Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sukarno Si Perokok Baik

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
7 Juni 2015
A A
Sukarno Si Perokok Baik

Sukarno Si Perokok Baik

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bisa menangis itu koran-koran yang sudah menghabiskan berhalaman-halaman menerangkan tentang pemikiran dan sepak-terjang Sukarno, Pancasila, dan segala tetek-bengeknya di tanggal ulang tahunnya 6 Juni (1901-2015). Jurnalis dan penulis kolom-kolom itu makan teman ati saat tahu bahwa rakyat Presiden Joko Widodo lebih tertarik dengan antusiasme, yang masaolo warbyasa-nya, pada soal “kacangan”: di kota mana Sukarno lahir, Blitar atau Surabaya?

Ini mirip dengan soal yang juga tak habis-habis di dua kabupaten bertetangga di Jawa Timur: Gunung Kelud itu punya siapa, orang Blitar atau Kediri?

Rakyat Jokowi yang berusia muda dengan enersi yang meluap-luap ternyata butuh pilihan-pilihan yang simpel, sebagaimana Bapak Jokowi juga suka yang simpel-simpel. Simpel itu revolusioner, kata Sukarnois radikal. Dan dalam banyak hal, perampok dan pemburu cinta garis keras juga punya prinsip yang sama. A atau B! Merdeka atau Mati! Uang atau Nyawa! Aku atau dia!

Sukarno juga orangnya simpel; terutama soal merokok. Istana Merdeka atau Istana Negara memang tertutup buat para perongrong “Persatuan Nasional”, proyek agung Si Bung, tapi cukup ramah untuk perokok.

Lho, Sukarno perokok? Di Istana Negara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta?

Untuk soal ini, Presiden Joko Widodo bakal berhati-hati minta pertimbangan jawaban dari Bapak Sukardi Rinakit yang mungkin tak nyenyak tidurnya di pekan “Pancasila-Sukarno” 2015 ini. Karena itu, saya anjurkan Pak Jokowi bertanya kepada Mangil Martowidjojo, si kumendan Detasemen Kawal Pribadi si Bung Besar.

Dalam kesaksiannya, si Mangil membenarkan bahwa merokok di kantor presiden bukan praktik kejahatan. Merokok di Istana adalah sesuatu yang lumrah.

Presiden Sukarno itu perokok. Merek rokoknya State Express “555”. Si Bung Besar biasanya merokok sehabis makan. Kalau pagi, si Bung yang lahir di Surabaya (versi bisikan Bapak Rinakit, Blitar) itu suka minum kopi tubruk dengan takaran: satu cangkir diisi sesendok kopi dan satu setengah sendok gula. (Maafkan Bung Besar ya, Mas Pepeng “Klinik Kopi”).

Sukarno tahu betul komposisi jumlah rokoknya dalam kaleng. Sekaleng jumlahnya 50 batang. Sebagai perokok kelas ringan (wajib dua batang sehari sehabis makan), Sukarno suatu hari masygul dan tak habis pikir. Bagaimana mungkin persediaannya 50 batang bisa habis dalam satu hari saja.

Mangil orang pertama yang diinterogasinya. Diketahuilah, teman-temannya sesama pengawal si Bung yang menyikatnya. Maka dari itu, tugas si Kumendan bukan hanya mengurusi pakaian dan tongkat si Bung, tapi juga persediaan rokoknya jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Kepada si Kumendan, Sukarno memberi nasehat: “Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu harus selalu pegang baju Bapak sebelah belakang. Mangkanya kamu sebaiknya selalu membawa sakarin dan korekapi. Sungguhpun yang minta api itu bukan saya, tapi orang lain yang mau merokok, kamu dapat pahala.”

Wew, memberi korekapi saja dapat pahala, apalagi sekalian dengan rokoknya. Sungguh itu akuntansi pahala yang simpel. Baik hati dan bijak bestari ya si Bapak Bung ini kepada perokok; sebijak Bung Abraham Lincoln yang santai-santai saja saat di ruang kerjanya Si Sekretaris Kabinet menyulut rokok.

Walaupun respek kepada sesama perokok, Bapak Bung tak segan-segan menghardik perokok urakan yang sembarangan buang puntung terakhir hisapannya.

Saat Si Bapak Bung jalan-jalan pagi, ia terhenti di pos jaga Istana Negara. Matanya tertumbuk pada puntung rokok di tanah. Kepada penjaga Si Bapak Bung bertanya: “Siapa yang suka merokok? Keluarkan, saya mau lihat merek rokokmu apa?”

Iklan

Setelah si petugas jaga mengeluarkan rokok dari sakunya, rupanya mereknya berbeda dengan puntung rokok yang masih terkapar di tanah. Sudah, si Bapak Bung mengambil tindakan yang simpel: menunduk dan memungut puntung rokok itu dan meletakkannya di asbak di meja pos jaga sambil mengeluarkan nasehat untuk selalu jaga kebersihan.

Simpel. Nggak pake ribut, apalagi pakai kultwit dan menyebarkan petisi, seperti nasib malang menimpa Menteri Khofifah saat menyumbang sembako+rokok kepada warga yang tinggal di pedalaman.

Intinya jaga kebersihan. Hidup yang seimbang. Merokok iya, tapi lihat-lihat tempat dan jangan buang puntung rokok sembarangan. Tak lupa si Bung Besar selalu membiasakan banyak minum air putih dingin tanpa es.

Selamat ulang tahun untuk Si Bapak Bung. Salam 555!

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: kretekSukarno
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

cukai rokok, tembakau.MOJOK.CO
Ragam

Cukai Rokok Tak Naik: Melawan Tekanan Antirokok, Menjaga Nafkah Jutaan Petani dan Buruh

1 Oktober 2025
Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah MOJOK.CO
Esai

Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah

30 September 2024
Kemenkes serampangan dalam susun R Permenkes yang di dalamnya ada aturan bungkus rokok polos MOJOK.CO
Hukum

Komunitas Kretek: Aturan Bungkus Rokok Polos oleh Kemenkes Lahir dari Pola Pikir Kacau dan Tak Hitung Risiko

24 September 2024
Menolak Hari Tanpa Tembakau Sedunia MOJOK.CO
Aktual

Indonesia Seharusnya Tak Merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia kalau Masih Punya Nurani ke Petani Tembakau dan Buruh Pabrik Rokok

31 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.