MOJOK.CO – Setiap nonton video life hack rasanya satisfying betul. Kelihatannya sungguh memudahkan hidup, padahal nggak memudahkan blas.
Apakah kalian merupakan salah satu dari follower akun-akun life hack di media sosial? Iya, akun-akun yang sering ngasih tips-tips memecahkan persoalan sehari-hari, dengan simpel, murah, tapi juga tetap kreatif dan efisien. Kelihatannya sih, cara yang disampaikan itu bisa bikin hidup lebih mudah hanya dengan sekali tonton. Meski ya, abaikan dulu dengan bagaimana kenyatannya.
Saya merupakan salah satu follower dari akun-akun life hack itu. Nggak hanya satu akun, mungkin ada sekitar 3-5 akun yang saya follow di Instagram saya. Dari Blossoms, 5 Minute Craft, So Yummy, TroomTroom, hingga akun-akun yang kerjaannya cuma me-repost dari akun-akun sebelumnya saja.
Pengalaman pertama yang saya rasakan saat melihat video-video tersebut adalah satisfying. Rasanya enak betul bisa melihat tayangan yang menunjukkan kemudahan dan kesempurnaan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Muncul rasa optimistis dari dalam diri sendiri bahwa segala hal pasti bisa diselesaikan dengan mudah. Kalau nggak mudah, bukan life hack namanya.
Hingga akhirnya, saya merasa bahwa tayangan-tayangan semacam ini—meski tidak semua—banyak yang membohongi saya dan ribuan atau bahkan jutaan followers yang lain. Oke, akan saya tunjukkan beberapa contohnya.
Pertama, sebuah akun life hack memberikan tips untuk menggunakan jeruk nipis dan madu pada kulit muka yang kusam dan muncul jerawat. Tips ini pernah saya aplikasikan ke muka saya yang sedang punya masalah serupa. Hasilnya, bukannya kulit saya jadi merah merona, malah jadi merah padam kayak terbakar.
Memang sayanya juga yang bodoh, ngikutin aja saran ngawur mereka yang tidak teruji di ITB ini. Fyi aja, memang kandungan di dalam jeruk nipis ini bagus untuk memperbaiki pori-pori dan mencerahkan kulit muka. Tapi masalahnya, setiap kulit membutuhkan kandungan jeruk nipis yang berbeda. Jadi, nggak bisa sengasal gitu juga ngasih tahunya.
Kedua, tips life hack ini pernah dicoba langsung oleh teman saya Azka Maula, yakni mencoba goreng telur dengan menggunakan cetakan, biar hasilnya cantik . Di video yang ditayangkan, ketika telur digoreng di dalam cetakan, hasilnya bakal rapi berkat cetakan itu. Tidak cacat sama sekali. Akan tetapi, saat dicoba langsung, ternyata cetakan sama sekali tidak mampu untuk menggawangi. Si telur tetap saja mbleber, keluar cetakan.
Ketiga, banyak prakarya yang ditampilkan akun life hack, selalu tampak dibikin dengan sangat mudah. Apa pun itu, bisa terwujud hanya mengandalkan lem tembak. Tidak perlu itu perekat-perekat dari mesin-mesin pabrik, selama ada lem-lem ini, semua akan aman terkendali. Setiap menonton video berprakarya ini, saya seringnya manggut-manggut aja: Saya percaya. Kepercayaan saya runtuh, sampai mereka membuat sandal rumahan hanya berbahan karton tebal, kain sebagai pelapis, dan lem. Sat set. Sandal pun siap dan bisa digunakan, dengan daya tahan…
…mungkin selama 6 jam.
Keempat, life hack kali ini terjadi pada ibu saya. Beliau mengira, kalau rangkaian bunga yang layu di dalam ruangan, bisa segar kembali saat dikasih minuman bersoda. Padahal, mah, mbel. Wong minuman bersoda yang ditunjukkan di tayangan mereka itu banyak mengandung gulanya. Bagaimana bisa gula-gula ini menyelamatkan si bunga? Hasilnya? Ya rangkaian bunga ibu saya semakin ngeluntruk.
