Beberapa waktu yang lalu, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melontarkan pernyataan yang cukup bikin banyak orang tercengang, yakni pernyataan soal kemiskinan.
Prabowo menyebut bahwa angka kemiskinan meningkat 50 persen.
âMata uang kita tambah, tambah rusak, tambah lemah. Apa yang terjadi adalah dalam lima tahun terakhir kita tambah miskin, kurang-lebih 50% tambah miskin,â kata Prabowo.
Sementara itu, SBY menyebut ada sekitar 100 juta orang yang masuk dalam kategori miskin.
Pernyataan ketua umum dua partai yang baru saja menyatakan berkoalisi ini langsung menjadi bahan keributan tersendiri. Banyak pihak yang terpelatuk. Salah satunya tentu saja adalah Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga yang memang boleh dibilang concern salah satunya terhadap dunia kemiskinan.
Kepala BPS Suhariyanto mempertanyakan dari mana data yang dipakai oleh Prabowo dan SBY sehingga bisa memberikan pernyataan soal kemiskinan yang menurutnya sangat salah.
Seperti diketahui, dalam laporan BPS yang dirilis beberapa waktu yang lalu, disebutkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia berada di tingkat 9,82% atau 25,95 juta orang.
Angka tersebut tentu sangat jauh dengan apa yang dikatakan oleh Prabowo dan SBY. Karena itu, Suhariyanto mempertanyakan dasar data yang dipakai oleh Prabowo dan SBY.
âAngka dari mana dulu? kalau kita ngomong kan harus pakai data kan. Kalau cuma ngomong, nggak pakai data ya susah ya. Cek saja data yang ada. Jadi kalau sebuah statement nggak ada datanya agak susah kita mengkonfirmasi,â kata Suhariyanto. âSekarang kalau kita menghitung metode, metodenya itu kan harus baku ya. Saya bisa saja bilang penduduk miskin 5% loh. Dari siapa (datanya)? ngikutin saya, kan gitu. Atau saya bilang penduduk miskin Indonesia 50%, dari mana? ya pokoknya ngikutin saya saja. Kan nggak bisa gitu.â
Suhariyanto mengatakan bahwa bantahan dirinya terhadap Prabowo dan SBY tersebut bukan soal presiden.
âSiapa pun presidennya, ada kenaikan, ada penurunan,â kata Hariyanto. âTidak peduli presidennya siapa, kalau memang naik ya naik.â
Wah, Pak Prabowo dan Pak Beye harus lebih berhati-hati lagi, nih. Jangan sampai memberikan pernyataan tanpa data yang akurat, apalagi soal kemiskinan.
Jangan sampai justru nanti Pak Prabowo dan Pak Beye yang dituduh miskin. Miskin rasa malu. (A/M)