3 Fakta tentang Kiai Melati, Sosok Penting di Balik Sejarah Kelahiran Kabupaten Klaten

sejarah kiai melati klaten.MOJOK.CO

Ilustrasi Klaten (Dok. Pemkab Klaten)

Pada masa peringatan hari ulang tahun Kabupaten Klaten yang jatuh setiap 28 Juli, nama Kiai Mlati jadi sosok yang kerap muncul. Sosok ini disebut punya peran penting pada sejarah awal kabupaten yang punya nilai historis kuat ini.

Kabupaten Klaten jadi wilayah strategis di Jawa Tengah. Berada di antara Solo dan Jogja, kabupaten ini selama beberapa dekade terakhir mengalami pertumbuhan pembangunan yang pesat.

Jauh sebelum masa pembangunan pesat itu, Kabupaten Klaten jadi saksi sejarah peradaban masa kuna. Tercatat, Kabupaten Klaten memiliki sebutan kota 1000 candi lantaran banyaknya sisa-sisa kejayaan era kerajaan masa silam. Beberapa di antaranya yakni Candi Prambanan, Candi Merak, Candi Plaosan, hingga Candi Sewu.

Namun, sosok yang kerap disebut sebagai cikal bakal awal perkembangan sekaligus penamaan wilayah ini adalah Kiai Melati. Makamnya bisa dijumpai di tengah kota, sebuah kompleks pemakaman kuna. Ada beberapa fakta menarik tentang sosok Kiai Melati yang telah Mojok rangkumkan.

#1 Sosok yang “babad alas” di Klaten berasal dari Kerajaan Mataram

Kiai Melati dan istrinya, Nyai Melati merupakan abdi dalem Keraton Mataram yang secara khusus diutus untuk tinggal di wilayah yang kini dikenal sebagai Klaten. Dalam Serat Narpawada yang dilansir dari laman resmi Pemkab Klaten, disebut bahwa Kiai Melati ditugaskan untuk menyerahkan bunga melati dan buah joho untuk menghitamkan gigi para putri keraton.

Guna memenuhi kebutuhan bunga melati untuk raja, Kyai dan Nyai Mlati menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Polisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan ke istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta.

Dari situlah, kisah babad alas Kiai dan Nyai Melati di wilayah Klaten dimulai. Tidak ada catatan detail mengenai akhir riwayat kedua sosok ini. Namun, makam keduanya hingga kini kerap diziarahi warga Klaten.

#2 Melati, Mlaten, hingga Klaten

Ada berbagai versi tentang sejarah penamaan Klaten. Ada yang menyebut, nama ini berasal kata Kelathi atau buah bibir yang kemudian diasimilasi menjadi Klaten. Namun, ada juga yang menyebut berasal dari nama dari sang tokoh babad alas.

Juru kunci makam Kiai Melati, Kun Aribowo menjelaskan bahwa nama kabupaten ini berasal dari Melati yang kemudian menjadi nama wilayah Mlaten. Dari nama tersebut lalu ada pengembangan lagi menjadi Klaten.

Sang juru kunci bercerita Kiai Melati hidup di wilayah tersebut pada medio 1700 hingga 1755 masehi. Sementara hari jadi Klaten, berdasarkan kesepakatan dimulai pada 1804.

“Jadi sebenarnya kerabat dari Pajang, julukannya Kiai Melati, tidak mau disebut nama aslinya. Tahun 1755 berdiam di sini bersamaan geger keraton Yogya dan Solo saat itu,” ujar Kun melansir Detik.com.

#3 Makamnya terletak di pusat kota

Berdasarkan kisah sejarah itu, Pemkab Klaten lantas membangun pagar untuk kompleks makam Kiai Melati. Setiap menjelang hari jadi kabupaten, berbagai kalangan kerap menziarahi makam tersebut.

Makam Kiai Melati terletak di jantung kota. Tepatnya di Kampung Sekalekan. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Alun-alun dan 500 meter dari gedung perkantoran pemerintah setempat. Letaknya cukup strategis.

Di kompleks pemakaman tersebut, sebenarnya ada puluhan makan yang hanya berupa tumpukan batu. Salah satu tokoh yang juga masih kerabat dari Kiai dan Nyai Melati yang dimakamkan di lokasi itu adalah Kiai Danareksa. Selain itu, yang lain merupakan makam kuna dari generasi penghuni wilayah ini beberapa abad silam.

Menjelang dan beberapa hari setelah momen hari jadi Kabupaten Klaten, makam tersebut menjadi ramai. Pemkab Klaten juga rutin menziarahinya. Begitu pula dengan warga setempat. Sosoknya terus dikenang sepanjang perjalanan kabupaten ini.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Aly Reza

BACA JUGA Klaten Koppig Adalah Wujud Jiwa Patriotisme yang Mampu Memenangkan Pasukan Diponegoro. Kami Bukan Kota Kaleng-Kaleng

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version