Kelima, salah satu video life hack yang kemarin cukup bikin heboh adalah bikin bubur kembali jadi nasi hanya dengan mengandalkan satu helai roti—yang katanya punya kemampuan menyerap air. Hal ini bahkan sempat dibahas sama Mojok. Pasalnya, kalau ini memang benar, itu artinya pepatah, “nasi sudah menjadi bubur” untuk menggambarkan sesuatu yang telanjur dan tidak dapat diubah lagi, jadi percuma.
Akan tetapi, kalau diamat-amati dari videonya, saya jadi bingung. Kira-kira, seberapa besar sih kekuatan menyerap air dari roti yang hanya selembar itu? Yang sanggup menjadikannya menyerap sebegitu banyaknya kandungan air pada bubur hingga cling jadi nasi lagi. Apalagi di akhir, tingkah kebasahan rotinya juga kurang gereget.
Itu hanyalah lima dari beberapa video absurd bikinan mereka yang saya temui. Meski sebetulnya, masih begitu banyak life hack absurd yang lain. Maksudnya begini, dari begitu banyak tips yang diberikan, memang ada yang betul-betul bisa dilakukan di dunia nyata. Akan tetapi, ehm anu, seberapa banyak, sih?
Yang jelas, menonton tayangan life hack semacam ini adalah sebuah hiburan yang begitu menyenangkan bagi mata. Meski sayangnya, banyak tips yang disampaikan justru malah membikin masalah baru. Iya, sebetulnya hal tersebut sama sekali bukan masalah di awal. Lantas, mereka datang sebagai pahlawan untuk memberikan solusi. Ini kan suatu kemunduran berpikir?
Kalau tayangan-tayangan seperti ini terus dilanggengkan, akhirnya para pemilik akun life hack dengan ribuan hingga jutaan followers itulah yang terus-terusan diuntungkan. Ya, bagaimana tidak? Lha wong mereka bisa bikin konten-konten tanpa diriset dulu. Pokoknya terlihat mudah dan satisfying buat ditonton aja. Lantas, pundi-pundi hasil engagement semakin banyak yang masuk rekening mereka. Sementara kita? Kebagian dibodohinya.
Padahal kan, ini mirip dengan melanggengkan informasi hoaks yang selama ini sedang berusaha kita perangi? Saking blawur-nya info tersebut, saya dan beberapa orang terdekat saja ada yang kena.
Hal ini jadi sulit bagi saya untuk menaruh kepercayaan penuh pada akun yang mendaku dirinya “make it easy”. Nyatanya, kebanyakan malah bikin masalah baru. Bukankah sebetulnya mereka bisa menjadikan akun life hack semacam eksperimen betulan? Jadi, diperlihatkan betul apa yang terjadi sebenarnya. Kalau memang nggak berhasil, ya nggak apa-apa. Seada-adanya. Sehormat-hormatnya.
Kami ini sudah terlalu capek diperlihatkan segala sesuatu yang harus tampak sempurna. Kami lelah kalau harus terus dituntut mencapai kesempurnaan.
Kita memang merasa satisfying saat melihat sesuatu yang sempurna. Hingga nggak sadar kalau banyak hal sempurna yang kita lihat, hanyalah settingan. Hanya skenario. Selayaknya nonton iklan sampo yang berhasil bikin rambut halus hanya dengan sekali keramas. Tanpa pernah mereka pertontonkan kalau dalam proses itu ada perawatan mahal lainnya.
Mungkin kita perlu melakukan terapi psikologis yang bisa kita lakukan sehari-hari untuk tidak selalu bertuhankan pada kesempurnaan. Misalnya, seperti yang dilakukan sama Uus. Salah satunya, kalau beli ice cream cone, ia akan memilih yang letaknya paling bawah. Biasanya, yang paling bawah, cone bagian bawahnya agak patah. Uus memilih ice cream yang tidak terpilih dan yang tersisihkan. Yang sering diabaikan bagi kita penghamba kesempurnaan.
Mungkin dari situ, kita bisa belajar menerima ketidaksempurnaan sesuatu. Mungkin dari situ, akun-akun life hack yang menjembati rasa satisfying kita, tapi dengan cara menipu kita, sudah tidak perlu ada lagi.
BACA JUGA 9 Cara Bertahan Hidup untuk Pekerja Saat Harga Naik, tapi Gaji Tidak atau tulisan Audian Laili lainnya.