Skandal Cambridge Analytica: yang Gratis di Internet Ternyata Kita Bayar Mahal - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Skandal Cambridge Analytica: yang Gratis di Internet Ternyata Kita Bayar Mahal

Carolina Ratri oleh Carolina Ratri
22 Maret 2018
0
A A
5 Pertanyaan Kuis Vonvon yang Paling Sering Dimainkan di Facebook MOJOK.CO

5 Pertanyaan Kuis Vonvon yang Paling Sering Dimainkan di Facebook MOJOK.CO

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Skandal Cambridge Analytica mestinya tidak mengejutkan. Netizen sudah paham bahwa data pengguna dijual oleh provider. Tapi, terbayangkah kita akan seberapa sakti data itu ketika ia berada di tangan yang tahu cara menggunakannya?

Hayo, siapa yang sudah deaktif Facebook gara-gara parno masalah Cambridge Analytica?

Beberapa hari ini, dunia maya yang riuh rendah ini makin ramai soal pencurian data 50 juta pengguna Facebook di Amerika Serikat. Data itu “dicolong” dan dipergunakan untuk keperluan pemilu di Amerika Serikat 2016 lalu.

Kronologisnya adalah seperti ini. Boleh dikoreksi kalau salah.

Tahun 2015, ada aplikasi Facebook bernama thisisyourdigitallife diluncurkan di Facebook. Aplikasi ini berupa kuis kepribadian—ya, pasti kita sering kan lihat kuis-kuis semacam ini berseliweran di Facebook, bahkan kita juga ikutan ngisi, karena kuis-kuis kayak begini itu memang lucuk.

Ada 270.000 orang dibayar untuk ikutan kuis ini, demi “memancing” user yang lain. Ya, kurang lebih kayak baser-baser zaman sekarang yang diminta untuk endorse ini itu demi meningkatkan so-called brand awareness.

Baca Juga:

social spy whatsapp mojok.co

Hati-hati Social Spy WhatsApp, Aplikasi Penipuan Berkedok Sadap!

9 Februari 2023
serangan siber mojok.co

BSSN: Ada 1,6 Miliar Serangan Siber Sepanjang 2021, Apa Saja?

28 September 2022

Dari 270.000 orang ini lantas menyebarlah ke banyak pengguna Facebook yang lain. Modus operandinya sama persis dengan aplikasi-aplikasi lain di Facebook. Saat kita menghubungkan Facebok dengan aplikasi kan pasti akan muncul halaman persetujuan. Dan, seperti sudah kebiasaan, kita pun klik allow tanpa membaca term and condition atau semacamnya yang sudah ada. Dengan klik allow, kita mengizinkan aplikasi tersebut mengakses data-data media sosial kita.

Jadi, benarkah aplikasi thisisyourdigitallife “mencuri” data pengguna Facebook? Tidak. Karena para pengguna Facebook yang dengan sukarela menyerahkannya sendiri.

Kesalahannya adalah ketika pihak pembuat kuis tersebut punya kerja sama dengan pihak lain dan menjual data-data tersebut untuk dipergunakan untuk tujuan yang sama sekali lain dengan sebelumnya.

Trump—sebagai horang kayah dan calon presiden—berhak menyewa siapa saja demi menyukseskan kampanyenya. Dalam hal ini adalah Cambridge Analytica yang mendapatkan data 50 juta pengguna Facebook dari si pembuat kuis thisisyourdigitallife.

Lalu, apa reaksi orang-orang?

Tutup saja Facebook-nya! Deaktif Facebook!

Gitu katanya. Tapi lucunya, seruan ini disuarakan via Twitter, atau platform media sosial yang lain. Yang deaktif Facebook lalu bangga karena sudah merasa menyelamatkan data diri, lalu pindah ke Twitter, Youtube, Google+, atau Instagram. (Padahal Instagram juga punyanya Babang Mark Zuckerberg).

Mereka nggak sadar, bahwa di mana pun mereka berada, tak akan pernah ada yang namanya privacy yang sebenar-benarnya di jagat maya ini.

Mari kita kembali lagi ke Trump.

Trump mengambil data agar bisa memprofilkan pengguna Facebook dalam iklan kampanyenya menjadi presiden. Dengan data tersebut, Trump tahu peta pemilihnya (sekaligus tahu, di sisi sebelah mana ia bisa “mencuri” suara Hillary Clinton) dan bisa melakukan targeted ad marketing yang lebih efisien.

Sebenarnya, targeted ad marketing atau iklan tertarget ini adalah hal yang biasa dan memang harus dilakukan oleh agensi marketing mana pun. Efisiensi target iklan akan menentukan RoI atau Return of Investment. Dan, dalam hal ini, RoI-nya adalah Trump menang pemilu.

Dan, Trump memang menang.

Lalu, kalau kita meninggalkan Facebook, apakah ini berarti data pribadi kita akan aman? Nggak juga.

Kita, para pengguna media sosial, adalah komoditi. Molly McKew, seorang ahli informasi yang pernah menjadi penasihat presiden Georgia, menjelaskan dalam sebuah artikel di Cosmopolitan bahwa media sosial bisa dipakai gratis karena ada data kita yang tersimpan di dalamnya.

