MOJOK.CO – Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, menyatakan bahwa Sri Lanka bangkrut dan mengalami krisis ekonomi terburuk sejak negara tersebut merdeka pada 1948. Beberapa negara seperti India hingga Australia beri bantuan untuk meringankan beban masyarakat Sri Lanka.
Krisis ekonomi yang menghantam Sri Lanka semakin memburuk dalam bulan-bulan terakhir. Negara tersebut bahkan tak lagi mampu untuk melakukan impor kebutuhan pokok seperti makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Negara ini bahkan tidak mampu membayar gaji pegawai negeri mereka sehingga banyak pelayanan yang akhrinya tutup. Sekolah dan rumah sakit tidak lagi beroperasi. Listrik dan jaringan internet juga sangat terbatas.
Perhitungan terkini menyebutkan bahwa Sri Lanka membutuhkan setidaknya 5 miliar dolar Amerika atau sekitar 72 triliun rupiah. Seluruh dana tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya yang mencapai 22 juta jiwa.
Rincian kegunaan uang tersebut adalah 3,3 miliar dolar AS untuk impor bahan bakar, 900 juta dolar AS untuk makanan, 600 juta dolar AS untuk pupuk, dan sisanya untuk pembelian gas.
Kebutuhan ini belum termasuk uang yang dibutuhkan untuk melunasi utang Sri Lanka yang berada di angka 51 miliar dolar AS atau sekitar 732 triliun rupiah. Utang tersebut berasal dari pinjaman beberapa negara seperti China dan Jepang.
Penyebab kegagalan Sri Lanka dalam mengelola keuangannya ini disebabkan berbagai faktor. Mulai dari pandemi Covid-19 yang memukul rata sektor pariwisata, dampak perang Rusia-Ukraina, keputusan pemerintah yang tidak bijak, hingga manajemen keuangan negara yang buruk.
Kamis (23/6/2022), Menteri Luar Negeri India, Vinay Kwatra, telah berdiskusi dengan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe terkait bantuan sebesar 4 miliar dolar Amerika.
“Delegasi India menyatakan bahwa Pemerintah India dan otoritas politik berkomitmen untuk memberikan dukungan berkelanjutan kepada Sri Lanka,” ujar pemerintah India dalam keterangan resmi dikutip dari Antara.
India juga menyatakan siap membantu Sri Lanka yang sedang menghadapi situasi sulit sebagai teman dekat.
Selain India, beberapa negara lain juga tercatat telah memberikan bantuan untuk kebutuhan mendesak Sri Lanka. Australia dikabarkan telah mengirim 15 juta dolar AS sebagai dana pangan darurat bagi masyarakat Sri Lanka. Negara tetangganya, Selandia Baru, juga memberikan bantuan sebanyak 800 ribu dollar AS melalui UNICEF PBB.
PBB juga mulai memberikan kupon makanan yang diberikan khusus untuk 2.000 wanita hamil. Selain itu, ada pula kupon yang bernilai 15 ribu rupee atau 40 dolar AS dan dibagikan bagi tiga juta penduduk Sri Lanka yang terkena dampak cukup parah.
Pemerintah Sri Lanka sendiri sedang mengusahakan konferensi dengan China, India, dan Jepang untuk melanjutkan pembicaraan bersama IMF. Nantinya, konferensi tersebut akan membahas bantuan keuangan atau bailout sebesar 3 miliar dolar AS.
Penulis: Shinta Sigit Agustina
Editor: Purnawan Setyo Adi