MOJOK.CO – Sejumlah elemen masyarakat yang terkena dampak pembubaran event Pasar Malam Tugu Jogja Expo (TJE), menggelar aksi damai bertajuk “Pisowanan Piring”, Jumat (16/12/2022). Aksi ini digelar sebagai ungkapan rasa keprihatian atas kebijakan Pemda DIY menutup TJE, yang dianggap merugikan banyak orang.
Sebagai informasi, per 16 Desember 2022, Pemda DIY telah melarang penyelenggaraan TJE. Melalui Pemkot Yogyakarta, pemerintah berdalih bahwa disetopnya event ini karena alasan perizinan.
“Intinya untuk kawasan sumbu filosofi [lokasi penyelenggaraan TJE] tidak boleh ada kegiatan seperti itu. Pasar malam TJE harus dibongkar,” ujar Pejabat (Pj) Walikota Yogyakarta Sumadi, Kamis (15/12/2022).
Atas keputusan tersebut, massa aksi damai pun memadati pendopo Dinas Kebudayaan DIY di Jalan Cendana 11, Kota Yogyakarta. Orang-orang ini, di antaranya merupakan pedagang, panitia penyelenggara, dan perwakilan warga terdampak.
Peserta aksi Pisowanan Piring, terlihat memadati pendopo dengan formasi duduk melingkar, sementara piring kosong dan sendok tertata rapi di tengah-tengah kerumunan. Adapun, di bagian belakang pendopo terlihat spanduk bertuliskan “Sumbu Filosofis Untuk (Si)Apa” dibentangkan.
Raditya Putra Darma, salah seorang perwakilan pedagang yang terdampak, menyampaikan bahwa sebenarnya dirinya begitu senang dapat berjualan di event TJE. Hal ini mengingat lokasi TJE yang strategis di tengah kota.
Warga Klitren, Gondokusuman ini juga mengaku, selama berjualan secara online dan mengikuti event-event insidental seperti TJE, hasil jualannya cukup untuk menyambung hidup. Ia pun berharap pemerintah dapat mengakomodir harapan pedagang untuk tetap melakukan aktivitas ekonomi di kawasan sumbu filosofi.
“Terlebih, ini hanyalah event yang bersifat sementara untuk memanfaatkan libur Natal dan Tahun Baru,” ujarnya, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Mojok, Jumat (16/12/2022).
Baca halaman selanjutnya
182 stand dan 30 wahana permainan terancam tutup
182 stand dan 30 wahana permainan terancam tutup
Sementara Hertanto, warga Gowongan Kidul yang berprofesi sebagai juru parkir di jalan Margo Utomo, mengaku turut merasakan dampak positif dari TJE.
Selama terselenggaranya event tersebut, ia mengajak tetangga-tetangganya yang menganggur untuk membantu menjadi tenaga parkir. Dengan demikian, secara tidak langsung ia mengaku telah membuka rezeki bagi beberapa masyarakat kecil.
Sedangkan terkait macet, sebagaimana dijadikan alasan penutupan, menurutnya ini masih dalam batas wajar. Bahkan, ia mengungkapkan tanpa adanya event TJE sekalipun, Jalan Margo Utomo kerap macet akibat banyaknya bus-bus tamu hotel yang parkir di jalur pedestrian.
Sebelumnya, Ketua Penyelenggara TJE Widihasto Wasana Putra telah menyampaikan bahwa dirinya amat menyayangkan keputusan Pemda DIY menutup event ini. Akibat pelarangan tersebut, menurut Hasto, justru menghambat aktivitas perekonomian masyarakat dan UMKM yang terlibat dalam TJE.
“Ada sebanyak 182 stand dan 30 wahana permainan yang akhirnya kehilangan rezeki,” kata Hasto, dalam keterangannya yang diterima Mojok, Kamis (15/12/2022)
“Kami berharap pengambil kebijakan dapat arif dan bijaksana melihat bagaimana perjuangan rakyatnya jungkir balik dalam mengais rejeki,” sambungnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi