Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Yang Saya Rindukan dari Kemah dan Semoga Ada di Jambore Mojok

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
19 Agustus 2017
A A
170819 ESAI kemah JAMBORE MOJOK

170819 ESAI kemah JAMBORE MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dengan sentimen generasi baperan di Hari Pramuka kemarin, akhirnya saya mendaftar Jambore Mojok. Selain kepingin belajar dari para mastah, sejujurnya saya kangen kemah. Tepatnya, kangen api unggunnya.

Saya tidak tahu konsep kemah Mojok nanti bagaimana, tapi harusnya(?) sih ada api unggun. Kemah tanpa api unggun rasanya seperti Mojok tanpa Agus Mulyadi. Ya nggak papa, tapi kok gimana.

Apalagi, sebagai anak Pramuka, kebanyakan kenangan terindah kemah terjadi saat api unggun. Berikut ini hanya lima diantara kenangan tak terlupakan itu.

Ritual Puja Dewa Api

Tentu saja itu hanya istilah dari mereka yang tidak suka api unggun. Saya sering dinasihati, “Awas, ikut Pramuka nanti kamu musyrik lho. Kan, nyembah-nyembah api!”

Rasanya ingin tertawa. Tapi, kalau dipikir-pikir, komentar mereka yang bukan Pramuka Sejati itu tidak sepenuhnya salah, sih.

Prosesi penyalaan api unggun Pramuka memang tidak sesederhana ketika emakmu masak menggunakan kayu bakar. Ada 10 pembawa obor terpilih yang bertugas menyalakan api dengan cara meletakkannya di atas tumpukan kayu yang sudah diatur sedemikian rupa. Satu per satu obor diletakkan sambil melafalkan Dasa Dharma dengan lantang.

Ketika kesepuluh obor sudah diletakkan dan api berkobar, sayup-sayup terdengar suara menyanyikan lagu yang serentak diikuti seisi lapangan.

Api kita sudah menyala

Api kita sudah menyala

Api, Api, Api, Api, Api

Api kita sudah menyala

Memang tidak ada lirik puja puji Dewa Api. Tapi buat mereka yang menganggap hormat bendera sama dengan menyembah bendera, menyalakan api unggun ya sama dengan menyembah api.

Padahal ketika kemah, api unggun dibuat sebagai alat keselamatan. Bukan api sebagai jimat, Sis. Barangkali kamu belum tahu, ketika kemah di alam terbuka begitu, kita tidak bisa menebak hewan buas apa yang barangkali tertarik nginep bareng di tenda. Nah, api unggun dibuat untuk menghalau bahaya begituan.

Iklan

Pentas Seni

Selain untuk keamanan, api unggun berfungsi untuk menciptakan kehangatan badan dan suasana. Biasanya melalui bakar-bakar makanan. Kadang dihiasi permainan. Paling sering diisi pentas seni (pensi).

Bagi yang punya bakat terpendam, pensi api unggun seringkali jadi ajang promosi potensi. Meski begitu, tidak jarang yang memanfaatkannya untuk promosi diri.

Salah satu momen modus pensi yang paling saya ingat terjadi waktu kemah SMA. Saat itu salah satu senior “nembak” kawan seangkatan kami dengan bermain gitar sambil menyanyikan lagu cinta timeless yang diakhiri sepik-sepik. Eh, jadian dong mereka. Bahkan sekarang menjadi suami-istri.

Karena banyak yang modus, seringkali acara api unggun yang bertujuan untuk pengakraban berjalan terlampau akrab. Citra senior yang galak seketika sirna. Jadi, kalau ada yang bilang anak Pramuka galak dan tidak romantis, hmmm … mungkin dia belum pernah dinyanyiin pas api unggun. Atau mungkin dia tertidur ketika pensi dan malah terjaga di sesi selanjutnya.

Inspeksi Mendadak

Acara pensi biasanya berakhir jam 12 malam, lalu setiap orang diwajibkan kembali ke tenda dan tidur. Para senior bahkan mengecek satu persatu ke tenda untuk memastikan peserta terlelap. Kalau ada tenda yang masih bercahaya atau bersuara, pasti didatangi.

“Segera tidur ya, Dik. Biar istirahatnya cukup.”

Duh, setelah pensi syahdu, dikasih good night greeting macam itu, siapa yang tidak jatuh cinta? Hati berbunga, tidur pun bahagia.

Tiba-tiba, sekira pukul satu dini hari, peluit panjang dibunyikan dan para senior berhamburan menghampiri tenda peserta. Segala alat masak dibunyikan untuk membangunkan dedek-dedek yang mesti istirahat cukup itu.

“Yang sudah berseragam lengkap segera ke lapangan!” teriaknya.

Ngapain ke lapangan? Pensi lagi? Oh, tentu tidak. Tidak ada lagi kehangatan karena api unggun hampir padam. Udara yang dingin semakin dingin dengan tatapan para senior. Mungkin kami terlalu hedon waktu pensi, jadi Tuhan menghukum kami.

Renungan Malam

Setelah “sesi pelatihan kedisiplinan” itu berakhir, peserta kemah duduk dalam lingkaran besar. Api unggun kembali dinyalakan, tapi tidak sebesar ketika pensi.

Ketika suasana sudah tenang, sayup-sayup terdengar suara lembut salah satu senior. Dengan suara sendu dan diiringi nyanyian sedih agar para peserta terbawa perasaan, dia merangkum perjalanan kemah hari itu.

Kita cium kedua tangan bapak-ibu kita, lalu atas doa mereka kita selamat tiba di perkemahan ini…

Bisa ditebak kelanjutan pidato di atas.

Biarpun alay dan gaje, saya sering diminta jadi penulis naskah renungan malam seperti itu. Tapi karena tidak suka berandai-andai, saya enggan memasukkan kalimat macam, “Bayangkan ketika pulang, kalian melihat bendera kuning di depan rumah kalian!” dst, yang bertujuan membayangkan orang tua kita meninggal. Menurut saya, itu gimana banget.

Yah, sebagaimana rating talkshow akan naik ketika bintang tamunya menangis, renungan malam dianggap sukses ketika banyak peserta yang menangis. Padahal kan, kalau cuma nangis, Kayin juga jago.

Kebersamaan

Sebenarnya yang paling saya rindukan dari api unggun perkemahan adalah kebersamaannya. Sewajarnya pelajar, biasanya ada persaingan organisasi di sekolah. Tapi semua melebur ketika duduk bersama menikmati api unggun saat kemah.

Setiap menyelenggarakan kemah, utamanya untuk siswa baru, semua ekskul/organisasi akan terlibat sebagai panitia. Selain bisa tebar pesona ke anak baru, masing-masing perwakilan organisasi berkesempatan nyambi pengaderan anggota ketika api unggun.

Karena kesuksesan api unggun melibatkan banyak pihak, secara alamiah tercipta kebersamaan. Yang tadinya saingan jadi gandengan demi kesuksesan bersama—meskipun besok-besok berantem lagi. Tapi setidaknya pernah ada kenangan indah, duduk tertawa bersama lawan di depan api unggun. Dan buat saya, kenangan-kenangan kecil seperti itu justru efektif meredam kebencian ketika perbedaan dicitrakan begitu menyakitkan belakangan ini.

Jadi, sampai ketemu di Jambore Mojok ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Agustus 2017 oleh

Tags: aWkarinJambore Mojokkemahpramuka
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

Di Era Digital, Gerakan Pramuka Perlu Terus Digalakkan  MOJOK.CO
Kilas

Di Era Digital, Gerakan Pramuka Perlu Terus Digalakkan 

14 Agustus 2025
Orang UGM Sebut Ada Ekstrakurikuler yang Lebih Penting dari Pramuka MOJOK.CO
Aktual

Bagi Orang UGM Wajib Pramuka Dihapus Tak Masalah karena Ada Ekstrakurikuler yang Lebih Penting, tapi Pembina Pramuka Nelangsa Tak Punya Pemasukan Tambahan

5 April 2024
Nasib Pembina Pramuka Tak Kalah Pahit dari Guru Honorer MOJOK.CO
Aktual

Pembina Pramuka, Profesi Penyelamat dari Ngenesnya Jadi Guru Honorer tapi Terancam Bernasib Pahit Gara-Gara Pemerintah

3 April 2024
Pembina Pramuka Rezekinya Dimatikan Pemerintah MOJOK.CO
Ragam

Cuma Ngajar Pramuka di Surabaya Bisa buat Bertahan Hidup, Gaji Jauh Lebih Layak dari Guru Honorer

1 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.