Fakta soal sego berkat Wonogiri
Sebagai orang asli Wonogiri dan telah menghabiskan hampir keseluruhan usia hidup di kota gaplek ini, tentu kami punya standar tersendiri dalam melihat menu seperti apa yang “layak” disebut sego berkat Wonogiri. Apa saja itu?
#1 Isian wajib
Pertama, yang harus diperhatikan adalah isian dari menu ini. Umumnya, sego berkat terdiri atas tiga isian wajib.
Antara lain ada sambel kentang, oseng bihun, dan rendang sapi manis, yang disajikan untuk mendampingi nasi putih.
“Nah, rendangnya di sini beda sama rendang pada umumnya. Kalau rendang Padang itu pedas, rendang di sego berkat cenderung manis ke gurih,” kata Rajif.
Namun, tak jarang ada juga modifikasi. Misalnya, sambal kentang disubtitusi dengan oseng cabai hijau dan tempe. Rendang pun juga kerap diganti dengan empal sapi campur serundeng.
“Tapi itu enggak umum, sih. Sego berkat yang ‘Wonogiri banget’ itu ya sambel kentang, bihun, sama rendang manis tadi,” sambungnya.
#2 Bungkus daun jati
Kedua, selain punya tiga isian menu wajib tadi, salah satu yang khas dari sego berkat adalah bungkusnya. Umumnya, sego berkat dikemas dengan bungkus daun jati.
“Kalau enggak ada aroma daun jati, kayak bukan sego berkat,” ujar Rajif.
Akan tetapi, setelah 2015 ke sini, saya juga kerap menjumpai sego berkat yang dibungkus kertas minyak ataupun box makanan. Begitu juga dengan Rajif, yang kini mengaku cukup sulit menjumpai sego berkat bungkus daun jati di daerahnya.
“Kalau di tempatku faktor musim aja kali ya. Pas hajatan di musim-musim kemarau susah juga nyari daun jatinya.”
#3 Eksklusif di acara-acara tertentu
Ketiga, yang membedakan sego berkat dengan menu-menu lain sebenarnya adalah eksklusivitasnya. Sesuai namanya, “sego berkat” berarti “nasi yang diberkahi”.
Maka, tak heran jika kemudian sego berkat hanya muncul di acara-acara tertentu seperti hajatan, lamaran, syukuran, atau acara gedhen serupa.
“Itu sih yang menurutku bikin sego berkat ini spesial. Soalnya kita cuman bisa nikmatin pas tetangga hajatan, jadi enggak tiap waktu bisa makan,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi