Halo, perkenalkan, saya mahasiswa biasa yang baru saja beli kuota internet. Biar bisa main Instagram, juga bisa mengirim tulisan ke mojok.co yang masih saja nakal. Saya adalah seseorang yang meyakini bahwa media sosial bisa menjadi kontrol sosial, termasuk bagi orang-orang yang, maaf, antisosial.
Nah, Kali ini saya ingin berbagi keresahan karena rasanya tidak muat kalau keresahan ini saya tampung sendiri.
Ada apa dengan bulan Mei? Di kalender saya, yang merupakan hadiah boleh dapat dari toko besi, baru menunjukkan tanggal 11 Mei. Saya lihat, bulan ini memiliki banyak hari-hari penting (terlepas dari hari lahir saya), ada Hari Buruh Internasional, Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebebasan Pers Internasional dan lain sebagainya. Termasuk juga di dalamnya hari besar keagamaan. Saya mau simpulkan—dan Anda boleh tidak setuju—bahwa bulan Mei adalah momentum kebangkitan dan keharmonisan.
Tapi, pada sebelas hari di bulan Mei ini, Anda bisa ingat kembali:
Senin, 9 Mei 2016. Ormas yang suka bikin kaget bersama mahasiswa yang sepemikiran, berdemo cukup ramai di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mereka menentang kedatangan Ulil Abshar Abdalla dan Jalaludin Rahmat sebagai pembicara dalam diskusi lintas mazhab. Alasannya, karena menolak Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Syi’ah.
Selasa, 10 Mei 2016. Ormas yang suka bikin kaget memaksa masuk ke Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, ingin menghentikan secara paksa “Sekolah Marx: Memahami Seni lewat Pikiran Karl Marx”, sebuah program Pers Mahasiswa Daunjati. Alasannya, karena berbau ‘kiri’ dan mengancam NKRI.
Ini baru sebelas hari, lho. Kok ormas yang suka bikin kaget ini sudah gaduh dua kali? Mungkin banyak kasus lain seperti razia miras atau tempat prostitusi. Tapi yang ingin saya tekankan, adalah dua kasus ini. Mengapa? Karena sudah mencoreng hak asasi dan fungsi Perguruan Tinggi!
Saya tidak perlu menjelaskan lagi tentang regulasi yang mengatur tentang hak-hak asasi warga negara, termasuk mahasiswa. Tentunya Anda sudah hafal di luar kepala. Lalu yang saya sayangkan adalah, mengapa harus dengan cara kasar dan menerobos kampus (secara harfiah bangunan, kode etik, dan regulasinya), wahai kau ormas yang suka bikin kaget?
Dalam kasus diskusi lintas mazhab di UIN Bandung, kalian main gabung saja dengan mahasiswa, mengompori mereka, teriak-teriak depan masjid, ganggu yang lagi tadarus dan itikaf. Kenapa tidak ikut diskusi dengan Ulil dan Jalal yang kalian bilang pentolan JIL dan Syi’ah? Oh, apa mungkin takut kalah argumen dan malu sendiri? Atau kalian ini massa bayaran yang rela demo demi nasi bungkus pagoda (paket goceng menggoda) dan sekantung teh tawar? Maaf, siapa tahu.
Dalam kasus Sekolah Marx Daunjati, kalian main terobos kampus saja, seenaknya teriak-teriak di depan kelas, tidak malu? Saya saksikan sendiri. Kalian dengan amarah yang membuncah, datang berbondong-bondong, dengan teriakan anjing dan Allahuakbar jadi satu, meminta Sekolah Marx dibubarkan padahal belum jadwalnya, duh, kalau saya sih, malu banget.
Ada beberapa hal yang saya sesalkan. Pertama, kalian ormas yang suka bikin kaget ini, sudah merusak kebebasan mahasiswa untuk belajar dan berekspresi. Karena kampus adalah ranah akademisi. Profesor di kampus saya pernah bilang, “Jangankan JIL, Syi’ah dan golongan ‘kiri’ yang isi diskusi, kalau di kampus, iblis sekalipun dipersilakan berbicara dan berdiskusi!”
Kalian sudah benar-benar mencoreng Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kalian tidak keren.
Kedua, yang saya sayangkan, amat saya sayangkan, kalian sudah merusak agama yang kalian bawa. Dulu kalian tidak begitu, dulu kalian menyenangkan dan baik hati. Lalu, kenapa sekarang gaduh terus? Vandal terus? Tidak malu sama orang tua di rumah? dan sama Tuhan? Kalau kalian, wahai ormas yang suka bikin kaget, terus bikin rusuh, saya khawatir, nanti kalian malah dibenci dan ditakuti masyarakat. Termasuk masyarakat yang seagama denganmu. Bukan disegani, yang ada malah dicaci karena kengerian yang kalian ciptakan.
Wahai kalian ormas yang suka bikin kaget, saya mau tanya, bukankah dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 dijelaskan, bahwa dakwah itu harus dengan hikmah, pengajaran yang baik, dan berdebat pula dengan cara yang baik? Bukan dengan rusuh, sepihak, sewenang-wenang, dan kata-kata kasar? Agaknya kalian lebih tahu itu. Kan tampaknya kalian sering mengikuti kajian agama dan rajin ibadah bukan? Setidaknya, saya menilai dari sorban yang kalian kenakan.
Lalu, saya juga ingin bilang, kalau hablumminannas (hubungan dengan manusia) tidak kalah penting dengan hablumminallah (hubungan dengan Tuhan). Jadi, seharusnya perhatikan juga cara kalian berinteraksi dengan manusia, biar sempurna ibadah kalian. Juga jujur, saya muak, ketika kalian berkoar-koar dan mendobrak ini-itu atas nama agama dan negara, sementara perilaku kalian sama sekali tidak mencerminkan toleransi dan keberagaman.
Duh, kalau sudah begini, pertanyaan awal tadi “Ada apa dengan bulan Mei?” akan saya ganti saja, jadi, “Ada apa dengan ormas yang suka bikin kaget?”
Mungkin dengan sama-sama introspeksi, kita akan tahu jawabannya.
Terimakasih sudah menyempatkan diri membaca pesan saya yang resah. Maaf saya tidak menyebut namamu langsung seperti Lord Voldemort di kisahnya Harry Potter. Semoga Tuhan memaklumi candaan kita yang keterlaluan ini. Salam.