The 1975 harus lebih bijak dan pintar untuk menyuarakan pendapat
Lintang tidak tahu dan tidak begitu peduli soal orientasi seksual Matty atau grup musiknya. Namun, menurutnya, The 1975 harus lebih bijak dan pintar untuk menyuarakan pendapat mereka. Bagi Lintang, alangkah lebih baik jika mereka mengeluarkan pendapatnya melalui karya.
“Matty dengan platform sebesar itu malah kasih contoh yang jelek. Sangat amat disayangkan. Memalukan,” pungkasnya.
Ditambah lagi, ia juga merasa tidak baik jika memaksakan opini kepada orang lain. Apabila memang tujuan The 1975 adalah kampanye LGBTQ. Lintang menekankan, aksi panggung tersebut malah semakin menghancurkan citra komunitas LGBTQ dan membuat mereka semakin rentan didiskriminasi.
Tindakan gegabah semacam itu tak mungkin bisa langsung mengubah pemikiran orang lain. “Mau mengubah budaya dan aturan di negara itu hanya dengan satu tindakan tak bertanggung jawab? Nggak mungkin, lah! Tiap negara punya budaya dan aturan sendiri,” tegas Lintang.
Menyuarakan pendapat pribadi memang hak setiap individu. Tidak apa-apa jika The 1975 memang berpihak dan ingin membela komunitas LGBTQ. Sayangnya, bagi Lintang, cara-cara yang dilakukan The 1975 sering kali aneh seperti mencium penggemar penyuka sesama jenis dan melanturkan kalimat-kalimat aneh tanpa persiapan.
Suka musiknya, tapi tidak dengan kelakuan mereka
Selain itu, ia juga tak menyukai kebiasaan mereka yang sering manggung dalam kondisi mabuk. Lintang menekankan, “Jadi aku lebih suka musik-musiknya, sih, bukan kelakuan mereka. Tapi serius, mereka dulu lucu!”
Salah satu impian Lintang adalah menonton langsung konser The 1975 dan menyanyikan lagu kesukaannya, Robbers. Harapannnya, penggemar yang membeli tiket konser mendapat pengalaman terbaik karena mereka telah totalitas mulai dari beli tiket sampai jauh-jauh datang demi grup musik kesukaannya.
“Please lah jangan aneh-aneh, orang-orang tuh nggak segampang itu loh mau ketemu kamu. Kita tuh pengen lihat kamu nyanyi, pengen seneng-seneng, just do your job!” ucapnya kesal.
Penulis: Viola Nada Hafilda
Editor: Iradat Ungkai