MOJOK.CO – TGIPF, KontraS, dan LBH Surabaya memberikan update soal investigasi tragedi di Stadion Kanjuruhan. Ada beberapa fakta yang dijabarkan yang bisa membuka tabir peristiwa mematikan tersebut.
Investigasi soal tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu terus dilakukan oleh berbagai pihak. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), KontraS, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya terus bekerja agar bisa menemukan fakta sebenarnya dari peristiwa yang merenggut nyawa ratusan supporter Arema.
Ketiga lembaga tersebut hingga kini sudah menemukan beberapa penemuan penting. penemuan-penemuan ini dapat menjadi bahan untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.
Pertama, setelah Kapolri menetapkan 6 tersangka tragedi Kanjuruhan, TGIPF terus bergerak menyelidiki fakta-fakta lainnya. TGIPF berhasil menemukan sejumlah temuan baru setelah berbincang dengan korban.
Salah satu anggota TGIPF, Letjen (Purn) TNI Doni Monardo mengungkap soal dampak gas air mata terhadap para korban yang selamat. Setelah lebih dari seminggu kejadian, korban masih mengalami sesak nafas, batuk, dan ganggian pada bagian putih pada bola mata korban.
“Luka yang paling parah ada di bagian mata, sampai-sampai berwarna merah darah”, ujar Doni Mardono, Minggu (9/10/2022) dilansir Jatim Now.
Temuan berikutnya dari TGIPF adalah mereka telah mengantongi CCTV yang terdapat di seluruh Kanjuruhan, termasuk pintu 13 yang jadi malapetaka. CCTV dapat menjadi barang bukti yang penting karena menampilkan detik demi detik peristiwa yang terjadi.
Dari temuan itu, TGIPF mengungkapkan jika aparat dan steward ikut membantu mengevakuasi para korban hingga menjelang subuh. Salah satu anggota TGIPF, Nugroho Setiawan mengatakan bahwa dari CCTV maupun fakta-fakta, evakuasi korban dilakukan oleh para steward dan TNI dalam hal ini Kodim sampai pukul 03:00 dini hari.
Nugroho juga menilai perlu ada perbaikan pada stadion Kanjuruhan dari tangga, pintu keluar, hingga pintu darurat. Untuk sementara Stadion Kanjuruhan pun tidak digunakan untuk pertandingan berintensitas tinggi. “Mungkin kalau medium atau low risk masih bisa. Untuk high risk kita harus membuat kalkulasi yang konkret,” ujar Nugroho dilansir Youtube Kemenko Polhukam.
Kabar terbaru per Senin (10/10/2022) anggota TGIPF lainnya yakni Akmal Marhali yang berada di Malang menemui Aremania dan mencari kesaksian dari mereka. Akmal mengakui sudah dapat informasi penting mengenai tragedi Kanjuruhan.
Namun, ia tak menyebutkan apa informasi penting tersebut itu. “Nantinya informasi ini dapat memperkuat dan mempertajam analisis kami sehingga peristiwa Kanjuruhan dapat kami ungkap secara menyeluruh.”
Sementara itu, KontraS juga mengumumkan sudah mendapati sejumlah penemuan hasil investigasi terkait tragedi Kanjuruhan lewat konferensi pers pada Minggu (9/10/2022). Terdapat 6 poin penting yang mereka sampaikan diantaranya:
Pertama, adalah adanya pengerahan aparat keamanan pembawa gas air mata pada babak kedua Arema vs Persebaya, padahal tidak indikasi adanya kericuhan. Kedua,tidak adanya kekerasan yang dilakukan suporter. Tujuan suporter yang turun ke lapangan murni untuk memotivasi pemain Arema.
Ketiga, aparat kepolisian tidak mematuhi tahapan penggunaan kekuatan, di mana sebelum melontarkan gas air mata aparat semestinya bisa memakai langkah pencegahan dengan perintah lisan hingga tangan kosong lunak. Keempat adalah adanya peran TNI yang ikut melakukan tindak kekerasan terhadap suporter seperti menyeret, memukul, dan menendang.
Kelima, gas air mata tidak hanya ditembakan ke lapangan, tapi juga ke arah suporter di tribun sehingga membuat kepanikan. Keenam, masih terkuncinya sejumlah pintu stadion Kanjuruhan saat laga berakhir, hal ini menjadi salah satu faktor banyak suporter yang meninggal karena terjebak di dalam stadion akibat kepungan gas air mata.
Selain itu tim KontraS juga mendapatkan temuan bahwa aparat keamanan juga menembakan gas air mata diluar stadion. Lalu diduga ada pihak-pihak tertentu yang melakukan intimidasai kepada para saksi.
Selain itu, belum adanya data pasti jumlah korban dan luka yang dapat diakses publik. Narasi temuan minuman beralkohol dan terminologi “kerusuhan” merupakan penyampaian informasi yang menyesatkan. Tim KontraS hingga kini masih melakukan pendalaman fakta dengan berkomunikasi dengan Komnas HAM dan LPSK.
Selanjutnya, LBH Surabaya yang juga hadir dalam konferensi pers yang dilakukan KontraS, menerangkan sejumlah hal-hal penting. LBH Surabaya menyayangkan bentuk penanganan aparat terhadap suporter usai laga.
Perwakilan LBH Surabaya, Jauhar Kurniawan mengungkapkan “Seharusnya pada kondisi ekskalasi massa yang mulai mereda aparat keamanan tidak melakukan tembakan, namun dalam temuan yang didapat yang dilakukan aparat justru sebaliknya.”
Selain itu, menurut Jauhar aparat seharusnya memberi peringatan dahulu sebelum menembakan gas air mata. Aparat bisa memberi peringatan lisan kemudian menyemburkan water cannon dulu sebagai peringatan. Jika kondisi tak terkendali baru menggunakan gas air mata.
“Gas air mata dapat memicu kepanikan, sehingga suporter berdesak-desakan keluar stadion untuk menyelamatkan diri, kondisi ini banyak yang sudah terganggu pengelihatan dan pernafasannya,” ujar Jauhar.
Penulis: Pasthiko Pramudito
Editor: Purnawan Setyo Adi