MOJOK.CO – Universitas Gadjah Mada alias UGM, dulunya tak hanya berlokasi di Bulaksumur dan Sekip saja, seperti yang kita kenal sekarang ini. Kampus tersebut, ternyata sempat punya cabang di Magelang. Namun, pendiriannya sendiri lebih bersifat politis karena UGM Cabang Magelang ingin membendung ideologi komunisme yang disebarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ceritanya pada awal 1960-an, situasi politik di Indonesia memang sedang bergejolak. Gesekkan antara kubu nasionalis, agamis, dan komunis terus terjadi. Termasuk di Yogyakarta dan kota-kota sekitarnya, seperti Magelang.
Komunisme, di bawah bendera PKI, punya pengaruh besar di wilayah ini. Buktinya pada awal 1960-an, Walikota Magelang yang berhaluan kiri, Argo Ismoyo (1958-1965) sempat mendirikan Universitas Rakyat (UNRA) Borobudur.
Kampus tersebut rencananya sebagai tempat pendidikan bagi calon kader PKI. Mirip-mirip dengan UNRA Mataram di dekat Pasar Ngasem, Yogyakarta, pada masa lalu.
Buat membendung gerak PKI tersebut, pihak militer tak tinggal diam. Mereka pun menyulap kampus swasta yang dikelola yayasan Perguruan Tinggi Magelang (PTM)—diketuai Bupati Magelang kala itu yang berhaluan kanan—menjadi PTN.
Pihak militer pun melibatkan UGM. Alhasil, berdasarkan SK Menteri PTIP No. 181 Tahun 1963, perguruan tinggi swasta tersebut berubah status menjadi PTN dengan nama “UGM Tjabang Magelang”. Lokasinya sendiri terletak di Kompleks Bakorwil II Magelang, Jalan Pangeran Diponegoro, Cacaban—10 menit perjalanan dari pusat kota Magelang.
UGM Cabang Magelang punya tiga fakultas
Dalam SK tersebut cuma menyebut “status negeri hanya pada bidang akademisnya saja, sedangkan bidang administrasi, personil, dan keuangan tetap menjadi tanggung jawab Yayasan PTM”.
Namun, berkat keterampilan para pimpinannya, termasuk dari pimpinan UGM pusat, secara cepat UGM Cabang Magelang mendapat personil dan cipratan dana dari pemerintah. Menurut beberapa sumber, UGM Cabang Magelang juga mendapat pembiayaan dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) atau yang sekarang Akmil Magelang.
Pada awal berdiri, mereka memiliki dua fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum. Kemudian pada 1964, mereka membuka Fakultas Teknik Bagian Sipil.
Meskipun cepat berkembang, mereka juga cepat layu. Oleh karena pendiriannya atas alasan politis buat melawan PKI, saat komunisme Indonesia runtuh pada 1965 kampus juga ini mulai kehilangan hasrat buat lanjut.
Akhirnya, pada 1978 UGM Cabang Magelang resmi tutup. Selama 15 tahun beroperasi, ada 1.855 mahasiswa yang pernah terdaftar di sini.
Baca halaman selanjutnya…
Kini bukan aset milik UGM lagi
Kini bukan aset UGM lagi
Kini, yang tersisa dari UGM Cabang Magelang tinggal namanya saja. Ini bisa bermakna secara harafiah, sebab hanya monumen memorial berlogo UGM dan bertulis “UGM Tjabang Magelang” saja yang masih utuh.
Sementara bangunan lain amat memprihatinkan. Tembok-tembok sudah penuh dengan coretan; rerumputan liar menutupi area halaman kampus; dan lumut-lumut juga sudah menyelimuti sebagian sudut dinding. Jadi, jika kalian datang ke sini, jangan mengharapkan nostalgia, ya.
Saat ini bekas bangunan kampus UGM Cabang Magelang secara resmi bukan lagi milik UGM. Hal ini setelah pada 2017 UGM menyerahkan aset berupa bangunan dan tanah seluas 600 meter persegi di Kompleks Bakorwil II Magelang kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Perjalanan Fakultas Kedokteran UGM, Fakultas Kedokteran Tertua yang Tumbuh di Tengah Masa Sulit
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News