MOJOK.CO – Warga Jakarta dan sekitarnya tentu sudah tak asing lagi dengan jalan Tol Jagorawi. Jalan bebas hambatan ini punya sejarah panjang sebagai jalan tol pertama yang dimiliki Indonesia.
Tol Jagorawi punya peran yang penting bagi mobilitas masyarakat karena menjadi penghubung Jakarta, Bogor, Ciawi dan sekitarnya. Jalan bebas hambatan ini pengelolanya adalah PT Jasa Marga Group dan menjadi salah satu tol dengan volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) tertinggi di Indonesia. Catatannya mencapai 396 kendaraan per hari berada di bawah tol Dalam Kota dan tol Jakarta-Cikampek.
Proses pembangunan Tol Jagorawi
Menilik lagi ke belakang, ternyata Tol Jagorawi sudah vital sejak dahulu. Kehadiran jalan bebas hambatan pertama di Indonesia ini untuk menyiasati tingginya mobilitas kendaraan roda empat pada waktu itu. Maklum saja, sejak 1950 Jakarta sudah menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi. Setidaknya ada lebih dari 1,5 juta penduduk di sana pada tahun 1955.
Semakin lama, Jakarta kian menarik bagi warga daerah lain. Jumlah penduduk pada 1970-an tercatat meningkat drastis hingga mencapai 4,5 juta jiwa. Sebanyak 540.000 di antaranya memiliki kendaraan pribadi. Mobilitas untuk keluar masuk Jakarta kian padat. Kepadatan itu belum termasuk truk-truk yang mengangkut barang dari pabrik.
Pada 1973 akhirnya pemerintah mulai membangun Tol Jagorawi. Jalan ini menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi. sepanjang 59 km. Lalu, pada 9 Maret 1978 pengerjaan tol selesai dan Presiden Soeharto langsung meresmikannya.
FYI, selama proses pengerjaan tak mulus begitu saja. Pembangunan jalan ini sempat mendapat protes karena melibatkan pihak-pihak asing. Pemerintah kala itu menggandeng kontraktor asal Korea Selatan, Hyundai dan meminta perusahaan AS, Amman-Whitney & Trans Asia Engineering, sebagai pengawas proyek. Saat itu, masyarakat menilai pemerintah tak menghargai SDM dalam negeri.
Selain menjadi jalan tertua, tol Jagorawi sekaligus menjadi proyek pertama yang menggunakan utang luar negeri dan kontraktor asing. Megaproyek ini menelan dana hingga Rp2 miliar pada masa itu dan mendapat pinjaman dari AS sebesar 40 persen. Utang ini harus lunas selama 20 tahun.
Memakan banyak korban
Tidak sedikit kecelakaan terjadi di awal tol mulai beroperasi. Warga sekitar yang belum terbiasa dengan perubahan “menjahili” pengendara mobil yang melintas dengan melempar batu hingga kaca pecah, menyeberang tiba-tiba, dan menghalangi jalan dengan bambu.
Aksi kurang terpuji ini tidak lepas dari kekecewaan masyarakat akan ganti rugi yang tidak optimal dibanding proyeksi keuntungan yang pemerintah dapatkan. Selain itu, selama lima tahun pembangunan tol tercatat ada 22 pekerja tewas.
Di era sekarang ini, kecelakaan masih terjadi tol tertua di Indonesia itu. Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2021, terjadi 102 kecelakaan di ruas jalan tol Jagorawi. Jumlahnya memang menurun dari tahun-tahun sebelumnya, tapi tidak signifikan. Tercatat terjadi 105 kecelakaan dan 142 kecelakaan di tol Jagorawi pada 2020 dan 2019.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi