Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Ramadan dan Usaha Melampaui Level Tahan Lapar dan Dahaga Doang

Fahruddin Faiz oleh Fahruddin Faiz
19 April 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ihwal puasa di bulan Ramadan ini, bagi muslim dewasa, tentunya ibadah ini sudah terbilang beberapa tahun kita lakukan dalam kehidupan.

Selain merupakan kewajiban dan bukti kepatuhan beragama, puasa di bulan Ramadan ini mungkin telah jadi habit yang tertanam dalam diri kita, sehingga meninggalkannya akan menjadi beban pikiran dan perasaan, dan kita malu saat orang tahu ternyata kita tidak berpuasa.

Melampaui kesadaran bahwa puasa adalah kewajiban bagi setiap muslim, mungkin telah banyak diceramahkan segala hikmah dan manfaat puasa, baik dari sisi kesehatan, ketabahan kekuatan diri, hingga kepedulian sosial.

Ada tak terhitung narasi ideal tentang manfaat dan maslahat puasa bagi kehidupan individu maupun masyarakat, apalagi di bulan puasa seperti saat ini.

Kalau harus jujur, adakah pernah kita sekedar introspeksi diri. Benarkah puasa kita selama ini telah membawa manfaat dan maslahat, setidaknya untuk diri kita saja, baik secara fisik/kesehatan, mental/moral, maupun batin/spiritual?

Jika menghitung telah bertahun-tahun di setiap Ramadan—bahkan mungkin ada yang sudah berpuluh tahun—menjalankan puasa, diri kita mungkin merasa telah memiliki kualifikasi sebagai seorang yang bertakwa, hebat jiwa raga, sakti mandraguna, dan punya kemampuan tahan banting.

Masalahnya, perasaan seperti ini sebenarnya sudah menunjukkan kita belum mampu mengendalikan pemenuhan hasrat secara berlebihan, mengendalikan hati dari jebakan nafsu, mengendalikan jiwa dari dorongan sifat tercela, atau mengarahkan laju hidup ke ranah Ilahiah.

Pertanyaannya, mengapa perasaan itu bermunculan padahal kewajiban puasa telah tuntas kita jalankan?

Kemungkinan besar jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas bersifat negatif, yakni karena kita sendiri tidak pernah secara serius dan sungguh-sungguh mengorientasikan diri menuju hal-hal tersebut dengan menjadikan puasa sebagai kendaraannya.

Ibarat kendaraan, ke mana kita menuju ke sanalah kita sampai; namun meskipun sudah mengendarainya, tanpa mengarahkannya ke tempat yang kita tuju, ia pun tidak sampai ke sana.

Salah satu tantangan dalam menjalankan tindakan yang berawal dari pemenuhan kewajiban belaka adalah jebakan formalisme dan fokus kepada keterpenuhan syarat-rukun belaka.

Dalam ranah formalitas ini, amal-perbuatan yang mulia dengan segala manfaat dan hikmah di baliknya, berubah menjadi sekadar beban untuk segera tuntas diselesaikan, melewatkan indahnya proses dan nikmatnya buah yang bisa dipetik.

Menjalani amal mulia, apabila hanya berputar di ranah formalitas pemenuhan kewajiban, selain terasa sebagai beban, juga akan menjadi rutinitas yang menjemukan ketika kewajiban tersebut dituntut untuk dijalankan secara berulang atau berkala.

Tentu saja bukan sebuah aib atau kesalahan saat seseorang berjuang memenuhi kewajibannya, bahkan tetap bernilai kebenaran dan kebaikan, meskipun sambil merasakannya sebagai beban atau merasakan hampa dan kejemuan. Setiap tetes keringat dan detik waktunya tetap bernilai dan utama.

Iklan

Namun kehampaan makna, kehilangan manfaat-maslahah serta terlewatnya hikmah dalam satu amal-perbuatan yang harusnya berdaya-guna luar biasa, menyusutkan nilai penting keberadaan amal-perbuatan dimaksud.

