MOJOK.CO – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengungkapkan BIN dan Polri berhasil mengidentifikasi identitas Bjorka. Tidak lama berselang, di hari yang sama, beredar kabar pemuda bernama Muhammad Said Fikriansyah (17) adalah sosok di balik peretas Bjorka.
Sebuah akun Instagram @volt_anonym menuding Said sebagai Bjorka karena memiliki jejak digital dan kualitas dokumen yang bocor di masyarakat. Said kaget mengetahui tudingan yang dilayangkan kepadanya. Ia mengaku tidak mengenyam pendidikan atau memiliki keahlian sebagai peretas.
Pemuda yang berasal dari Gang Kebantengan, Kelurahan Klayan, Kecamatan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat itu menempuh pendidikan di SMK Wahidin sebelum pindah ke paket C untuk belajar mengedit video.
“Saya bukan Bjorka, bukan hacker. Masih kejar paket C, baru dua bulan. Ngedit video buat asah keahlian,” ujarnya seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Rabu (14/9/2022).
Said sudah menghubungi Polres Cirebon Kota. Ia meminta pendampingan untuk menyampaikan klarifikasi atas informasi yang menyudutkan namanya.
Selain Said, seorang pemuda asal Madiun berinisial MAH (21) yang diduga sebagai Bjorka dikabarkan telah diamankan oleh Tim Cyber Mabes Polri, Rabu (14/9/2022) malam. MAH merupakan warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan yang sehari-hari bekerja sebagai penjual es. Informasi yang beredar, hingga Kamis (15/9/2022) pemeriksaan terhadap MAH masih dilakukan.
Ramainya pengungkapan identitas Bjorka terjadi setelah Mahfud MD mengatakan bahwa Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri berhasil mengidentifikasi identitas Bjorka. Mereka melacaknya menggunakan sebuah alat.
“Tetapi belum bisa diumumkan gambaran-gambaran siapa dan dimana saja itu,” kata Mahfud MD dalam konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Rabu (14/9/2022) seperti dikutip dari Antara.
Dugaan peretasan yang dilakukan Bjorka disebut Mahfud tidak terlalu membahayakan. Bjorka juga dinilai tidak memiliki keahlian maupun kemampuan pembobolan dilihat dari data-data yang diretas bersifat umum.
Kendati begitu, Mahfud bilang peristiwa ini dapat menjadi pengingat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pengamanan data, baik data negara maupun data masyarakat.
Perlukah mencari identitas Bjorka?
Pakar Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ridi Ferdiana menyarankan Presiden Joko Widodo membuat tim respon darurat untuk memperkuat keamanan data. Dibanding menindak dan melacak Bjorka, tim respon darurat sebaiknya berfokus mempertebal keamanan data serta menggencarkan edukasi bagi masyarakat dan institusi agar memiliki budaya penyimpanan data secara aman.
“Bjorka saat ini sudah dipastikan menyebarkan data tetapi belum tentu hacker-nya yang bersangkutan. Data yang tersebar umum terjual di deep web,” kata Ridi seperti dikutip dari Antara, Rabu (14/9/2022).
Ia menambahkan, sistem perlindungan data tidak selamanya mampu menangkal serangan siber. Apalagi jika tidak ada ada pembaruan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
“Sistem perlindungan data di sistem manapun tidak akan tahan peluru di lekang zaman. Artinya aman kemarin bukan berarti aman hari ini,” imbuh dia.
Selain mengamankan data, pemerintah perlu segera memprioritaskan ekosistem yang mendukung perilaku dan budaya siber yang aman. Regulasi yang disusun sebaiknya bukan sekadar bersifat mengancam, tetapi juga mengedukasi agar tercipta ekosistem digital yang nyaman untuk berkarya.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih peduli pada keamanan data. Ini bisa dimulai dengan memperhatikan hal-hal kecil, seperti idak menyebarkan tautan dokumen berupa data pribadi di media sosial. Hal tersebut mudah dieksploitasi pelaku-pelaku kejahatan siber.
Sumber: Antara, cnnindonesia.com
Penulis: Kenia Intan