MOJOK.CO – Jembatan Sasak merupakan jembatan penghubung antara Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Jembatan ini jadi jalur alternatif warga untuk menyeberang di saat Jembatan Mojo dan Jurug sedang dibangun.
Jembatan Sasak kini menjadi penghubung utama warga Solo dan Sukoharjo, khususnya warga Kampung Sewu yang berada di Solo dan warga Gadingan dan Mojolaban yang masuk wilayah Sukoharjo. Banyak aktivitas warga di dua wilayah tersebut yang mengandalkan jembatan ini.
Jembatan Sasak berada di Kampung Ngepung, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Jembatan ini terbentang sepanjang 80 meter. Pembuatannya dilakukan selama dua pekan. Saat ini jembatan sudah beroperasi sekitar 1 bulan. Tiap harinya orang yang hendak melintas dikenai biaya Rp2.000.
“Jembatan Mojo dan Jembatan Jurug kan sedang dibangun. Jadi saya buat jembatan ini, biar warga bisa lebih mudah dan dapat alternatif jalan lebih dekat,” ucap Sugiyono (78), pembuat Jembatan Sasak, Jumat (30/9/2022).
Jembatan ini dibuat oleh Sugiyono atau yang akrab disapa Bagong dengan merogoh kocek pribadinya sebesar Rp20 juta. Bagong membuat jembatan ini agar warga bisa melintasi sungai Bengawan Solo.
Sebenarnya jembatan ini sudah ada sejak tahun 1978. Keluarga Bagong secara turun temurun meneruskan jadi penyedia jasa penyeberangan di wilayah ini. Ia meneruskan pekerjaan kakeknya dulu. Hanya saja, kakeknya menyediakan jasa penyeberangan dengan menggunakan gethek.
“Saya hanya meneruskan saja. Dulu pakainya gethek, kalau sekarang saya buat jembatan,” katanya.
Jembatan ini dibuat oleh Bagong saat volume airnya kecil. Landasan jembatan terbuat dari anyaman bambu. Sementara untuk pengapungnya dilengkapi dari tong-tong yang yang menopang anyaman bambu ini. Perlu 100 bambu dan 34 tong untuk membuat Jembatan Sasak.
“Arus sungainya kan menyusut, sehingga kapal tidak bisa menyeberang. Sebenarnya kami ada kapal juga, tapi kalau kemarau seperti ini nggak bisa dipakai. Makanya saya inisiatif buat jembatan ini,” katanya.
Jembatan Sasak ini terbentang sepanjang 80 meter. Pembuatannya dilakukan selama dua pekan. Dan saat ini jembatan sudah beroperasi sekitar 1 bulan. Tiap harinya orang yang hendak melintas dikenai biaya Rp2.000. Bagong bisa mendapatkan keuntungan hampir Rp1 juta per hari dari beroperasinya jembatan ini.
“Sehari paling tidak ada 500-700 kendaraan yang menyeberang. Kalau dibandingkan pakai gethek ya banyak sekarang. Kalau gethek sehari hanya sekitar 300 orang,” katanya.
Terkait hal ini Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo Joko Supriyanto mengatakan jembatan ini menyalahi aturan. Sebab selama ini untuk titik ini izinnya untuk penyeberangan dengan perahu. Sehingga pemenang lelang mendapat hibah perahu dari Dinas Perhubungan Sukoharjo pada tahun 2020 lalu.
“Lokasi ini izinnya penyeberangan dengan perahu, bukan jembatan,” ungkap Joko.
Namun dengan dibangunnya Jembatan Sasak ini perlu ada antisipasi keamanan. Mengingat jembatan ini tidak ada kajian pra-pembangunannya. Sementara pemerintah sendiri, baik Solo dan Sukoharjo sudah membuat kajian untuk pembangunan jembatan gantung sekitar tiga tahun lalu. Sayangnya rencana ini mandeg di tengah jalan.
“Sampai saat ini belum ada kelanjutannya,” ucapnya.
Gibran siagakan SAR
Sementara itu, Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, Gibran Rakabuming Raka mengatakan telah menyiagakan SAR untuk mengantisipasi kejadian kecelakaan di jalur alternatif Jembatan Sasak yang menghubungkan Solo dengan Kabupaten Sukoharjo.
“Semua sudah saya perintahkan, Dishub (Dinas Perhubungan), BPDP (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk menyiagakan SAR di situ,” katanya di Solo, Kamis (29/9/2022) dilansir dari Antara.
Ia mengatakan langkah antisipasi dilakukan agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan yang melibatkan masyarakat. Pasalnya Jembatan Sasak yang hanya terbuat dari bambu dengan drum tersebut banyak dilewati masyarakat yang sebelumnya melewati Jembatan Mojo. Saat ini Jembatan Mojo tengah diperbaiki sehingga dalam waktu dua bulan ke depan ditutup untuk sementara waktu.
“Intinya ini kan [Jembatan Sasak] inisiatif warga Sukoharjo dan yang memanfaatkannya semua orang, ya orang Solo dan Sukoharjo. Ini bentuk kreativitas warga,” katanya.
“Sebenarnya saya tidak merekomendasikan adanya Jembatan Sasak itu. Ini kan Jembatan Mojo mau tidak mau harus diperbaiki dua bulan komitmen saya. Yang penting kalau jembatannya sudah selesai segera dibongkar lagi ya,” katanya.
Reporter: Novita Rahmawati
Editor: Purnawan Setyo Adi