Nasib Sial Mudik dari Jogja ke Sumatra via Merak-Bakauheni Akibat Terlalu Berharap ke ASDP dan Pelni

Sialnya Mudik dari Jogja ke Sumatra karena Percaya Pelni-ASDP MOJOK.CO

Ilustrasi Sialnya Mudik dari Jogja ke Sumatra karena Percaya Pelni-ASDP. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COInilah rekomendasi saya ketika mudik dari Jogja menuju Sumatra. Saran saya, jangan terlalu berharap sama Pelni dan ASDP. Percaya pengalaman saja.

Bagi para pemudik dari Jogja menuju Sumatra via jalur darat, pertaruhan paling penting adalah saat menyeberang pulau. Sebab, rute Merak-Bakauheni, di puncak arus mudik berlangsung akan menguji mental dan fisikmu. Salah satu tips dari saya adalah jangan terlalu percaya sama Pelni dan ASDP.

Kenapa? Saya tidak bermaksud menjelekkan nama Pelni atau ASDP. Di sini, pertaruhannya adalah salah menentukan pilihan, ya tanggung sendiri risikonya. Nanti saya akan jelaskan lebih lengkap.

Yang pasti, pernyataan di atas bukan tanpa alasan. Ini berdasarkan pengalaman saya pribadi dan obrolan singkat dengan sesepuh per-mudik-an. 

Tapi, apakah se-berisiko itu? Ya buat kamu yang tidak sanggup membeli tiket pesawat memang mesti cermat membaca keadaan. Mari kita bahas sedikit. Mulai dari 3 opsi yang tersedia untuk menyeberang dari Merak Banten ke Bakauheni Lampung. 

Cermat memilih skema perjalanan dari Jogja menuju Sumatra

Opsi pertama, membawa kendaraan pribadi baik motor atau mobil. Pemudik dari Jakarta atau Jawa Barat sering memilih opsi ini. Apalagi mereka yang memboyong keluarga.

Kedua, naik transportasi umum seperti bus atau travel dari Jogja langsung ke Sumatra. Kalau saya menuju Lampung. Ini pilihan bijak buat kamu yang ingin perjalanan langsung tanpa perlu naik-turun transportasi lain. Ketiga, naik kapal Pelni sebagai pejalan kaki. 

Terhitung sudah 3 kali saya ikut serta dalam puncak arus mudik lebaran. Sebagai pemudik lone ranger, opsi ketiga adalah yang paling saya rekomendasikan. 

Memang, sebagai pejalan kaki, saya mesti memesan tiket kapal Pelni sendiri maksimal sehari sebelum keberangkatan via aplikasi Ferizy. Dari Jogja, saya naik kereta.

Sesampainya di Jakarta, cari terminal terdekat, naik bus atau travel ke Pelabuhan Merak. Setelah bersandar di Pelabuhan Bakauheni Lampung, saya mesti mencari “travel gelap” menuju rumah. Meskipun cukup rumit, tapi opsi ini akan sangat memangkas waktu. Minimal menghemat amarah. 

Kenapa nggak naik bus langsung dari kota asal ke Merak? Ya boleh saja, saya pernah pakai cara ini. Tapi lebih sulit memprediksi kondisi lalu lintas di puncak arus mudik. Ada risiko waktu tempuhmu jadi lebih molor, apalagi ke Sumatra naik kapal. Di sini saya perlu menegaskan bahwa opsi ketiga tidak efektif untuk semua pemudik.

Ujian kesabaran datang di puncak arus mudik

Bagi mereka yang memilih opsi 1 dan 2 dari Jogja menuju Sumatra, siap-siap saja mengucap istighfar. Sebab dari pengalaman di tahun 2024, saya terjebak sistem antrean kendaraan yang kacau balau. 

Masuk ke dermaga penyeberangan paling depan, tidak menjamin kamu masuk kapal lebih dulu. Ini berlaku untuk semua jenis kendaraan. Tentu sangat menyebalkan buat kamu yang sedari kecil belajar tertib ketika antre.

Makanya, tidak sedikit umpatan melayang kepada Pelni dan ASDP sebagai penanggung jawab transportasi laut. Kurangnya jumlah dermaga menyebabkan antrean panjang. Selain itu, jumlah armada kapal untuk menampung pemudik yang setiap tahun angkanya bertambah. Mudik dari Jogja menuju Sumatra jadi begitu menyebalkan.

Bayangkan saja, Pelabuhan Merak hanya memiliki 7 dermaga yang akan menjadi tempat bersandarnya 81 kapal yang beroperasi waktu itu. Tentu angka ini tidak seimbang. Makanya, saat kendaraan berbaris tertib menunggu waktunya berlayar, kapal masih menunggu dermaga lowong untuk bongkar muat penumpang. 

