Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sejarah Indonesia 100 Tahun Lalu: Dari Pembuangan Tan Malaka hingga Keluarnya Muhammadiyah dari Barisan Sarekat Islam

Memang, begitulah kontinuitas hidup. Sejarah Indonesia mencata bahwa saat yang lain berjuang memperpanjang hidup dan memperluas alternatif kebebasan negeri, yang lain mestilah lahir untuk kehidupan yang kelak.

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
2 Januari 2023
A A
Sejarah Indonesia 100 Tahun Lalu: Dari Pembuangan Tan Malaka hingga Keluarnya Muhammadiyah dari Barisan Sarekat Islam

Ilustrasi Sejarah Indonesia 100 Tahun Lalu: Dari Pembuangan Tan Malaka hingga Keluarnya Muhammadiyah dari Barisan Sarekat Islam

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Berikut saya membawa pembaca untuk menapaktilasi sejarah Indonesia dalam 100 silam. Yakni, saat kalender menunjuk tahun 1922. 

Seratus tahun Indonesia adalah seabad memori yang perlahan meredup karena beban hidup kita sehari-hari. Kita dibombardir nyaris tiap hari peristiwa sehingga menjadikan jarak seabad itu seperti tak tersentuh sama sekali.

Lewat metode dan modus operandi sederhana, yakni kronikisasi, saya membawa pembaca untuk menapaktilasi sejarah Indonesia 100 silam. Yakni, saat kalender menunjuk tahun 1922. 

Kaleidoskop kali ini menyoroti peristiwa penting yang perlu diingat dalam bentang waktu 100 tahun silam itu. Ada yang diingat, ada yang lamat-lamat lalu lenyap. Bahkan, ada yang tak teringat sama sekali.

Inilah kaleidoskop Indonesia dalam seabad. Mari!

Revolusionernya Pegawai Pegadaian

Siapa pun tak menyangka, barangkali juga Gubernur Jenderal De Fock yang menghuni Istana Rijswijk di sisi utara Koningsplein (Monas), perselisihan di Kantor Pegadaian Ngupasan, Yogyakarta, bisa menjadi bara api yang menyulut kemarahan pegawai se-Jawa. Sejarah Indonesia yang mungkin tidak banyak Anda ketahui. 

Ya, pegawai pegadaian mogok se-Jawa. Anda tidak salah baca. Itu terjadi 100 tahun lalu di tahun 1922. Tak pernah terbayangkan, sebuah lembaga “penolong mahasiswa susah” dengan slogan “menyelesaikan masalah tanpa masalah” itu pernah berkontribusi besar dalam hal memasok spirit radikal dalam pergerakan bersamaan dengan insyafnya orang-orang Katolik-Jawa yang kemudian mendirikan Katholieke Javaanse Vereniging voor Politieke Actie.

Semuanya dimulai dari Pegadaian Ngupasan yang titik petanya terletak tak jauh dari Korem 072 Pamungkas di kampung sisi kanan Malioboro.

Alkisah, kontrolir Pegadaian Ngupasan, J. Ch. Tadema Wielandt memberi perintah kepada asistennya bernama Bawadi untuk membawa barang-barang dari gudang ke tempat lelang. Bawadi adalah seorang lichter, petugas penerangan. Biasanya, barang-barang ini diangkut oleh tukang kebun dan bende yang bekerja serabutan. 

Namun, karena melakukan “penghematan maksimum nrimo ing pandum”, semua pegawai melaksanakan kerja secara all in. Berodi-rodi dalam kantor. Bawadi protes. Tapi, si kontrolir kukuh dengan perintahnya. Sejarah Indonesia mencatat seperti ini.

“Ayo, angkat!” seru Wielandt.

Bawadi membantah bahwa itu kerja orang lain. 

Kontrolir Wielandt makin naik pitam, “Ayo, jangan banyak omong, mau tidak?” 

“Tidak bisa,” sahut Bawadi. 

Iklan

“Saya beri kamu waktu lima menit lagi, mau tidak, kalau tidak, keluar, ayo pergi dari sini!” teriak Wielandt sambil menunjuk pintu.

Kepergian Bawadi itulah yang menjadi awal dari salah satu pemogokan terbesar dalam sejarah Indonesia yang dulu disebut Hindia Belanda. Dan, itu dilakukan para pegawai pegadaian. Berlalunya Bawadi membuka borok pegadaian yang dikit-dikit mengeluarkan circulaire oesiran dan kerap mengancam pegawai yang melakukan kesalahan kecil. 

