat Olshop Dadakan Ketimbang Keluyuran Nyebarin Virus

Dewi Widyawati oleh Dewi Widyawati
18 April 2020
A A
olshop dadakan pakai whatsapp stories MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banyak temen saya berubah jadi “mbak-mbak olshop dadakan” yang jualan lewat WhatsApp Stories. Semoga dagangannya laris, ya, teman-teman.

Menurut saya, social distancing yang dianjurkan pemerintah itu nggak maksimal. Di satu sisi, masyarakat itu sebetulnya was-was kalau kena atau menyebarkan virus. Tapi, di sisi lain, kalau nggak “keluar dari rumah”, mereka nggak bisa kerja. Udah anjurannya nggak maksimal, program bantuan juga kayak nggak ada kejelasannya.

Seiring waktu kita semua bisa melihat banyak orang kehilangan pemasukan. Mending kalau cuma dipangkas beberapa persen atau nggak nerima uang transportasi dan makan siang. Nah, jatuhnya kacau bener buat mereka yang kena pemutusan kerja. Kalau kondisinya gini-gini aja, saya takut makin banyak yang nganggur. Makin banyak yang nganggur, tingkat kejahatan bakal meningkat, apalagi udah mau puasa, terus Lebaran.

Itu baru soal para pekerja yang bisa dimasukkan ke dalam kategori konsumen. Masih ada produsen dan para bakul yang pendapatannya berkurang. Produsen dan bakul ini mengandalkan aktivitas jual dan beli secara langsung. Karena social distancing, pendapatan mereka pastinya anjlok. Kita udah tahu pasti akan hal ini, kan.

Makanya, pilihan yang kayaknya masih aman untuk dicoba adalah jualan online. Istilahnya online shop atau olshop. Udah banyak pedagang yang jualan lewat situsweb, Instagram, hingga “buka toko” di Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain sebagainya.

Saya yakin masih banyak orang dengan rentang usia 30 sampai 45 yang males bikin olshop di Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Antara merasa ribet dan gaptek. Padahal, memaksimalkan dunia digital ini penting banget. Nah, satu media sosial yang bisa dan sudah mereka pahami adalah WhatsApp. Saat-saat sekarang ini, WhatsApp Stories harus dimaksimalkan.

Beberapa teman saya berubah menjadi “mbak-mbak olshop dadakan”. Mereka berusaha patuh sama tagar #DiRumahSaja, sekaligus berusaha bertahan hidup. Karena ribet kalau bikin olshop, mereka memaksimalkan WhatsApp Stories. Saya merasa pengguna WhatsApp Stories memang nggak sebanyak Instagram Stories. Tapi, “enggak banyak” bukan berarti nggak ada, kan. Justru peluangnya masih lumayan ketimbang bersaing di IG Stories.

Sejauh pengamatan saya–mengamati daftar pertemanan di hape sendiri sih–peningkatan jumlah “mbak-mbak olshop dadakan” meningkat empat kali lipat. Dari empat jadi 12, lho. Cara berjualan mereka nggak frontal banget. Sering pakai kalimat mutiara yang saya yakin nyomot aja dari internet. Tapi nggak papa, jualan mereka jadi nggak terlihat terlalu “maksa”.

Bahkan saya lihat mereka ini jadi tahan banting. Mereka sering dinyiyirin Ketika pakai WhatsApp Stories buat jualan. Mereka bisa menanggapi dengan santai dan ujung-ujungnya malah bisa mengedukasi si nyinyir. Mungkin karena tuntutan bertahan hidup, mereka malah bisa menerapkan manajemen konsumen kayak admin yang udah ahli.

Saya yakin, dari 12 bakul itu, lambat laun akan tambah banyak. WhatsApp Stories teman saya jadi kayak stories artis. Kadang sampai titik-titik kalau lagi “bakulan”. Dari skin care, buku, produk untuk bayi, kopi, kaos, pakaian wanita, celana jeans, kolor, cawet, beha, sampai camilan. Saya jadi tertarik untuk mengamati ketika lagi suwung dan rebahan aja. Terkadang saya kepincut untuk beli. Nggak papa, deh. Nglarisi dagangan teman.

Kalau jualan lewat WhatsApp Stories jadi tren, kita harus maklum karena dua hal. Pertama, mereka ingin membantu ekonomi keluarga. Toh pekerjaan mereka nggak terlalu menguras tenaga. Cuma modal hape sama kuota. Kedua, kalau aktivitas jual dan beli jalan terus, ekonomi rakyat bakal terbantu. Wuusss…kok bisa ya saya menulis sekeren itu, ya.

Sejauh pengamatan saya, ada dua kelebihan jualan lewat WhatsApp Stories. Pertama, kamu nggak perlu menimbun stok. Kebanyakan pakai sistem dropship. Jadi kamu berperan kayak sales aja. Kalau ada yang beli tinggal dicatat dan diterima duitnya. Barang akan dikirim sama bakul yang menyediakan barang. Tidak perlu bingung bungkusin barang, apalagi sampai keluar rumah buat ngirimnya.

Kedua, belajar wirausaha mendirikan olshop. Siapa tahu, dari WhatsApp Stories, bisa berkembang pakai IG Stories. Seiring perkembangan zaman digital, kamu bisa mulai belajar memanfaatkan toko online semacam Tokopedia atau Bukalapak. Atau bahkan bikin toko online sendiri seiring waktu.

Namanya belajar, kan, dimulai dari apa yang kita tahu dan kuasai. Dari situ nanti bisa berkembang karena masa-masa sekarang ini yang dibutuhkan adalah niat untuk mencoba. Kalau udah kepepet kebutuhan pasti kamu bakal gerak.

Iklan

Apalagi perkembangan zaman digital ini bikin ketemuan antara penjual dan pembeli makin gampang. Ujungnya itu kembali kepada ketekukan masing-masing. Jangan malu dinyinyirin. Cuma kena nyinyir ini. Nggak bikin miskin, kan. Nganggur dan nggak niat mencoba itu yang bikin kamu miskin.

BACA JUGA Dana Darurat Juga Harus Direncanakan, Bukan Hanya Resepsimu yang Tinggal Kenangan Itu atau saran keuangan lainnya di saat pandemi corona di rubrik CELENGAN.

Terakhir diperbarui pada 18 April 2020 oleh

Tags: bukalapakIG storiesjual skin careolshoponline shopShopeeskin caretokopediawhatsappwhatsapp stories
Dewi Widyawati

Dewi Widyawati

Artikel Terkait

Pengalaman Beli HP "Spek Dewa" Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Beli HP “Spek Dewa” Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir

10 Oktober 2025
Salah beli sepatu ala anak Jakarta di Shopee. MOJOK.CO
Catatan

Sekalinya Beli Sepatu di Shopee Malah Tertipu Toko Berlabel Ori, Nggak Jadi Gaya-gayaan Malah Berujung Cedera

9 Oktober 2025
Pengalaman temani pacar jadi driver Shopee Food, hadapi beragam watak manusia MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Temani Pacar Jadi Driver Shopee Food Jadi Tahu Ragam Watak Manusia: Batin Campur Aduk antara Haru, Riang, dan Nelangsa

8 Juli 2025
5 Tips Jitu Transaksi Aman di Tokopedia! MOJOK.CO
Esai

Ikuti 5 Tips Jitu Transaksi Aman di Tokopedia Ini Biar Kamu Terhindar dari Toko para Penipu

13 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.