Ibarat sepeda yang bisa dinaiki untuk meringankan perjalanan, namun hanya dituntun saja untuk menemani berjalan.

Menjalankan amal-kebaikan yang terhenti di level kewajiban saja ibarat anggota sebuah organisasi yang tidak memahami tujuan organisasinya, namun sekadar menjalankan aturan yang ditetapkan organisasi tersebut.

Tentu saja yang dilakukannya tidaklah salah, namun pemahaman dan kesadaran terhadap visi-misi organisasi akan lebih memantapkan amal baik yang dilakukannya, karena ia telah mengerti tujuan yang diinginkan dari tindakan tersebut, juga target yang dituju, serta manfaat yang mungkin diraih.

Pemahaman dan kesadaran ini akan membuatnya lebih bersungguh-sungguh dan lebih mampu menikmati proses serta meraih tujuan-manfaat yang terkandung di balik kewajiban tersebut.

Dalam konteks puasa yang kita jalani, anggaplah bahwa selama ini kita sudah lulus di level kewajiban, berarti saatnya kita naik kelas ke level yang lebih tinggi. Jika selama ini perjalanan puasa kita berjalan biasa dan rutin saja, dengan fokus lebih banyak menjaga mulut dari kemasukan makanan dan minuman, semoga untuk selanjutnya kualitas puasa kita meningkat dari biasa ke spesial; Alhamdulillah kalau bisa naik ke level istimewa atau super.

Tidak hanya mengendalikan jasmani, namun juga mampu mengendalikan hati, apalagi jika mampu pula mengorientasikan hidup hanya untuk Allah saja dan melahirkan imunitas diri dari segala godaan dan jebakan nafsu duniawi.

Rasulullah SAW sendiri juga pernah mengingatkan kita agar menghindari puasa yang hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Diriwayatkan Imam Nasa’i dan Ibnu Majah beliau bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Orang-orang yang disindir dalam hadis tersebut lebih mengarah kepada mereka yang berpuasa dengan hanya melihat formalitas syarat-rukun puasa, tidak makan-minum dan berhubungan seksual dari subuh hingga magrib tiba, namun melupakan visi dan misi utama puasa, yaitu pengendalian diri.

Mereka yang hanya menjaga mulutnya dari makanan dan minuman saja, namun mengabaikan menjaga anggota tubuh lainnya—mata, telinga, hati, pikiran—dari aneka perbuatan aib dan cela, maka puasanya hanya membuahkan hasil lapar dan haus saja.


Sepanjang Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap waktu sahur.

Terakhir diperbarui pada 18 April 2021 oleh

Tags: Kolom RamadanPuasaRamadanTasawuf Puasa
Fahruddin Faiz

Fahruddin Faiz

Pakar Filsafat Islam. Doktor di UIN Sunan Kalijaga. Pemantik di "Ngaji Filsafat" MJS.

Artikel Terkait

Perang sarung dulu buat seru-seruan kini jadi tindakan kriminal MOJOK.CO
Ragam

Perang Sarung Kini Jadi Tindakan Kriminal, Apa Sih yang Sebenarnya Para Remaja Ini Perlukan?

13 Maret 2025
anak sma dari jogja ngajar ngaji di jepang.MOJOK.CO
Aktual

Anak SMA dari Jogja Dakwah di Jepang Selama Ramadan, Emak-emak Semangat Minta Diajar Ngaji Sampai Tengah Malam

3 April 2024
Minta Tanda Tangan Imam di Ramadan itu Merepotkan MOJOK.CO
Ragam

Minta Tanda Tangan Imam di Bulan Ramadan, Kegiatan yang Pernah Dianggap Imam Masjid Merepotkan dan Membuang Waktu

28 Maret 2024
Acara Bukber di Tempat Makan Menyiksa Juru Masak MOJOK.CO
Ragam

Bukber di Tempat Makan Adalah Acara yang Menyiksa Juru Masak, Sebel Masak Ratusan Porsi untuk Orang yang Sok Berbuka Padahal Nggak Puasa

27 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.