Sambat Bawadi langsung direspons hoofdbestuur dari Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera atau P3B yang dengan tegas mengatakan tidak puas atas kebijakan kepegawaian bahwa mulai dari pegawai paling rendah sampai pada hoofdschatter atau kepala juru taksir dan hoofdkassier (kepala bendahara) jadi kuli angkat barang. Mereka harus membawa semua barang gadai ke tempat lelang, seperti memikul dandang, pispot, periuk, dan rupa-rupa barang pecah belah.

Surabaya adalah kota pertama yang tercatat oleh Sejarah Indonesia yang merespons kabar dari Ngupasan. Perusahaan pun bersidang dan memberi ultimatum kepada para pemogok jika tak masuk bakal dipecat. Pandhuis nggak mereken. 

Sementara, di Yogya sendiri, aksi mogok mulai memanas. Ada 20-an lebih kantor pegadaian yang pegawai atau pandhuis-nya turut mogok untuk bersolidaritas atas Ngupasan, seperti Lempuyangan, Bantul, Godean, Brosot, Sentolo, Sleman, Wonosari, Tempel, dan Kota Yogya. 

Dienstchef dari Batavia berangkat ke Yogyakarta untuk mengatasi masalah “sepele” ini. Keberangkatan dinas pusat ini atas telegram dari hoofdbestuur PPPB yang diketuai Abdul Moeis yang juga dedengkot Sarekat Islam.

Pertemuan antara Dienstchef dari Batavia dan PPPB ini menghasilkan beberapa “rasa sayang”. 

Sayang pertama, disayangkan bahwa beheerder bernama Stolk kurang mengetahui adat istiadat bangsa Jawa dan terkesan kurang sabar serta mamandang Bawadi lebih sebagai musuh dan bukan sebagai pegawai yang harus dituntun dengan sabar. 

Sayang kedua, disayangkan bahwa Controleur Wielandt tidak mencoba menghilangkan emosi Stolk, akan tetapi malah mengkomporinya hingga baranya semakin besar.

Sayang ketiga, disayangkan Inspecteur dalam menjalankan kewajibannya terlalu kaku dan kurang diplomatik, sementara Dienstchef terlalu tergesa-gesa mbacot kepada jurnalis Aneta dan tidak mengindahkan kemungkinan terjadinya pemogokan umum. 

Sayang keempat, disayangkan Asisten Residen mempunyai pendekatan yang keras dan tak bisa mengambil hati dan membujuk wakil hoofdbestuur PPPB.

Dari catatan Sejarah Indonesia yang dihimpun, lebih kurang 2000 orang pegawai yang mengikuti aksi mogok dari 5000 orang pegawai pegadaian yang ditarget. Tercatat, 97 dari 372 rumah pegadaian lumpuh.

Mengapa membesar? Karena solidaritas. Pemogokan pegawai pegadaian ini dipromotori PPPB atau Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera dan didukung sejumlah ormas pergerakan yang punya nama, antara lain Boedi Oetomo, PKI (Partij Komunis Indie), NIP (Nationaal Indische Partij), Revolutionare Vakcentrale (RV), Kweek Schoolbond (Perhimpunan Sekolah Guru), PGHB (Perserikatan Goeroe Hindia Belanda), Persatuan Guru Bantu, dan PFB (Personeel Fabrieks Bond). 

Untuk memaksimumkan pemogokan, ormas dan partai pergerakan punya cara-cara sendiri. PKI berdakwah dengan cara lisan dan tulisan. 

Ini salah satu pamflet propaganda komikal PKI:

Perhatian! Perhatian!

Mendesak-Sangat-Penting

Dicari beberapa orang pribumi pegawai pegadaian cadangan, dengan tanpa ijazah, untuk menggantikan pemogok di kalangan pegadaian, dengan syarat: baik dan rajin bekerja, tidak melakukan kekeliruan, dan kalau mereka melakukan kekeliruan akan diusir seperti anjing. Tidak memiliki rasa malu; lebih disukai “penjilat” yang sesungguhnya, yang menjunjung tinggi tingkah laku yang hina, senang dan cukup kuat memikul: gamelan, pot kencing dan buang air, kendil dan dandang, dan wajan dari tembaga, benda-benda besi sebagai alat kerja seperti pacul, linggis, kampak, golok, dsb. Juga berbagai jenis barang dari tembaga. Para pemohon yang dalam permohonannya menyatakan bahwa mereka mau bekerja sebagai budak akan segera diterima. Mengapa hal ini perlu ditekankan, alasan yang sangat kuat ialah para pegawai yang ada sekarang sangat menekankan arti pentingnya rasa hormat, dan pemimpin PKI menyatakan bahwa penyebabnya ialah orang Belanda. Sebelum orang Belanda datang, orang timur sama sekali tidak memandang hina kerja dengan tangan sesudah orang Barat menolak kerja demikian maka orang Jawa pun kini hanya mau bekerja tulis menulis.

