MOJOK.CO – Sabda Palon merupakan sosok legendaris dalam mitologi Jawa. Namanya kerap muncul dalam kisah penyebaran agama Islam di tanah Jawa.
Sabda Palon merupakan seorang pengawal atau abdi terakhir dari Prabu Brawijaya sebelum Kerajaan Majapahit runtuh oleh Kerajaan Demak. Sosok pelayan setia ini terkenal dengan ramalannya, “Jawa akan kembali kepada agama leluhurnya. 400 tahun setelah kejatuhan, Majapahit akan dijangkau oleh Sabda Palon untuk kembali kepada agama leluhurnya.”
Babad Kediri mengisahkan tokoh ini sebagai pemomong para raja Jawa zaman dulu. Serat Darmagandhul menyebutkan bahwa “narendra kawula emong punika karya ninga” atau “para raja tanah Jawi saya momong, itulah pekerjaanku.” Dia juga terkenal sebagai rajanya para jin, makhluk halus yang menjaga tanah Jawa yang sering kita sebut dengan Semar.
Babad Kediri juga menuturkan bahwa Sabda Palon merupakan pengawal yang mengiringi pelarian Prabu Brawijaya ke Bali setelah Kerajaan Majapahit runtuh.
Muncul pertama kali di Babad Kediri
Sabda Palon muncul pertama kali pada 1873 di sebuah naskah bernama Babad Kediri. Babad Kediri merupakan babad yang secara terang-terangan menolak Islamisasi di Pulau Jawa. Para wali yang menjadi aktor Islamisasi diumpamakan sebagai gerombolan curut yang dikasih kebaikan oleh sang raja, tapi menggerogoti dari belakang.
Babad ini juga menggambarkan proses Islamisasi sebagai proses kedurhakaan pemberontakan seorang anak bernama Raden Patah kepada ayahnya sendiri bernama Prabu Brawijaya. Nah, di pemberontakan inilah, sosok Sabda Palon muncul untuk dikisahkan.
Intisari Babad Kediri
Secara umum, Babad Kediri berkisah tentang 3 hal. Pertama, perihal Islamisasi di Pulau Jawa merupakan sebuah kesalahan besar dan fatal. Kedua, menganggap para wali; Sunan Bonang dan Sunan Giri sebagai aktor jahat yang mendalangi proses pemberontakan kepada Kerajaan Majapahit.
Ketiga, menggambarkan Raden Patah, anak Prabu Brawijaya, sebagai seorang sosok yang durhaka karena berani memberontak kepada ayahnya. Saking sedihnya, Prabu Brawijaya akhirnya memilih untuk melarikan diri menuju ke arah timur menuju Bali.
Melihat kejadian ini, Sunan Kalijaga kemudian menyusul Prabu Brawijaya dan memintanya kembali menjadi raja di Majapahit. Raja terakhir Majapahit sempat menolak permintaan tersebut sebelum akhirnya Prabu Brawijaya terbujuk untuk kembali sekaligus masuk Islam.
Prabu Brawijaya kemudian mengajak dua pelayannya bernama Sabda dan Palon–ada yang menyebut dua, ada yang satu–masuk Islam. Akan tetapi, Sabda Palon Naya Genggong justru marah besar. Ia tidak senang melihat rajanya berpindah dari agama leluhurnya menuju Islam.
Sejak itu Sabda Palon berjanji meninggalkan raja untuk selamanya. Ia juga bersumpah bahwa akan berusaha keras untuk mengembalikan masyarakat Jawa kembali ke agama leluhurnya.
Bahkan, ia berseru akan membuang orang-orang Jawa yang berperilaku buruk ke luar negeri dan akan mendatangkan orang-orang asing ke daerah Jawa. Tafsir kami atas orang asing di sini, mungkin, orang Eropa Belanda.
Ia juga berjanji akan berusaha keras membuat masyarakat Jawa agar minum alkohol lagi dan makan daging babi lagi seperti di zaman Majapahit.