Tentu saja ada banyak syarat agar sebuah band bisa menjadi terkenal bukan kepalang sampai-sampai jadwal antrean manggungnya sudah full tiga tahun ke depan selayaknya jadwal manggung Kiai Anwar Zahid.
Lagu yang bagus tentu adalah syarat utama. Namun, selayaknya syarat utama, ia penting tetapi bukanlah satu-satunya.
Penampilan yang khas dan eksentrik, tak bisa dimungkiri, turut menjadi faktor lain bagi sebuah band untuk dikenal. Banyak band yang turut membangun kepopulerannya lewat penampilannya yang eksentrik. The Changcuters, misalnya. Band asal Bandung tersebut terkenal salah satunya karena padu-padan busana yang kompak dengan potongan rambut khas dari masing-masing personelnya.
Ada juga Deredia, band pop yang kerap membawakan tembang-tembang lawas tersebut menyesuaikan busana personelnya saat manggung dengan busana ala-ala 50-an.
Beberapa band bahkan sampai punya kostum dan dandanan yang khas. Dari mulai Kuburan Band, Fourtwnty, sampai Barasuara.
Tak hanya penampilan yang khas, lirik yang unik juga menjadi faktor lain bagi sebuah band untuk mudah dikenal lagunya. Hal tersebut semakin lengkap jika nama band-nya sendiri ternyata juga unik.
Faktor ini sudah sejak dulu terbukti. Band-band sejenis Pengantar Minum Racun dan Pancaran Sinar Petromaks menjadi bukti nyata betapa membawakan lagu dengan lirik-lirik dan jenaka bisa membuat mereka diidolakan oleh banyak orang.
Kalau band sekarang, mungkin bisa dicontohkan dengan sempurna oleh Orkes Pensil Alis dan Jono Terbakar Korek. Dua band asal Jogja tersebut, selain punya lirik-lirik yang lucu dan menggelitik, juga punya nama yang juga sangat tidak lumrah.
Kecakapan frontman berbicara di atas panggung juga bisa menjadi poin tambah. The Upstairs, band new wave asal Jakarta yang lagu-lagunya danceable itu terkenal salah satunya karena kemampuan vokalisnya, Jimi “Danger” Multhazam yang sering sekali berceloteh dan bersilat lidah dengan sangat lucu di tiap jeda lagu saat manggung.
Hal tersebut juga terjadi pada The Dance Company. Band yang empat personelnya pada dasarnya merupakan vokalis semua itu juga terkenal karena gaya lawak mereka saat berada di panggung.
Yah, industri musik kian hari memang kian keras. Persaingan semakin ketat seiring dengan munculnya banyak band baru. Lagu yang bagus saja kerap tidak cukup. Butuh faktor-faktor lain yang menjadi penunjang.
Mangkanya, dengan kondisi yang demikian, bukan tak mungkin, di masa depan, akan ada band yang manggung sambil bercocok tanam, menggiling padi, mengukir batu, atau mencuci piring sekalian.
Pokoknya semakin aneh-aneh semakin artsy.
BACA JUGA Proyek Musik-musik Horaumum di Jogja: Mending Kolaboratif ketimbang Kompetitif dan artikel Lupus lainnya.