MOJOK.CO – Polres Sleman menangkap 12 orang tersangka pengeroyokan Aditya Eka (18), suporter PSS Sleman. Peristiwa pengeroyokan terjadi Minggu (28/08/2022) dini hari usai korban bersama empat kawannya menonton pertandingan PSS Sleman melawan Persebaya.
Dua belas tersangka seluruhnya laki-laki, satu tersangka di antaranya masih di bawah umur. Para tersangka yakni HN (40), AE (21), KI (26), YM (22), AP (29), AE (18), AS (20), SM (37), AB (19), RF (22), FS (31), dan JN (17) yang merupakan warga Gamping, Sleman.Â
Selain Aditya, tiga korban lain yakni ABS (18), G (24) dan R (24) mengalami luka-luka akibat pengeroyokan tersebut. Kasat Reskrim Polres Sleman, AKP Ronny Prasadana dalam rilis kasus di Mapolres Sleman, Senin (29/08/2022) menjelaskan pengeroyokan terjadi saat rombongan korban pulang menonton pertandingan PSS Sleman vs Persebaya Surabaya di Stadion Maguwoharjo pada Sabtu (27/08/2022) malam.
Saat rombongan melewati palang kereta api di Jalan Bibis, Gamping, tiba-tiba mereka ditabrak. “Rombongan menunggu palang rel selesai karena ada kereta api yang lewat. Setelah kereta api lewat rombongan korban ditabrak oleh rombongan tersangka,” jelasnya.
Rombongan suporter PSS Sleman itu pun dianiaya oleh para pelaku. Aditya meninggal dunia akibat dipukul dan dibacok dalam kejadian itu.
Seluruh tersangka saat ini ditahan di Mapolres Sleman. Terhadap para tersangka polisi menerapkan Pasal 80 UU RI No 14 tahun 2014 tentang perlindungan anak, atau Pasal 170 ayat (2) ke-3e atau Pasal 351 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun penjara.
Pemkab Slemab berikan santunan uang duka untuk keluarga Aditya Eka
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan santunan uang duka senilai Rp5 juta kepada keluarga Aditiya Eka Putranda. Santunan diserahkan langsung oleh Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo di rumah duka Modinan, Banyuraden, Gamping, Senin (29/8).
“Mewakili pribadi dan Pemkab Sleman, saya menyampaikan turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya atas peristiwa yang menimpa Aditiya. Saya mendoakan agar almarhum Aditiya husnul khatimah serta keluarga diberikan kekuatan dan ketabahan,” kata Kustini.
Bupati Sleman mengaku prihatin dan menyayangkan atas kejadian ini dan ke depannya Pemkab Sleman akan mengintensifkan kerja sama dengan pihak Kepolisian dalam meningkatkan pengawasan untuk menghindari kejadian serupa.
“Saya mengimbau rekan-rekan suporter dan masyarakat untuk waspada ketika beraktivitas di jalan pada malam hari,” katanya.
Sementara Ayah dari almarhum Aditiya, Ponijo menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Sleman telah meluangkan waktu untuk bersilaturahmi.
“Saya mewakili keluarga almarhum Aditiya mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Sleman dan Ibu Bupati atas kunjungan dan bantuannya,” katanya.
Pemda DIY akan turun tangan masalah suporter
Secara terpisah Sekretaris Daerah (sekda) DIY, Baskara Aji di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, mengungkapkan Pemda DIY akan turun tangan menangani masalah tersebut. Sebab kasus tersebut terus terjadi berulangkali.
“Ya kalau memang [kisruh antarsuporter] belum bisa diselesaikan di tingkat bawah, ngarsa dalem (sultan-red) kan selalu ngendika (mengatakan-red) beliau bisa atau siap untuk melakukan pertemuan atau sosialisasi atau mendamaikan pihak-pihak yang bertikai,” ungkapnya.
Sebelum Sultan turun tangan, lanjut Aji, Pemda DIY meminta organisasi yang menaungi suporter bisa ikut bertanggungjawab dalam mengantisipasi kekerasan bagi para anggotanya. Antisipasi tersebut perlu dilakukan tidak hanya saat pertandingan berlangsung, tetapu juga saat sudah selesai.
Penyelenggara pertandingan pun harus mengantisipasi kericuhan yang terjadi. Diantaranya dengan melakukan pengaturan tempat duduk penonton yang dibuat sedemikian rupa agar tidak ada kontak langsung antarsuporter yang berbeda pendapat.
“Suporter itu kan organisasi ya secara informal di organisasi. Saya kira teman-teman yang jadi pimpinan organisasi itu bisa ikut mensosialisasikan kepada anggota-anggotanya. Khususnya kepada pada suporter agar tidak melakukan tindakan kekerasan pada saat sebelum bermain maupun sesudah bermain,” tandasnya.
Aji menambahkan, setiap suporter diminta untuk lebih waspada saat menonton pertandingan. Sebab bisa saja ada pihak-pihak yang ingin berbuat onar.
“Jadi hal-hal itu yang semestinya harus kita lakukan [karena] tentu petugas keamanan juga tidak bisa mengawal seluruh penonton sampai ke rumah kan. Tentu petugas keamanan itu akan lebih banyak konsentrasinya ya di tempat di mana pertandingan dilangsungkan,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Balap Kelereng, Pemuas Dahaga Suporter Sepak Bola di Indonesia