Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Setelah Kepala Bekraf, Gantian Kominfo Bagikan Info Sesat

Redaksi oleh Redaksi
21 Agustus 2019
A A
Setelah Kepala Bekraf, Gantian Kominfo Bagikan Info Sesat
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bekraf dan Kominfo, sebagai lembaga pelat merah sangat kompak. Bergandengan tangan memproduksi info sesat yang tidak peka dan justru disinformasi.

Setelah Kepala Bekraf, sekarang gantian Kominfo yang membagikan info sesat. Lembaga pelat merah memang kudu begini. Selalu kompak, bergandengan tangan, untuk bersama-sama berbuat kesalahan.

Saat itu 17 Agustus 2019, mungkin niatnya ingin terlihat heroik, Bekraf mencoba untuk “kreatif” ketika membuat video ucapan selamat hari kemerdekaan ke-74 untuk Indonesia. Memang, terkadang, jarak antara kreatif dan kebablasan itu bisa setipis tempe mendoan. Bekraf justru membuat blunder dan berbuah kecaman dari banyak orang.

Lewat video berdurasi satu menit yang diunggah oleh Triawan Munaf, Bekraf menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia seolah-olah berada dalam suasana lelang.

Transkipnya seperti ini:

Silakan bapak ibu tawaran perpecahan dimulai di atas 1945.

Lelang dimulai. Oke, penawar pertama. 1948 kita punya PKI.

Ada lagi? Ada lagi? Yak makin naik 1950 ada Republik Maluku Selatan. Ada yang lebih tinggi?

Yak 1953 diajukan DII/TII. Oke 1957 ada Permesta. 1958. 1958. Ada yang berani di 1958?

Yak 1958 oleh PRRI. Oke, PKI kembali di 1965. Ada lagi?

Yak Gerakan Aceh Merdeka berani di 1976. Ada yang lebih dari Gerakan Aceh Merdeka?

1982. Yak, Organisasi Papua Merdeka menawar pemberontakan di 1982. Ada lagi yang bisa lebih?

Oke. 1984 oleh Kerusuhan Tanjung Priok. Yak di sana 1998 Kerusuhan Mei. Yak menembus angka 2000.

Ada 2019 kericuhan Pemilu. Ada lagi? Ada lagi?

Iklan

Dan hingga kini masih banyak yang berharap bisa memecah negeri ini. Tapi semoga, harga kita untuk Indonesia yang satu takkan pernah bisa ditawar.

Video itu dikutuk, Bekraf dianggap tidak peka terhadap korban peristiwa-peristiwa di atas. Asfinawati, Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), berpendapat justru kuat dugaan negara yang sudah melanggar HAM di peristiwa Tanjung Priok dan Mei 1998.

“Contohnya kasus Tanjung Priok 1984. Itu kasus pembantaian umat Islam yang sarat pelanggaran HAM dan kasusnya dibawa ke pengadilan. Negara ikut andil dalam kasus kerusuhan itu,” kata Asfin seperti dikutip oleh Tirto.

Andi Achdian, sejarawan dan pengajar di Universitas Nasional kaget serta kecewa setelah menonton video yang dibagikan oleh Bekraf itu. “Dengan melihat videonya saya kaget dan kecewa. Video ini datang dari lembaga negara. Ini menunjukkan bagaimana salah satu lembaga negara kita pun masih belum paham dan tak mengerti sejarah Indonesia,” kata Andi.

Kompaknya Bekraf dan Kominfo

Disinformasi juga dilakukan oleh Kominfo ketika merilis sebuah artikel yang mencoba untuk “melawan hoaks”. Kominfo menggunakan judul: “[HOAKS] Polres Surabaya Menculik Dua Orang Pengantar Makanan untuk Mahasiswa Papua”.

Kata “menculik” di dalam judul tidak menggambarkan kejadian sebenarnya. Di dalam penjelasannya, Kominfo menggunakan potongan gambar cuitan akun Veronica Koman. Parahnya, Veronica tidak pernah bilang kalau sudah terjadi “penculikan” karena yang terjadi adalah “penangkapan”. Begini cuitan Veronica:

17/8/19 Surabaya, Java

2 orang pengantar makan minum untuk penghuni asrama yang belum makan minum sejak siang barusan ditangkap polisi

2 people delivering food and water for the students who haven’t eaten and drunk the whole day were just arrested pic.twitter.com/nIuL8PkZvn

— Veronica Koman (@VeronicaKoman) August 16, 2019

Well, sudah jelas di sana tertulis “ditangkap polisi”, bukan “diculik”. Dari mana inspirasi Kominfo membuat judul “menculik”?

Kominfo sendiri menyertakan tautan berita dari suara.com yang berjudul “Polisi Bantah Menculik Dua Orang Pengantar Makanan untuk Mahasiswa Papua” yang dimuat pada 17 Agustus lalu.

Berita itu menceritakan ada kabar ada penculikan dua orang yang mengantarkan makanan. Benar begitu? Suara Papua memuat hasil wawancaranya dengan Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Pusat, John Gobay, yang membenarkan terjadinya penangkapan.

“Dua orang kawan yang ditangkap itu kawan-kawan dari solidaritas mahasiswa Indonesia di Surabaya. Sampai saat ini kami belum tahu secara pasti tentang kedua kawan itu. Sudah dibebaskan atau belum, kami belum tahu juga,” katanya pada 17 Agustus lalu.

Hmm…Kominfo, yang seharusnya menjadi garda terdepan melawan hoaks kok malah memproduksi hoaks sendiri, sih?

(yms)

Infografik Setelah Kepala Bekraf, Gantian Kominfo Bagikan Info Sesat

Terakhir diperbarui pada 21 Agustus 2019 oleh

Tags: BekrafKominfoPapuavideo hut indonesia
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Rugi Buka SPBU di Papua? DPR Bisanya Cuma Omong Kosong MOJOK.CO
Esai

Rugi Buka SPBU di Papua? Kalau DPR Menantang, Korporasi Bisa Menantang Balik karena DPR Cuma Bisa Melempar Retorika

3 Oktober 2025
Sejarah Indonesia Berisi Kekerasan dan Negara Paksa Kita Lupa MOJOK.CO
Esai

Sejarah Indonesia Berisi Luka yang Diwariskan dan Negara Memaksa Kita untuk Melupakan Jejak kekerasan itu

30 September 2025
Raja Ampat, Amazon Laut Papua Rusak karena Tambang Nikel MOJOK.CO
Esai

Anak Muda Raja Ampat Menantang Tambang Nikel: Ketika Tambang Nikel Merusak Amazon Laut Milik Rakyat Dunia

5 Juni 2025
Ketika Negara Membungkam: Fakta Kelam Peristiwa Genosida Papua 1977
Video

Ketika Negara Membungkam: Fakta Kelam Peristiwa Genosida Papua 1977

3 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.