Gunung Sampah TPST Piyungan Adalah Objek Wisata Andalan Jogja yang Siap Dikemas Lebih Cantik demi Menarik Wisatawan

TPST Piyungan bisa di-branding dengan nama wisata Gunung Sampah Pertama di Dunia. Sungguh istimewa sebuah daerah bernama Jogja. Menulis saja saya sudah terharu begini.

Merekam Temuan Pemulung di TPST Piyungan, Uang Dolar hingga Benda Keramat yang Bikin Sulit Kencing Gunung sampah Piyungan adalah objek wisata andalan Jogja. Elok, syahdu, wangi. TPST Piyungan pasti bisa mengalahkan Puncak Becici

Ilustrasi Gunung sampah Piyungan adalah objek wisata andalan Jogja. Elok, syahdu, wangi. TPST Piyungan pasti bisa mengalahkan Puncak Becici. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COGunung sampah Piyungan adalah objek wisata andalan Jogja. Elok, syahdu, wangi. TPST Piyungan pasti bisa mengalahkan Puncak Becici.

Perbukitan Piyungan adalah jalur yang asyik bagi saya untuk bersepeda. Berangkat dari rumah di area perbatasan Kalurahan Potorono dan Jambidan Jalan Pleret kilometer 1,5, saya biasanya mengayuh sepeda ke arah timur menyusuri jalan kampung di Potorono. Tidak sampai 500 meter, ada pemandangan indah khas Jogja. 

Memandang ke arah selatan, perbukitan yang hijau menyejukan mata. Di tengahnya ada pemandangan putih berkilauan laksana perak yang memantulkan sinar matahari. Itulah bukit buatan manusia yang berjuluk Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Sampah-sampah plastik dan anorganik sejenisnya sepertinya yang membuat TPST terlihat berkilauan indah sekali.

Setelah menyeberangi jembatan gantung Ngampon yang melintang di atas Sungai Opak, sepeda lipat saya kayuh berbelok ke selatan. Pepohonan yang masih cukup lebat di pinggir jalan, dan letaknya yang berada di kaki perbukitan, menjadikannya jalur sejuk ini cukup populer di kalangan penggemar olahraga sepeda di Jogja. 

Menuju ke selatan, melewati pertigaan Jembatan Jlamprang, akhirnya kita akan menemukan satu titik yang selalu menjadi kontroversi di Jogja. Tentu Anda semua sudah paham dengan titik ini. Titik ini adalah segala keindahan sampah di Jogja.

Ingatan saya akan bukit indah bernama TPST Piyungan 

TPST Piyungan menjadi populer bukan hanya bagi warga Jogja, namun juga warga luar daerah istimewa ini. Ramainya linimasa dengan unggahan TPST Piyungan, dan diiringi masifnya pemberitaan mengenai sampah di menjadikannya semakin populer.

Beberapa kali saya masuk ke TPST Piyungan. Apa-apa yang saya tulis ini adalah rekaman ingatan saya saat masuk ke TPST Piyungan. Pertama, saat diajak sahabat dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah memberikan bantuan kepada Komunitas Pemulung Mardiko. 

Komunitas ini beranggotakan lebih dari 400 orang. Sebagai sebuah komunitas berbasis akar rumput, komunitas ini adalah pejuang lingkungan sejati. Mereka memilah sampah di TPST, dengan risiko tinggi. Mereka bekerja di lingkungan kerja yang sangat tidak sehat bernama Jogja dan berebut dengan sapi saat mengais sampah. Perlu diketahui bahwa di TPST Piyungan, sapi-sapi dilepas memakan sampah yang baru dibongkar. 

Di samping para pemulung, di tingkat hulu, mulai terbentuk komunitas yang peduli sampah. Umumnya, mereka mengorganisir diri dalam dua bentuk, yaitu komunitas bank sampah dan komunitas sedekah sampah. 

Di dalam area TPST Piyungan, komunitas kampung terbentuk. Para pemulung membangun rumah di sekitar kompleks yang penuh sampah ini. Sebelum pandemi, saya pernah menjumpai sebuah warung angkringan berada di pusat pembongkaran sampah. 

Di samping warung ada sebuah tempat cuci tangan yang dikelola komunitas Mardiko yang dibangunkan oleh Lazismu. Bagi yang ingin wisata kuliner yang beda, minum kopi di dalam kompleks TPST Piyungan bisa menjadi pilihan. Sungguh luar biasa Jogja dengan segala wisata unggulan. Sebagai warga, saya sangat bangga. 