Data kita memang “diperjualbelikan” oleh orang-orang yang berada di balik platform-platform media sosial itu. Pada siapa? Pada siapa pun yang mau dan bisa membayar. Para pengiklan, misalnya.

Taruhlah, Instagram.

Saat kita sebagai publisher memasang iklan di Instagram, kita akan ditanyai target audience iklan kita, meliputi usia, domisili, jenis kelamin, minat, dan lain sebagainya. Dari mana Instagram mendapatkan semua data itu kalau bukan kita sendiri yang menyediakannya saat sign up?

Lalu, Google.

Saat kita mengunjungi satu situs dan di sana ada iklan dari Google (Adsense), iklan yang muncul adalah preferensi dari interest kita juga. Yang biasa browsing atau belanja alat rumah tangga secara online, ya akan disuguhi iklan panci, talenan, kompor, dan sebagainya. Lha, kalau kita sukanya nyari bokep? Ya, nanti iklan yang nongol ya iklan pembesar alat vital.

Dari mana semua interest itu didapat oleh Google? Ya, dari kita sendiri juga, lalu “dijual” ke pengiklan. Begitulah cara kerja media sosial dan internet pada umumnya. Data kitalah sasarannya.

Para pengembang media sosial itu akan mengumpulkan massa lalu meminta data untuk “dijual”. Kita beli, pengiklan dapat duit, mereka sebagai penyedia lapak juga dapat duit. Memang semua bisnis. Ujungnya ya duit. Nggak ada yang haratis, mamen.

Barangkali juga ada yang nanya, kenapa pada ribut yang di sini? Kan yang diambil data orang Amerika?

Lha iya, data orang Amerika diambil untuk pemilu. Dan, sebentar lagi kita juga pemilu lo. Bahkan sudah ribut-ribut sejak sekarang. Hmmm, jadi, perlu banget nih deaktif Facebook? Boleh, boleh.

Jangan lupa, sekalian deaktif Instagram, Youtube, dan Twitter juga. Yang punya blog juga, hapus saja. Nggak usah browsing-browsing, pun jangan belanja-belanji. Nggak usah ngapa-ngapain. Jangan pegang hape. Mending ternak lele.

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2018 oleh

Tags: Cambridge Analyticadelete facebookkampanye donald trumpkejahatan internetkuis facebookpencurian data
Carolina Ratri

Carolina Ratri

Artikel Terkait

social spy whatsapp mojok.co
Kilas

Hati-hati Social Spy WhatsApp, Aplikasi Penipuan Berkedok Sadap!

9 Februari 2023
serangan siber mojok.co
Kilas

BSSN: Ada 1,6 Miliar Serangan Siber Sepanjang 2021, Apa Saja?

28 September 2022
Pinjol Ilegal di Sejumlah Daerah Digerebek Polisi, Baru Masif Setelah Pidato Jokowi mojok.co
Kilas

Ditagih Kredit dan Pinjaman Online meski Tak Daftar, Hati-hati Pencurian Data Pribadi

21 April 2021
facebook MOJOK.CO
Pojokan

Facebook Mencuri Dengar Kehidupanmu

15 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
12 Poin Kunci untuk Memahami Kasus Cambridge Analytica

12 Poin Kunci untuk Memahami Kasus Cambridge Analytica

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Mengenal PO Pariwisata Bimo, Bus yang Pendirinya Jenderal Bintang Empat dari Piyungan. MOJOK.CO

Mengenal PO Bimo, Bus Pariwisata yang Pendirinya Jenderal Bintang Empat dari Piyungan

26 Mei 2023
5 Pertanyaan Kuis Vonvon yang Paling Sering Dimainkan di Facebook MOJOK.CO

Skandal Cambridge Analytica: yang Gratis di Internet Ternyata Kita Bayar Mahal

22 Maret 2018
Curhat Mahasiswa Baru UGM Nyaris Gagal Kuliah karena Tercekik UKT Mahal. MOJOK.CO

Curhat Mahasiswa Baru UGM Nyaris Gagal Kuliah karena Tercekik UKT Mahal

26 Mei 2023
kampus muhammadiyah mojok.co

Pengalaman Tak Biasa Ketika Berkesempatan Kuliah di Kampus Muhammadiyah

21 Mei 2023
tanah kas desa pakem mojok.co

Sudah Bayar 130 Juta, Konsumen Vila Tanah Kas Desa Pakem Berharap Bangunan Tidak Dirobohkan  

22 Mei 2023
5 iPhone terbaik dan 5 terburuk MOJOK.CO

Rekomendasi 5 iPhone Terbaik dan 5 Terburuk yang Pernah Diproduksi Apple

24 Mei 2023
Jogging Bersama Ganjar Memberi Banyak Manfaat, Masak Pak Anies Nggak Mau Ikut? MOJOK.CO

Jogging Bersama Ganjar Memberi Banyak Manfaat, Masak Pak Anies Nggak Mau Ikut?

26 Mei 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In