MOJOK.CO – Penting untuk menjaga agar ovarium tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Sayangnya, minimnya pengetahuan memunculkan mitos-mitos seputar ovarium dan penyakitnya.
Ovarium atau indung telur mengambil peran penting dalam sistem reproduksi wanita. Dilansir dari laman resmi Ciputra Hospital, organ yang satu ini termasuk ke dalam struktur internal reproduksi wanita bersama dengan vagina, saluran tuba, serviks, dan rahim. Sementara, struktur eksternal reproduksi wanita terdiri dari labia mayora, labia minora, kelenjar bartholin, dan klitoris.
Minimnya pengetahuan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang beredar seputar organ reproduksi wanita yang satu ini. Dilansir dari berbagai sumber, Mojok akan menjawab pernyataan yang simpang siur itu.
Ovarium hanya memproduksi ovum
Mitos. Tidak hanya memproduksi ovum atau sel telur secara rutin sejak seseorang mengalami pubertas hingga menopause, ovarium juga menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Fungsi menghasilkan hormon ini disebut dengan fungsi endokrin.
Hormon estrogen merangsang perkembangan organ seks sekunder seperti pertumbuhan rambut kemaluan dan ketiak serta payudara, mengatur siklus menstruasi, dan mengendalikan pertumbuhan dinding rahim saat menstruasi. Hormon ini juga berfungsi dalam pembekuan darah dan pembentukan tulang.
Sementara hormon progesteron berfungsi di antaranya menstimulasi dinding endometrium rahim, menurunkan respon kekebalan tubuh selama proses pembuahan, bersama hormon prolaktin mematangkan payudara agar dapat menghasilkan ASI, dan meningkatkan gairah seksual.
Ukuran ovarium bertumbuh seiring usia
Fakta. Volume ovarium berukuran kurang lebih 0,7 ml pada usia dua tahun. Volume ovarium akan mencapai puncaknya pada usia 20 tahun dengan ukuran kurang lebih 7,7 ml. Bentuknya oval dengan diameter sekitar 2 cm, panjang 3,5 cm, dan tebal 1 cm. Pada saat menopause ovarium akan kembali mengecil dengan volume rata-rata menjadi 2,8 ml.
Wanita bisa hidup dengan satu ovarium
Fakta. Pada umumnya perempuan memiliki dua ovarium yang terletak di sisi kanan dan kiri. Namun, beberapa kondisi mengharuskan perempuan hidup dengan satu ovarium saja. Kondisi ini memungkinkan terjadi misalnya kepada seseorang yang mengalami kanker ovarium sehingga indung telurnya harus diangkat.
Akan tetapi, seseorang yang hanya memiliki satu indung tetap bisa hamil. Dengan catatan, ovarium yang ada dan saluran telur (tuba falopi) dalam kondisi sehat.
Kista ovarium bersifat kanker
Mitos. Kista adalah kantung berisi cairan yang jarang mengandung sel kanker. Kebanyakan kista ovarium yang sering ditemui adalah kista fungsional yang terbentuk selama ovulasi. Kista ini jarang mengganggu ovulasi ataupun masalah kesehatan karena akan menghilang dengan sendirinya. Oleh karenanya, sebagian besar kista tidak memerlukan operasi pengangkat. .
Kista ovarium punya kemungkinan tumbuh dan mengganggu ovulasi, tetapi peluangnya sangat minim. Kemungkinan ini bisa muncul apabila ada faktor ginekologi kronis. Apabila terus tumbuh dan mulai merasakan gejala tidak nyaman seperti nyeri punggung maupun tekanan perut, pemeriksaan lebih lanjut disarankan. Bukan tidak mungkin, pembedahan menjadi salah satu solusi walaupun peluangnya kecil.
Kanker ovarium bisa disembuhkan
Fakta. Kanker ovarium memicu tumbuhnya tumor di indung telur. Kanker yang berada di stadium 1, 2, dan menginjak 3 kemungkinan masih bisa disembuhkan. Namun, beberapa pasien yang sudah berada di stadium 3 dan 4 memiliki kesempatan sembuh menjadi lebih kecil.
Sebelum pasien kanker menjalani pengobatan, serangkaian tes akan dilakukan terlebih dahulu. Setelahnya dokter akan mengambil langkah pengobatan yang paling sesuai. Pengobatan bertujuan mengurangi gejala kanker dan memperlambat penyebaran sel kanker. Beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah operasi, kemoterapi, radiasi, terapi hormon, Luteinizing-hormone-releasing Hormone (LHRH) agonists, Tamoxifen, Aromatase Inhibitors, terapi target, Bevacizumab (Avastin), dan Inhibitor PARP.
Penting untuk selalu memperhatikan kesehatan kondisi organ reproduksi agar tetap sehat dan berfungsi secara normal. Selain berdampak langsug pada kehidupan diri sendiri diri sendiri, kesehatan organ reproduksi juga menjamin keberlangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono