MOJOK.CO – Tingginya angka pengidap HIV/AIDS di Kota Bandung mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) setempat berkoordinasi dengan pihak terkait. Wali Kota Bandung Yana Mulyana juga memastikan tes HIV/AIDS di Kota Bandung tidak dipungut biaya.
Yana mengungkapkan, sebanyak lebih dari 5.000 kasus HIV/AIDS yang sudah terdeteksi sejauh ini seperti fenomena gunung es, jumlahnya bisa saja lebih besar.
“Bukan menyalahkan metode surveinya, tapi ini sebagai peringatan kita saja. Akurasinya saya tidak tahu karena kelompok ini tuh pasti tertutup,” kata Yana, Jumat (26/8/2022).
Tingginya angka HIV/AIDS di Kota Bandung menurut Yana perlu segera diantisipasi karena tidak semua pengidap HIV/AIDS terbuka untuk berkonsultasi. Dia pun memastikan tes HIV/AIDS di Kota Bandung tidak dipungut biaya.
Pemkot Bandung bakal melakukan pendataan lebih rinci terkait pengidap HIV/AIDS dengan menggandeng KPA dan Warga Peduli AIDS (WPA). Ia ingin mengetahui, dari ribuan kasus yang tercatat, berapa besar yang sudah menerima pengobatan.
Mahasiswa hingga ibu rumah tangga
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung mencatat, per Desember 2021, sebanyak 5.943 orang berdomisili di Kota Bandung mengidap HIV/AIDS. Sebanyak 1.842 diantaranya merupakan karyawan swasta, 653 ibu rumah tangga, dan 400 mahasiswa.
Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Deri menjelaskan, faktor penularan HIV/AIDS tidak terlepas dari perilaku seksual berisiko, misalnya gonta-ganti pasangan. Mengutip laman resmi KPA Kota Bandung, selain perilaku seksual berisiko, penularan bisa juga melalui jarum suntik dengan orang yang telah terinfeksi HIV sebelumnya.
Penularan melalui ibu HIV positif ke bayinya pada saat hamil, melahirkan, atau menyusui juga bisa terjadi. Kecuali, jika ibu hamil tersebut mengonsumsi obat ARV dan viral load-nya tidak terdeteksi.
Perlu menjadi perhatian, penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh. Oleh karenanya, HIV tidak dapat ditularkan dengan berpelukan, bersalaman, gigitan nyamuk dan aktivitas sosial lainnya.
Dalam laman tersebut juga dijelaskan, tes HIV dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Tes HIV diperlukan ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom. Tes juga bisa dilakukan bagi mereka yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan.
Sebagai upaya pencegahan, mereka yang ingin melangsungkan pernikahan juga bisa melakukan tes. Begitu pula dengan mereka yang ingin memulai program hamil.
Apabila hasil tes positif dan kondisi badan baik dapat segera melakukan terapi anti retro viral (ARV). Apabila hasilnya positif namun kondisi tubuh tidak baik dengan infeksi oportunistik lainnya, maka pengobatan infeksi penyerta menjadi prioritas sebelum melakukan pengobatan ARV.
Sumber: Antara, KPA Kota Bandung
Penulis: Kenia Intan