MOJOK.CO – Bos Tesla, Elon Musk sejak lama telah disebut-sebut hendak mengakuisisi Twitter dengan harga 44 miliar dolar AS. Namun kini, ia justru dikabarkan mundur dari kesepakatan tersebut. Salah satu alasannya karena akun palsu alias akun bot yang marak ditemui di platform ini.
Musk beranggapan Twitter tidak bisa memberikan kepastian data terkait jumlah akun bot yang beredar di platformnya tersebut. Baginya, akun bot berpengaruh terhadap performa bisnis mereka.
“Twitter secara material melanggar beberapa kesepakatan dalam perjanjian tersebut, kelihatannya membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang Tuan Musk andalkan ketika masuk ke perjanjian merger,” kata Elon Musk dalam berkas yang diajukan ke pengadilan, dikutip dari Reuters pada Selasa (12/7).
Memang, sejak awal berencana membeli Twitter, akun bot merupakan isu penting yang ingin diperbaiki konglomerat dunia ini. Dalam sebuah cuitan, dia pernah mempertanyakan klaim Twitter bahwa lebih dari 95 persen pengguna mereka adalah manusia sungguhan.
“Twitter mengklaim bahwa >95 persen pengguna aktif harian adalah manusia sungguhan. Ada yang punya pengalaman serupa?” cuit Musk, sambil menyertakan pilihan jajak pendapat emoji tertawa dan robot.
Twitter claims that >95% of daily active users are real, unique humans. Does anyone have that experience?
— Elon Musk (@elonmusk) May 17, 2022
Di sisi lain, pihak Twitter juga tidak tinggal diam dengan kehebohan yang ditimbulkan Musk. Ketua Dewan Twitter, Bret Taylor mengumumkan, lewat akun Twitter-nya, akan membawa kasus ini ke pengadilan.
“Dewan Twitter berkomitmen menyelesaikan transaksi sesuai dengan harga dan syarat yang disepakati dengan Tuan Musk dan berencana menempuh langkah hukum untuk menegakkan perjanjian merger. Kami yakin akan menang di Pengadilan Negeri Delaware,” kata Taylor.
Dalam waktu yang singkat, Twitter menggandeng firma hukum Wachtell, Lipton, Rosen and Katz untuk menangani masalah ini. Firma hukum ini rupanya pernah menjadi penasihat hukum Elon Musk pada 2018.
Ketika itu Musk ingin mengubah Tesla menjadi perusahaan privat atau tertutup. Dia tidak merealisasikan rencana tersebut meski mengaku sudah mendapatkan dana senilai 72 miliar dolar Amerika Serikat.
Kuasa hukum Twitter mengajukan berkas tuntutan, menuduh “Tuan Musk dan pihak Musk lainnya secara sadar, sengaja dan secara material melanggar kesepakatan”, dikutip dari The Verge.
Jika Musk mundur dari rencana pembelian perusahaan ini, dia tentu tidak bisa pergi begitu saja. Ada konsekuensi hukum yang harus dia tanggung jika dia membatalkan kesepakatan ini.
Bloomberg melaporkan Twitter bernilai 44 miliar dolar AS karena Musk menawarkan harga 54,2 dolar AS per saham. Dalam kesepakatan bisnis, pada umumnya ada klausul mengenai “biaya ganti rugi” untuk mengantisipasi pelanggaran kontrak.
Biaya ganti rugi menurut kesepakatan tersebut senilai 1 miliar dolar AS sehingga jika Musk mundur begitu saja, kemungkinan dia harus mengeluarkan uang senilai itu untuk ganti rugi kepada Twitter. Dalam tulisan itu Bloomberg mengemukakan Musk setidaknya punya dua pilihan, tetap membeli Twitter senilai kesepakatan atau justru membayar biaya penalti yang bisa jadi lebih besar.
Konflik Elon Musk dengan Twitter masih akan terus berlanjut karena kedua pihak saling melapor ke pengadilan. Namun di tengah itu semua, pria ini masih aktif berkicau melalui akun @elonmusk miliknya.
Penulis: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi