MOJOK.CO – Semakin banyak berita hoaks menyebar menjelang tahun politik. Lalu bagaimana cara mengenali atau mengidentifikasinya?
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melihat adanya kecenderungan peningkatan berita-berita hoaks menjelang tahun politik. Pada awal 2023, Kominfo mencatat adanya peningkatan dari 51 isu hoaks sepanjang 2022 menjadi 152 isu hoaks. Adanya penambahan itu menjadikan temuan hoaks sejak 2018 hingga September 2023 menjadi 1.471 isu.
Melihat fenomena ini, Menteri Kominfo Budi Arie menekankan pentingnya antisipasi terhadap information disorder pada masa Pemilu. Kominfo akan melakukan penanganan dari berbagai sisi, termasuk dari sisi hulu yakni masyarakat. Kominfo akan melakukan peningkatan literasi dan kecakapan digital masyarakat dalam merespons hoaks melalui kampanye, edukasi, dan sosialisasi anti hoaks dalam Gerakan Nasional Literasi Digital.
“Disinformasi dalam kegiatan elektoral dapat mengakibatkan polarisasi antar masyarakat secara berkepanjangan, menurunnya kepercayaan pada demokrasi dan institusi pemerintahan, serta menimbulkan instabilitas politik yang menghambat roda perekonomian,” jelas dia.
Bagaimana mengenali berita hoaks?
Melansir dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ada beberapa cara mengenali berita hoaks:
- Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Misalnya, langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isi berita biasanya memang bersumber dari media resmi, tapi diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai kehendak pembuat hoaks.
- Cermati alamat situs
Selain memodifikasi sumber berita, berita hoaks biasa mengutip dari sumber-sumber yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi. Contoh sumber yang belum terverifikasi adalah blog. Oleh karena itu, apabila suatu berita mencantumkan sumber-sumber, biasakan untuk mencermati alamat situs.
- Periksa fakta
Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti. Sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif. Pandai membedakan keduanya bisa membantu pembaca untuk berpikir lebih jernih. Perhatikan keberimbangan sumber berita, jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
- Cek keaslian foto
Di era teknologi seperti sekaran ini, foto banyak yang dimanipulasi untuk provokasi. Pembaca bisa mengenali keaslian foto dengan memanfaatkan mesin pencari Google. Seret foto ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
- Ikuti diskusi anti hoax
Facebook adalah salah satu media sosial yang punya banyak grup atau fanpage terkait memerango hoaks. Di sana terdapat Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Kalian bisa bergabung di grup-grup diskusi itu dan menanyakan kebenaran atas suatu informasi di sana.
Cara-cara di atas semoga bisa digunakan untuk menekankan segala bentuk intervensi dan pengaruh pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap Pemilu 2024.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Masuki Tahun Politik, Pers Harus Jadi ‘Pemadam Kebakaran’ Hoaks Pemilu 2024
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News