Sebuah kapal Pelni membutuhkan waktu 1 sampai 2 jam untuk bongkar muat kendaraan penumpang. Di waktu yang sama, antrean kendaraan yang ingin masuk semakin menumpuk. 

Mempertimbangkan semua urusan teknis di atas, bayangkan lagi, berapa lama sebuah pelabuhan menangani 30 ribu kendaraan dari Jogja dan Pulau Jawa menuju Sumatra. Wajar kalau perusahaan pelayaran milik negara itu kenyang dengan umpatan. 

Apa kabar Pelabuhan Bakauheni? Ya problemnya sama, jumlah dermaga yang terbatas tentu akan mengurangi mobilitas kapal yang ingin berlabuh.

Baca halaman selanjutnya: Strategi mudik dari Jogja ke Sumatra biar nggak sial

Mudik dari Jogja ke Sumatra? Percaya intuisi dan Pengalaman, jangan ASDP

Sedikit kilas balik ke 2022. Saat itu saya mengeksekusi opsi kedua, naik bus dari Jogja tujuan langsung ke Sumatra, khususnya Lampung. 

Di Pelabuhan Merak terjadi kemacetan sepanjang 15 kilometer. Butuh waktu 9 jam sebelum bus yang saya tumpangi dari Jogja masuk kapal Pelni. 

Dermaga sudah di pelupuk mata, tapi butuh 9 jam untuk menjangkaunya? Sebut saja ini sebagai ujian kesabaran di bulan Ramadan, kalau tidak mau menilainya sebagai bentuk ketidakbecusan ASDP.

Tahun 2022 adalah puncak arus mudik pertama setelah pandemi. Semua orang merindukan kampung halaman setelah 2 tahun terjebak di perantauan. Semua orang ingin mudik dan ASDP tidak siap membendung gelombang arus mudik yang tinggi. 

Berkaca dari kejadian itu, di tahun berikutnya, saya pilih opsi ketiga. skema menyeberang sebagai pejalan kaki. 

Saya sudah memesan tiket kapal Pelni sejak 2 hari sebelum mudik. Saya lalu naik bus dari Jogja dan berhenti di Pelabuhan Merak. 

Yang saya pikirkan waktu itu, kalau memang terjadi kemacetan menuju pelabuhan, ya tinggal turun dari bus lalu jalan santai sampai kapal. Bagi saya, berjalan sejauh 10 kilometer lebih mudah daripada harus duduk di dalam bus selama berjam-jam. 

Tepat saja, keputusan itu berbuah hasil yang memuaskan. Perjalanan mudik lancar tanpa kendala dan umpatan. 

Berselang setahun, tepatnya saat puncak arus mudik 2024, saya mengombinasikan opsi mudik kedua dan ketiga. Saya naik kereta Jogja-Jakarta, lanjut naik travel langsung ke Lampung

Berbekal pengalaman mudik 2023 yang cukup baik, saya agak percaya ASDP sudah melakukan perbaikan. Sial, saya malah mengulangi kejadian mudik 2022 dengan sedikit improvisasi. Jelas, ini sebuah kebodohan. Maka, percaya kepada intuisi terkadang bisa menyelamatkanmu. Jangan terlalu percaya sama ASDP dan pemerintah, deh.

Tidak semua solusi dari Pelni dan ASDP itu solutif

Tahun lalu, sudah ada peralihan rute untuk pengendara roda 2 dan truk golongan VI. ASDP mengalihkan 2 jenis transportasi itu lewat Pelabuhan Ciwandan Banten menuju Pelabuhan Wika Beton Lampung. 

Tapi tetap saja, solusi ini belum mampu meredam kekacauan yang terjadi di Pelabuhan Merak. Travel yang saya tumpangi dari Jogja sudah tiba di Merak pukul 12 siang. Namun, saya baru bisa naik kapal pukul 6 sore. Brengsek sekali, bukan?

Saya menemukan informasi dari media sosial bahwa skema peralihan untuk pengendara motor juga belum optimal. Salah satu pemudik menceritakan pengalamannya terombang-ambing lebih lama di atas laut. Hal itu bisa jadi karena jarak tempuh kapal yang lebih panjang, dan lagi-lagi, jumlah dermaga ASDP masih terbatas.

Sistem peralihan kendaraan itu masih ada untuk tahun ini. Makanya, saya jadi mengurungkan niat mudik bareng teman, naik motor dari Tangerang.

Ketimbang risiko, mudik tahun ini kami memilih pakai opsi ketiga saja. Nah, buat kamu yang akan mudik dari Jogja ke Sumatra lewat Pelabuhan Merak, mau pakai opsi yang mana? 

Tentu semuanya punya plus dan minus. Tapi sejatinya, keamanan dan kenyamanan mudik adalah hak kita semua, kan? Selamat mudik, semoga selamat sampai rumah meskipun terpaksa mengumpat di separuh perjalanan.

Penulis: Razi Andika

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mudik dengan Kapal dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version