MOJOK.CO – Kebiasaan kita adalah titip beli dan bawain ini itu kalau ada orang yang mau pergi. Coba, deh, kalau pakai bahasa Inggris, gimana cara bilangnya?
Saya pernah sakit kepala mendadak waktu sudah sampai kantor dan merasa butuh minum obat secepatnya. Karena nggak kuat keluar untuk mampir warung, saya langsung mengontak salah seorang rekan kerja untuk mampir ke warung/apotek/Indomaret demi sebaris paracetamol.
Salah seorang anak magang pernah izin keluar untuk makan siang, lalu dihujani permintaan tolong untuk titip beli rokok dan gorengan. Hal yang sama terjadi kalau salah seorang dari kami pergi di saat waktu istirahat tiba: Orang-orang pada titip beli ini itu.
Titip-titipan ini memang jadi hal yang “sangat Indonesia”. Maksudnya, kata “titip” sangat umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, kalau kita sekeluarga mau pergi ke luar kota, nggak jarang juga orang tua kita ngomong ke tetangga, “Titip rumahnya, ya, Pak, Bu,” entah untuk berbasa-basi atau memang secara literal diserahi kepercayaan menjaga rumah sembari menitipkan kunci pintu.
Baru kemarin, seorang teman datang dan meminta tolong bantuan untuk menerjemahkan naskah drama. Gara-gara ini, kami malah berakhir pada bahasan soal istilah-istilah umum di bahasa Indonesia yang tidak punya padanan katanya dalam bahasa Inggris, atau sebaliknya.
“Makan siang itu lunch. Makan malam itu dinner. Tapi, coba lihat, cuma kata breakfast yang punya padanan khusus, yaitu ‘sarapan’,” kata teman saya. Saya ngangguk-ngangguk.
“Kata ‘titip’ itu ya sama saja. Ada banyak ekspresi untuk menjelaskan permintaan tolong untuk titip beli atau titip bawain sesuatu, tapi nggak mutlak jadi padanan, seperti ‘sarapan’ dan breakfast,” sambungnya lagi.
Dari beberapa terjemahan bebas, kata “titip” dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan kata entrust dalam bahasa Inggris. Dalam Cambridge Dictionary, kata entrust sendiri bermakna: “to give someone a thing or a duty for which they are responsible”.
Membuat seseorang bertanggung jawab terhadap sesuatu, bagi saya, jauh terkesan lebih formal dan agak berlebihan kalau di-compare dengan permintaan tolong titip beli gorengan. Jadi, alih-alih menggunakan kata entrust, ekspresi-ekspresi ini bisa dijadikan alternatif:
1. Kamu mau ke Alfamidi, ya? Aku titip batagor, dong.
Are you going to Alfamidi? Can you please get me some batagors?
2. Eh, kalau kamu jadi ke Jakarta, aku titip beliin baju, ya.
Can you please buy me some clothes if you go to Jakarta?
3. Aku mau pergi ke Jepara. Tolong titip jagain rumahku, ya.
I will go to Jepara. Please take care of my house.
Kata entrust, sementara itu, sifatnya lebih “serius”. Bukan sekadar titip beli atau titip bawain, kata ini cenderung memiliki makna “mempercayakan” sesuatu.
Kayaknya bakal jadi kaku kalau kita tiba-tiba mendatangi teman dan berkata, “I entrust you to buy me a cup of coffee this afternoon.” Maksud saya, tidakkah itu terasa seperti sebuah misi rahasia, alih-alih minta tolong biasa?
Tapi, kalau kamu mau pakai kata entrust ya boleh-boleh saja. Toh, kata ini memang diciptakan untuk dipakai. Beberapa contoh penggunaannya adalah:
1. Kami telah memercayakan uang kami kepada pihak travelling agent untuk mengatur perjalanan liburan kami.
We have entrusted our money to the travelling agent to help us arranging the trip for the holiday.
2. Bisa nggak, sih, aku memercayakan hatiku untuk dia?
Can I just entrust him with all my heart?
Yah, dari contoh kalimat terakhir saja seharusnya kita tahu: Ada beberapa perihal titip-titipan yang harus dipertimbangkan dengan lebih serius, bukan sekadar titip beli atau bawain barang. Kalau dari segi bahasa, kita nggak akan bisa dengan gampangnya pakai istilah “take care of” karena memang kedua belah pihak harus saling “entrust”.
Udah ah, sampai ketemu di Versus minggu depan!