Dan, karena sudah tak bisa ditenggang lagi, Gubernur Jenderal De Fock dari Istana Rijswijk mengirim polisi untuk menangkap Abdoel Moeis dan Reksodipoetro dengan tuduhan sprekdelict (delik bicara) dalam rapat terbuka. Jabatan keduanya masing-masing sebagai ketua dan sekretaris P3B.

Penangkapan dan pemenjaraan Moeis dan Reksodipoetro di Bandung itu tidak membikin anggota mengerut. Sejarah Indonesia mencatat bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Makin hari, rumah pegadaian yang lumpuh makin bertambah, dari 97 menjadi 118. Sikap dan reaksi pemerintah tambah keras. Lebih kurang 1200 pemogok langsung dipecat, rumah-rumah pegadaian dijaga ketat militer dari Manado agar pegadaian tetap beroperasi. 

Media buzzer pemerintah De Zweep yang diasuh D.W. Berretty–musuh bebuyutan Tirto Adhi Soerjo–menyerukan pemerintah segera membentuk paramiliter untuk melindungi harta milik orang Eropa dari orang pribumi yang memberontak. Beretty adalah juga jurnalis di ANETA atau Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap.

Saat pemimpin utama P3B ditangkap, Semarang mengambil kemudi kepemimpinan kolektif untuk melakukan spoed-conferentie atau konferensi kilat. 

Konferensi tersebut dihadiri 26 utusan afdeeling rumah gadai, sedangkan 12 lainnya tidak hadir tetapi menyatakan taat atas semua ketetapan yang diputuskan konferensi. 

Ini isi Ketetapan Semarang yang tercatat dalam Sejarah Indonesia:

(1) Pemogokan umum untuk seluruh pegawai Pegadaian Bumiputera di Jawa dan Madura berlaku pada 20 Februari 1922 pada pagi hari. 

(2) Semua lid atau anggota yang pada saat itu tidak meninggalkan pekerjaannya, dikeluarkan dari PPPB. Afdeeling di luar Jawa dan Madura seperti di Sumatra diharapkan memberikan dukungan lebih dari dukungan yang sudah-sudah.

(3) Semua perhimpunan buruh dalam Revolutionaire Vakcentrale (RV) diminta bersama-sama memasukan keberatan kepada pemerintah atas sikap para petinggi terhadap pemogok, serta meminta dengan cepat pemogokan ini diurus. 

(4) Aturan lid PPPB dalam kelompok afdeeling tetap seperti sebelumnya; tidak bubar, melainkan terus berhubungan dengan afdeelingbestuur atau pengurus cabang.

(5) Himbauan agar tiap lid bestuur dalam afdeeling mematuhi segala putusan yang telah dibuat. 

Fenomena menarik dari pemogokan pegadaian ini adalah terseretnya Boedi Oetomo. Sudah menjadi keyakinan umum, Boedi Oetomo ormas yang enggak macam-macam dengan pemerintah. Tapi, beda dengan pemogokan besar pegawai rumah gadai ini. BO ikut serta.

Akibatnya, BO atau Boedi Oetomo ini banyak yang mengecam karena dianggap merusak moral bangsa sendiri dan disebut sebagai penabur benih budak. Lahirlah kepanjangan lain dari BO, yaitu “Berdagang Orang”. 

Asisten Residen Laceulle dari Surakarta bahkan menyurati pengurus besar BO yang isinya mencabut izin melakukan rapat umum dan rapat pengurus. Alasan si Asres jelas, BO telah mengadakan aksi “revolusioner”. 

Baca halaman selanjutnya….

Tan Malaka Ditangkap dan Dibuang

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 2 Januari 2023 oleh

Tags: IndonesiakaleidoskopKaleidoskop IndonesiaMuhammadiyahsarekat islamtaman siswatan malaka
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru, Lumajang saat erupsi. MOJOK.CO
Aktual

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru

21 November 2025
wisuda, tuli.MOJOK.CO
Kampus

Sering Dibilang Bodoh karena Tuli, Kini Membuktikan Diri dengan Menjadi Wisudawan Tunarungu Pertama di Kampusnya

24 Oktober 2025
Apa yang Terjadi Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Ada? MOJOK.CO
Esai

Fakta Menyeramkan Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Lahir di Indonesia

5 Oktober 2025
Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah karena Merasa Dikucilkan di UMM. MOJOK.CO
Ragam

PSHT Tetap di Hati meski Belajar di Lingkungan Muhammadiyah yang Punya Tapak Suci

16 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.