Konstelasi politik pemilihan gubernur-wakil gubernur Jakarta yang baru saja mencapai klimaksnya beberapa waktu lalu mau tak mau memang mengerucutkan perhatian masyarakat hanya pada empat sosok: Ahok, Djarot, Anies, dan Sandi. Ini hal yang tentu saja sangat wajar, mengingat empat sosok tadi memang merupakan pemain utama.
Namun, tanpa disadari, banyak masyarakat Jakarta maupun luar Jakarta yang mengabaikan dua sosok penting dalam lingkaran perebutan jabatan tertinggi di Jakarta tersebut. Dua sosok yang sebenarnya juga patut diperhitungkan. Siapa mereka? Yak, betul, Fahrurrozi Ishaq dan Habib Umar Alhamid. Mereka berdua adalah gubernur dan wakil gubernur tandingan yang sempat bikin heboh pihak balai kota.
Fahrurrozi Ishaq dan Habib Umar Alhamid dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta 1 Desember 2014 lalu oleh Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ).
Pelantikan Fahrurrozi dan Habib Umar menurut FPI dan GMJ adalah sebagai bentuk penolakan mereka terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang sebelumnya telah dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta beberapa hari sebelumnya.
Sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta versi FPI dan GMJ, Fahrurozzi dan Habib Umar kala itu menawarkan tiga program utama, yaitu menjadikan Jakarta sebagai ibu kota yang agamis dan religius, menjalankan program revolusi akhlak, serta memperjuangkan agar APBD Jakarta tidak diselewengkan oleh Ahok.
Sebagai gubernur dan wakil gubernur tandingan, mereka berdua bekerja secara bawah tanah, underground. Mereka melaksanakan program-programnya dengan kerja gerilya, kerja senyap tanpa banyak diliput oleh media.
Jadi, tak heran jika selama kepemimpinan mereka, tak banyak masyarakat Jakarta yang ngeh dan paham dengan mereka, apalagi program-programnya.
Nah, lantas, bagaimanakah kabar gubernur dan wakil gubernur tandingan ini setelah Anies dan Sandi dilantik?
Usut punya usut, ternyata beberapa waktu yang lalu telah dilangsungkan proses serah terima jabatan gubernur-wakil gubernur dari Fahrurrozi dan Habib Umar kepada Anies dan Sandi.
Proses serah terima ini berlangsung di balai kota pada 16 Oktober dengan disaksikan para habaib, ulama, dan umat Islam, setidaknya begitu yang tertulis dalam sebuah pengumuman di fanpage Habib Rizieq Shihab di Facebook, lengkap dengan foto-foto suasana sertijab yang begitu syahdu dan penuh nuansa keislaman.
Yah, pada akhirnya, diakui atau tidak, masyarakat Jakarta memang sudah sepantasnya berterima kasih kepada Bapak Fahrurozzi dan Habib Umar yang sudah memimpin Jakarta selama tiga tahun. Sungguh sebuah kepemimpinan bawah tanah yang sangat patut diapresiasi.
Sebaliknya, Bapak Fahrurozzi dan Habib Umar juga harus mawas diri dan ikhlas karena tidak banyak masyarakat yang mengirimkan karangan bunga ke balai kota atau markas FPI sebagai ucapan terima kasih atas kepemimpinannya selama menjabat. Maklum, masih banyak umat Islam yang ragu dengan hukum dan dalil mengirim karangan bunga.
Kita semua tentu berharap, serah terima jabatan ini menjadi awal bagi kebangkitan kepemimpinan Islam menuju Jakarta yang lebih religius.
Selamat bekerja, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan selamat beristirahat Fahrurozzi-Habib Umar.