Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Hiburan

Yang Baru, yang Beda, dan yang Bertahan di Nandur Srawung X

Ardhias Nauvaly Azzuhry oleh Ardhias Nauvaly Azzuhry
15 Agustus 2023
A A
nandur srawung mojok.co

Poster Nandur Srawung X (IG @nandursrawung)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Festival seni rupa Nandur Srawung hadir lagi di Yogyakarta. Pameran seni ini sudah berjalan selama 10 tahun. Apa yang berbeda di tahun ini?

Sejak pertama kali dihelat pada 2014, Nandur Srawung–salah satu festival seni rupa tahunan di Yogyakarta–berhasil menyelenggarakannya selama sepuluh tahun berturut-turut. Itulah hal dasar yang disampaikan dalam konferensi persnya di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta pada Senin (14/8/2023)

Konferensi pers Nandur Srawung ini dihadiri oleh seluruh kuratornya, antara lain: Rain Rosidi, Irene Agrivina, Bayu Widodo, Sudjud Dartanto, dan Arsita Pinandita.

Selain kabar konsistensi tersebut, di konferensi pers mereka juga menyampaikan perihal yang baru dan yang bikin beda dengan festival seni rupa lainnya. Mereka juga menjelaskan apa saja yang masih dipertahankan setelah satu dekade pameran Nandur Srawung digelar. Pameran Nandur Srawung rencanannya akan hadir pada 15-28 Agustus 2023 di Taman Budaya Yogyakarta.

Yang baru dan yang berbeda

Salah satunya, yang paling kentara adalah perubahan jenama dan logo, NS X, singkatan dari “Nandur Srawung X”. Perubahan ini dilakukan demi menyesuaikan dengan zaman. “Logo dan jenama yang simplistik, selain mudah diaplikasikan ke segala media promosi, juga terasa lebih modern,” jelas Arsita dengan membandingkan logo bertipe handwriting edisi lalu.

Berkenaan dengan tema, “Habitat Lokacarita”, NS X hendak mengedepankan ekspresi berkesenian masing-masing seniman yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya-habitat.

Bukan hanya jadi kerangka kurasi pameran, tema tersebut juga mendasari program residensi atau live-in yang bertajuk “Nandur Gawe”. Total ada empat lokasi residensi yang seluruhnya berstatus Cagar Budaya, yakni: Bulurejo, Kulon Progo; Ketandan, Kota Yogyakarta; Makam Seniman Giri Sapta, Bantul; Pesanggrahan Ambarukmo, Sleman; dan Pohon Resan, Gunung Kidul.

View this post on Instagram

A post shared by Nandur Srawung (@nandursrawung)

Bagi Sudjud, distribusi lokasi kegiatan yang merata di tiap kabupaten/kota juga jadi pembeda Nandur Srawung dengan festival seni rupa lainnya di Yogyakarta. “Memang, sejak awal kita punya semangat untuk memberdayakan masyarakat seni di level lokal. Bukan hanya tentang nilai melainkan juga stakeholder Yogyakartanya. Ini merupakan amanah dari Taman Budaya Yogyakarta,” ujar Sudjud.

Tentang pembeda dan juga kebaruan, Bayu menjadikan NS X Lab sebagai contohnya. Menurutnya, jarang gelaran seni rupa yang memberikan lokakarya secara teknis tentang pamerannya itu sendiri. Untuk itu, lewat NS X Lab, diadakanlah lokakarya seperti menyusun proposal pameran, art handling, dan exhibition making.

“Saya rasa, hanya Nandur Srawung festival yang memberikan pelajaran dasar dan teknis tentang pameran seni rupa,” ucapnya percaya diri. Bagi Bayu, lokakarya semacam ini perlu agar akses ilmu pengetahuannya tidak hanya berhenti di sekolah resmi.

Yang Bertahan

Tidak hanya berinovasi, NS X juga melanjutkan beberapa komitmen dan konsep yang sudah dimulai pada edisi-edisi sebelumnya. Rain menyampaikan, gelaran tahun ini meneruskan semangat berkesenian yang terbuka. “Sejak NS 5 [2018], kami meyakini bahwa ‘masyarakat seni’ tidak pernah berdiri sendiri. Selalu jadi bagian dari masyarakat yang lebih luas,” ungkapnya.

Konsekuensi teknisnya bukan hanya pada penghilangan sekat disiplin seni rupa dalam merencanakan pameran melainkan juga pada isu dan programnya. “Tahun ini, tata letak karya didasarkan pada isu seperti aktivisme, lingkungan, atau teknologi; bukan disiplin seni,” jelas Rain.

Iklan

Di luar itu, seperti yang tertulis di situsnya, mulai NS 5 pula digencarkan program-program publik. Semua itu demi mengubah NS bukan lagi perayaan ‘masyarakat seni’ seperti cita-cita awal embrionya, yakni festival “Rupa-Rupa Seni Rupa”. “Lebih luas lagi, yaitu cara masyarakat merayakan seni di ruang publik,” tukas Rain.

Di samping hal mendasar tentang sasaran kegiatan, NS X juga meneruskan semangat internasionalisnya. “Tahun ini ada partisipan dari Mesir, Jerman, Austria, dan India,” papar Arsita tentang kepesertaan yang mencakup mancanegara, terobosan yang dimulai sejak 2019.

Arsita juga menekankan tentang kuratorial NS X yang, “Membicarakan isu-isu universal lewat pengetahuan lokal sebagai titik berangkatnya”. Ini juga, imbuhnya, sesuai dengan visi UU Pemajuan Kebudayaan yang mengedepankan lokalitas.

Penulis: Ardhias Nauvaly Azzuhry
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Bioskop Permata, Andalan Muda-mudi Jogja pada Zamannya yang akan Menjadi Pusat Perfilman

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 15 Agustus 2023 oleh

Tags: Nandur Srawungpameran seniSeni rupa
Ardhias Nauvaly Azzuhry

Ardhias Nauvaly Azzuhry

Magang Mojok

Artikel Terkait

Biennale Jogja 18 Mojok.co
Ragam

Blusukan di Biennale Jogja, Sensasi Menikmati Karya Seni di Desa

11 November 2025
Nandur Srawung #12 Mojok.co
Kilas

Pameran Nandur Srawung #12 Merespons Krisis Global yang Saling Bertaut

16 Oktober 2025
Jogja Disability Arts (JDA) upayakan pameran seni rupa ramah tunanetra MOJOK.CO
Seni

Merancang Pameran Seni Rupa agar Dinikmati Tunanetra, Mereka Memang Tak Melihat tapi Bisa Mendengar

21 Agustus 2025
Kurator Suwarno Wisetrotomo Melarang Pemasangan Lukisan Yos Suprapto di Pameran Galeri Nasional Indonesia. MOJOK.CO
Aktual

Kurator Suwarno: Saya Nggak Mau Pasang Lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia, Bukan Soal Takut atau Tidak Takut

24 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.