Gunung sampah Piyungan, objek wisata andalan Jogja

Saat sore hari, ada pemandangan yang indah. Sinar matahari yang memerah memantul di tumpukan sampah plastik. Buat para pemburu senja, berburu panorama di TPST Piyungan bisa menjadi bahan unggahan di media sosial yang elok. 

Memandang ke arah barat, tampaklah Kota Jogja dan sebagian Bantul. Dari dua daerah inilah, ditambah Kabupaten Sleman, sampah mengisi TPST Piyungan yang menyajikan pemandangan elok itu. Puncak Becici pasti minder bersaing dengan puncak gunung sampah khas Jogja.

Musim terbaik untuk mendapatkan pemandangan elok ini adalah saat musim kemarau. Di saat musim penghujan, jalanan menjadi licin oleh sampah yang berserak. Bau harus khas sampah lebih terasa di musim penghujan daripada di musim kemarau. Sungguh momen yang langka dan sangat disukai warga dan wisatawan. UNESCO pasti bangga dan siap menjadikan gunung sampah Jogja sebagai percontohan untuk negara maju.

Mahasiswa saya pernah melakukan reportase di sana. Ada dua kelompok yang melakukan reportase setahun sebelum pandemi. Salah satu kelompok meliput tentang komunitas Mardiko, sedangkan satu kelompok lain meliput tentang problem sampah. Kami melakukan liputan dari pagi sampai magrib. Mendampingi kedua kelompok mahasiswa ini adalah perjalanan kedua saya ke TPST Piyungan.

Pengalaman indah di objek wisata andalan

Bagi mahasiswa, masuk ke TPST Piyungan merupakan pengalaman pertama dalam hidup. “Akhirnya saya tahu secara langsung TPST Piyungan yang sering viral,” begitu ujar mahasiswa yang asli Jogja. 

Ternyata, selama ini, TPST Piyungan memang hanya diketahui dari berita dan linimasa media sosial. Datang langsung, berjumpa dengan para pemulung, duduk di warung angkringan di dalam area TPST Piyungan menjadi perjalanan wisata bagi para mahasiswa.

Perjalanan terakhir saya ke TPST Piyungan terjadi di masa pandemi, dan pascapandemi. Dengan mengayuh sepeda, jalur di bawah gunung sampah menjadi jalur favorit. Saat ada blokade oleh warga, jalur jalan kampung yang lebih sepi bisa menjadi pilihan. Dari jalan Bawuran, sepeda bisa dikayuh menuju ke atas bukit di mana TPST Piyungan berada.

Jika tidak siap dengan bau sedap dari gunung sampah, ada jalur lain bersepeda. Bukit Sosok yang terkenal bisa menjadi pilihan. Bukit ini berada di sisi selatan TPST Piyungan. Dari puncaknya, kita bisa berfoto dengan latar belakang TPST Piyungan yang memantulkan sinar matahari melalui tumpukan sampah plastiknya yang menggunung. Syahdu sekali.

Panorama yang mungkin hanya ada di Jogja saja 

Sebagai sebuah unique selling point, panorama objek andalan ini tinggal dikemas menjadi call to action agar wisatawan berbondong-bondong datang. Lokasi TPST Piyungan yang tidak jauh dari berbagai objek wisata lain, seperti Puncak Becici, Puncak Sosok, dan sebagainya bisa menjadi potensi.

Potensi utama pengembangan TPST Piyungan sebagai objek wisata adalah wisata sosial. Maksudnya adalah sebagai objek wisata sosial tentang kegagalan tata kelola sampah sebuah daerah istimewa.  

Sambil bersepeda atau berjalan berkeliling gunung sampah, kita bisa berwisata tentang bagaimana sampah tidak berhasil diatasi dengan bijak dari hulu sampai hilir. Para pengunjung objek wisata ini pun tentu bukan main-main. 

Para pengambil kebijakan, pemerintah dari berbagai daerah dan pusat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, siswa sekolah, dan bahkan turis mancanegara, bisa disegmentasi menjadi pengunjung objek wisata TPST Piyungan. 

Tujuannya tentu agar lebih menjual, bisa di-branding dengan nama wisata Gunung Sampah Pertama di Dunia. Sungguh istimewa sebuah daerah bernama Jogja. Menulis saja saya sudah terharu begini.

Penulis: Fajar Junaedi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA TPST Piyungan Ditutup Lagi, Kapan Jogja akan Benar-benar Menemukan Solusi untuk Sampah yang Makin Melimpah? dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version