MOJOK.CO – Benteng Vastenburg merupakan benteng pertahanan Belanda. Tempat tentara londo memantau Keraton Surakarta dan ancaman lain dari luar.
Surakarta (Solo) menjadi kota yang pernah diduduki oleh pemerintah Hindia Belanda. Jejak kaki londo tersebut masih tertinggal hingga sekarang. Salah satunya dengan keberadaan benteng megah di tengah kota: Benteng Vastenburg.
Benteng ini terletak di sebelah alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tepatnya di Kelurahan Kedung Lembu, Kecamatan Pasar Kliwon. Ia menjadi satu dari 275 benteng yang pemerintah kolonial bangun di Nusantara dahulu kala.
Sejarah Benteng Vastenburg
Benteng ini dibangun oleh Gubernur Jenderal Belanda, Baron van Imhoff. Mulanya, benteng ini bernama Fort De Grootmoedigheid yang berarti “Kemurahan Hati”. Kemudian karena suatu hal namanya berubah menjadi Vastenburg yang artinya “Teguh”.
Belanda menjadikan Benteng Vastenburg sebagai pusat pertahanan–berkenaan dengan perdagangan yang ada di Jawa. Sekaligus untuk mengawasi Keraton Yogyakarta sejak Pemerintahan Paku Buwono III agar tak berbuat macam-macam.
Pemilihan lokasi di wilayah tersebut berasal dari perencanaan strategis. Pihak VOC bermaksud untuk memecah tiga teritori, yakni perkampungan Arab di sebelah barat, perkampungan Cina di sebelah utara-timur, dan Keraton di sebelah selatan. Mereka takut, ketiga kekuatan tersebut bersatu dan mengancam hegomoni VOC.
Pembangunan Vastenburg berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama pada 1745, sedangkan tahap kedua selesai pada 1775. Pembangunan kedua terjadi atas dasar Perjanjian Giyanti.
Pasca Perang Diponegoro, tepatnya pada 1832, Belanda memperbarui Benteng Vastenburg. Inilah alasan mengapa di dekat pintu masuk bangunan sebelah utara terapat torehan angka “1832”.
Dalam perkembangannya, benteng ini juga menjadi pusat kegiatan militer berfasilitas penuh. Terdapat kantor, dapur, asrama, hingga gudang senjata. Seperti halnya benteng lainnya, bangunan Vastenburg bergaya Indische. Bentuknya bujur sangkar, dinding menggunakan batu bata, dan berketinggian 6 meter. Di tiap sudutnya, terdapat bastion atau tempat prajurit memantau keadaan sekitar.
Di dalam benteng terdapat bangunan sebagai tempat tinggal prajurit penjaga lengkap dengan lapangan yang kerap menjadi lokasi apel upacara.
Dahulu di depan pintu utama, terdapat jembatan sebagai jalan masuk sebab benteng ini dikelilingi oleh parit. Kini jembatan tersebut telah tiada dan parit sudah dangkal. Pada 1896, kantor Residen Surakarta tak lagi berada di dalam lingkungan benteng, berpindah ke bangunan baru di luar benteng.
Baca halaman selanjutnya…
Riwayat benteng pasca Belanda tak lagi berkuasa
Riwayat benteng pasca Belanda tak lagi berkuasa
Pada tahun 1942, Belanda menyerahkan benteng tersebut ke tentara Jepang bernama T Maze. Lalu selepas Indonesia merdeka, Benteng Vastenburg beraliguna sebagai markas Tentara Nasional Indonesia.
Kemudian pada dekade 1970 sampai 1980-an, benteng ini sempat menjadi markas pusat Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.
Pada 2013, Benteng Vastenburg sempat ramai jadi perbincangan masyarakat Surakarta dan penggiat kebudayaan lantaran adanya rencana wacana menjadikan benteng tersebut menjadi hotel atau pusat perbelanjaan. Rencana alih fungsi ini tentu saja mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan.
Beberapa bulan lalu, sejumlah titik benteng ini menjadi bahan sistaan Kejaksaan Negeri (Kajari) Jakarta Pusat. Penyitaan ini berhubungan dengan kasus Tindak Pidana Korupsi Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang menjerat Benny Tjokrosaputro.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Benteng Keraton Yogyakarta dari Masa ke Masa, Tetap Kokoh Berdiri Meski Kena Serang Bertubi-tubi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News