MOJOK.CO – Dikit-dikit romantisasi, dikit-dikit ngomentarin romantisasi. Tapi memangnya kamu tahu kalau istilah yang benar itu “romantisisasi”, bukan “romantisasi”?
Zaman sekarang, pekerjaan yang rasa-rasanya paling mungkin dilakukan semua orang adalah menjadi pujangga. Oh, atau penyair. Atau selebtwit. Atau, sederhananya, penutur kisah-kisah yang menyentuh hati.
Ih, apa sih maksudnya?
Belakangan, saya menemukan istilah “romantisasi” yang merajalela di lini masa media sosial. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan keindahan akan sesuatu, mengisahkan hal-hal yang menyentuh hati, dan menunjukkan kesan yang mendalam.
Tapi, sesungguhnya, apakah “romantisasi” adalah kata yang benar? Kenapa belum ada di KBBI?
Nyatanya, kata “romantisasi” selama ini adalah bentuk yang kurang tepat. Sebenarnya, bentuk yang paling diterima alias bentuk serapan yang sesungguhnya adalah…
…”romantisisasi”!!!!!!!1!!!1!!!
Iya, iya, Saudara-saudara, bentuk yang benar adalah “romantisisasi”, bukan “romantisasi”. Mamam noh~
Akhiran “-isasi” ini konon bermula dari akhiran “-tie” dalam bahasa Belanda (misal: “spesialisasi” dan “specialisatie”). Dari segi lafal dan pengucapan, bahasa Indonesia memang memiliki kedekatan lebih kepada bahasa Belanda daripada bahasa Inggris.
Namun, meski merupakan bentuk serapan yang salah, kata “romantisasi” sepertinya masih lebih populer dibandingkan “romantisisasi” belakangan ini. Padahal, kalau dipikir-pikir, pedoman penambahan “-isasi” dalam bahasa Indonesia, kan, sudah lama dibentuk—ha wong mengikuti pedoman dari bahasa Belanda, je. Masa iya sekarang jadi harus ternoda hanya karena apa yang populer dan apa yang tidak populer?
“Romantisisasi” lahir dari kata “romantis” yang dibubuhi akhiran “-isasi”. Terlepas dari bahasan soal bentuk penyerapannya yang salah sebagai “romantisasi”, sudahkah kamu benar-benar tahu apa fungsi istilah “romantisisasi” ini?
Dalam KBBI, “romantis” berarti “bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikkan”. Sementara itu, dalam Cambridge Dictionary, ia bermakna relating to love or a close loving relationship dan exciting and mysterious and having a strong effect on your emotions. Nah, makna “exciting and having a strong effect on emotions” inilah yang kemudian mendasari gerakan-gerakan romantisisasi hampir di segala hal, mulai dari Jogja, kesedihan, sampai TNI/Polri.
Romantisisasi, dalam bahasa Inggris, adalah romanticization atau romanticize. Menurut Cambridge Dictionary, romanticize adalah to talk about something in a way that makes it sound better than it really is, or to believe that something is better than it really is.
Apa? Contoh spesifik romantisisasi? Ya coba aja kamu duduk dan pikir baik-baik betapa kamu selalu memuja gebetanmu, menghujani dirimu sendiri dengan ingatan manis soal dirinya dan caranya tersenyum padamu, padahal mungkin kamu juga sebenarnya ingat betapa dia menyakitimu dalam-dalam—tapi ya nggak apa-apa, yang penting romantisisasi. Gitu, kan?
Pada dasarnya, romantisisasi lahir dari keputusan kita untuk “buta” akan nilai-nilai kesedihan, kegagalan, atau apa pun yang menyakiti hati, dan lebih memilih untuk menonjolkan nilai kebaikan atau nilai apa pun yang lebih baik untuk dikenang. Sekilas, romantisisasi terdengar seperti apresiasi, tapi ini jelas hal yang berbeda, mylov.
Masih menurut Cambridge Dictionary, appreciation berarti the act of recognizing or understanding that something is valuable and important. Dari pengertian ini, setidaknya kita bisa menyimpulkan sesuatu, yaitu romantisasi lahir dari asumsi yang menyenangkan, sedangkan apresiasi muncul dari pemahaman menyeluruh atas suatu kebaikan.
Yaaah, sebagai contoh, apresiasi adalah keadaan di mana gebetanmu akhirnya menyadari bahwa kamu ternyata cukup baik dan layak diperjuangkan balik. Eaaa~