MOJOK.CO – Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekaligus Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas mengatakan warga Jogja diberi contoh yang menyengat, mantan walikotanya jadi tahanan KPK. Ini bukti, bahwa pada saatnya Allah akan memberikan ganjaran pada orang-orang yang tidak jujur dan membohongi rakyatnya.
“Bahkan kita warga Jogja di beri contoh yang menyengat, yaitu mantan walikota Yogyakarta yang sekarang sedang menikmati rompi orange di tahanan KPK. Itu menunjukkan bahwa kalau orang tidak jujur dan membohongi rakyatnya maka pada saatnya Allah akan memberikan ganjaran atas perbuatan mereka,” papar Busyro Muqoddas saat menjadi penceramah di lapangan Minggiran, Mantrijeron, Yogyakarta, Sabtu (09/07/2022).
Mantan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti tertangkap tangan dalam dugaan suap pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) apartemen Royal Kedhaton di Kemetiran Lor.Â
Menurut Busyro, para elite yang berkuasa seringkali hanya memberikan janji muluk setiap lima tahun sekali saat pemilu. Namun, setelah dipilih ternyata justru banyak di antara mereka yang memiliki cara yang kumuh dan menggunakan cara yang tidak elok menurut kemanusiaan apalagi keagamaan untuk mendapatkan keuntungan sendiri.
Contohnya, dalam situasi negara saat ini ketika kelangkaan minyak goreng terjadi yang mengakibatkan harga komoditi tersebut melambung tinggi. Kelangkaan terjadi akibat mafia minyak goreng yang mencari keuntungan pribadi. Pelakunya para elite yang berkuasa dan memegang kebijakan. Seperti yang dilakukan mantan walikota Yogyakarta kepada warga Jogja.
“Dengan memilih jalan yang kumuh apakah Indonesia menjadi negara yang makmur bagi seluruh masyarakat, belum. Saya katakan belum karena ada faktanya banyak pengelola negeri yang mencari kemakmuran untuk dirinya sendiri, kelompoknya sendiri, partainya sendiri,” tandasnya.
Karenanya di momen Idul Adha ini, Busyro berharap para elite dan masyarakat bisa belajar dari kisah Nabi Ibrahim AS. Dalam kisah Nabi Ibrahim, domba dijadikan hewan kurban sebagai makna simbolik Ibrahim memberi contoh kepada umat manusia untuk membakar sifat-sifat kebinatangan.Â
“Jika sudah punya jabatan yang tinggi, bisa jadi perilakunya menyimpang seperti binatang, bahkan lebih dari binatang. Naudzubillahimindzalik. Maka sifat kebinatangan itu dibakar melalui simbol berkorban ini,” ungkapnya.
Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam pesannya mengungkapkan peringatan Idul Adha Muhammadiyah kali ini berbeda dari pemerintah yang baru dilaksanakan pada Minggu (10/07/2022). Namun perbedan tersebut tidak perlu diperdebatkan agar bangsa Indonesia senantiasa dapat menjaga kerukunan dan kebersamaan.
“Di tengah kita berbeda, kita harus tasamuh, menghormati, menghargai dan tidak ada yang ingin mendominasi biarpun pemerintah menentukan hari dan tanggal Idulfitri tapi kita harapkan juga pemerintah bersifat toleran, mengayomi, sekaligus menjadi tempat bersandar di tengah keragaman sehingga pemerintah tidak perlu bersifat monolitik,” paparnya.
Haedar juga berpesan agar setiap kantor wilayah turut bersikap arif dan menghormati perbedaan keyakinan terhadap Idul Adha kali ini. Diantaranya dengan tidak memaksa anggotanya untuk merayakan salat Idul Adha di hari tertentu.
“Khusus bagi umat, organisasi, dan tokoh keagamaan, mari Iduladha ini baik dalam konteks melaksanakan salat dan kaitan berkurban, kita harus makin memperkuat ukhuwah yang otentik. Keragaman paham, organisasi, tidak menghalangi kita untuk berbagi menjadi satu tubuh yang sama sebagaimana pesan Nabi bahwa antar umat, antar golongan harus saling menyangga satu sama lain,” imbuhnya.