Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Segala Kemudahan yang Menaungi Rachel Vennya dan Romantika Receh Wartawan Magang

Rachel Vennya dan kebanyakan selebgram adalah produk dari zaman yang menawarkan banyak kemudahan.

Novie Riyanti oleh Novie Riyanti
27 Oktober 2021
A A
Segala Kemudahan yang Menaungi Rachel Vennya dan Romantika Receh Wartawan Magang MOJOK.CO

Segala Kemudahan yang Menaungi Rachel Vennya dan Romantika Receh Wartawan Magang MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Rachel Vennya dan kebanyakan selebgram lahir dari kemudahan. Kontras dengan wartawan magang zaman dulu. Perjuangan.

Gara-gara kepengin ikut tren bikin status di Facebook dengan paragraf pembuka berbunyi “Dari Rachel Vennya kita belajar”, saya sempatkan menonton podcast Deddy Corbuzier berturut-turut selama dua hari.

Hari pertama, dengan bintang tamu Nikita Mirzani, nyaris tidak ada info baru yang bisa dipetik dari obrolan berdurasi satu jam itu. Kecuali pernyataan Niki yang menyatakan bahwa ini adalah kali kedua Rachel Vennya menghindari karantina. “Yang pertama waktu dia pulang dari Dubai. Nggak ketahuan, makanya dia ulangin lagi,” ujar Sang Nyai.

Hari berikutnya, untuk membahas Rachel Vennya, Deddy Corbuzier menghadirkan dr. Tirta. Perasaan saya tiba-tiba diliputi nuansa tak biasa.

Bukan, bukan karena saya ngefans sama dr. Tirta, yang mukanya mirip oppa-oppa Korea. Tapi karena Profesor Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI juga turut hadir di situ. Seketika saya dejavu.

Berkat kisruh Rachel Vennya, ingatan saya melayang ke dua dekade lalu. Ketika saya masih jadi wartawan magang di sebuah surat kabar harian yang berkantor di kawasan Jakarta Selatan. Waktu itu saya sedikit lebih muda dari Rachel Vennya.

Oleh redaktur, saya ditugaskan di rubrik Kesehatan. Profesor Zubairi yang saat itu menjadi Kepala Bagian Penyakit Dalam RSCM, adalah orang penting pertama yang menjadi narasumber saya. Setelah itu, beliau menjadi narasumber langganan setiap saya menulis artikel kesehatan yang berkaitan dengan penyakit dalam.

Romantika yang pernah saya alami selama menjalankan peliputan seolah kembali terputar dalam ingatan. Romantika yang tidak akan dialami wartawan-wartawan zaman sekarang.

Sebagai anak magang yang penghasilannya bergantung pada banyaknya artikel yang dimuat, saya nekat mengambil tambahan tugas mengisi beberapa rubrik ringan seputar kehidupan selebriti dan pesohor negeri. Awal 2000, medsos belum secanggih sekarang. Tidak ada fitur-fitur canggih semisal Instastory, yang memudahkan kita mengakses kabar terbaru dari selebriti.

Satu-satunya cara untuk mendapat berita terbaru adalah dengan memburu dan menembak pertanyaan secara langsung. Suatu ketika, saya diminta menulis artikel gaya parenting seorang artis senior. Kala itu, dia sedang laku-lakunya berperan sebagai ibu bijak di beberapa sinetron.

Proses menentukan tanggal wawancara berjalan agak alot. Saya maklum karena jadwal dia memang sangat padat. Dengan gaya negosiasi pantang menyerah, saya bilang wawancara akan berlangsung singkat saja, jadi sebenarnya bisa diselipkan di sela-sela waktu dia berolahraga. Dia setuju dan menetapkan sanggar senamnya sebagai lokasi wawancara.

Proses mendekati, membuat janji, dan meminta waktu khusus untuk wawancara adalah bagian paling berat dari alur pekerjaan saya yang cukup panjang. Beruntung, media tempat saya bekerja memiliki reputasi baik. Jika tidak, level kesulitan yang saya hadapi semakin bertambah lagi.

Namun betapa kagetnya saya ketika di hari H, si artis membatalkan begitu saja sesi wawancara. Ngenesnya, saya dapat kabar itu ketika sudah sampai di lokasi.

Padahal untuk sampai kesana, saya harus beberapa kali turun dan naik bus dan angkot. Ditambah setengah kilometer berjalan kaki. Sanggar senam itu berlokasi di sebuah perumahan mewah yang nggak punya pangkalan ojek di depan pintu masuknya.

Iklan

Ah, betapa beruntung wartawan sekarang, yang memiliki abang ojek online yang selalu bisa diandalkan.

Ujung-ujungnya, si artis malah meminta wawancara via telepon saja. Saya menanggapinya seperti seorang kekasih yang tak kunjung mendapat kepastian kapan dinikahi. Saya hilang rasa. Tapi saya tetap berusaha bersikap sopan selama wawancara berlangsung.

Penderitaan saya tidak berhenti sampai di situ. Ketika hasil wawancara itu akhirnya terangkai menjadi sebuah jalinan cerita yang rapi dan siap cetak, dia mengajukan permintaan agar fakta bahwa pernikahan beda agama yang dia jalani harus disembunyikan. Padahal, sudut pandang tulisan saya justru berangkat dari situ.

Demi menghargai keinginan artis, jadilah saya lembur sampai dini hari. Tulisan itu harus secepatnya direstorasi.

Jika membaca berita-berita hiburan dari media online sekarang, muncul rasa iri dalam hati. Wartawan zaman sekarang bisa dengan mudah menemukan bahan tulisan tanpa harus repot mengejar artis atau ngotot membuat janji khusus untuk wawancara.

Duduk manis sambil menyimak sebuah konten di YouTube, mereka bisa menulis tiga berita sekaligus.

Misalnya, dari podcast Deddy Corbuzier dengan bintang tamu Rachel Vennya, lahir berita dengan beragam angle. Misalnya:

“Inilah Gaya Parenting Rachel Vennya, Ibu-ibu Perlu Tahu”

“5 Parfum Favorit Rachel Vennya, Nomor 5 Dibuat dari Buah Mengkudu”

“Hobi Rachel Venya Ternyata Bikin Kaget, Salah Satunya Jadi Pawang Unta”

Selain berita keseharian, berita amatan juga laku banget. Misalnya, berita yang ditulis setelah menonton room tour atau home tour Rachel Vennya. Berita yang muncu jadi kayak gini: “Begini Tampilan Rumah Sederhana Rachel Vennya, Ada Ikan Lumba-lumba di Kolam Renangnya”.

Dengan alur proses kerja yang lebih ringkas, kans mereka melakukan kesalahan teknis memalukan seperti yang saya alami ketika berencana meliput rumah seorang tokoh nasional ternama, menjadi sangat kecil.

Sebagaimana wartawan masa kini, Rachel Vennya dan kebanyakan selebgram juga produk dari zaman yang menawarkan banyak kemudahan. Berbeda dengan artis tempo dulu yang harus meniti “jalan ninja” berliku demi mencapai kesuksesan. Rata-rata mereka menjadi terkenal dan mendulang banyak pengikut setelah membuat skandal atau kehebohan. Meski tak mungkin ditampik, mereka juga memiliki segelintir kelebihan.

Dulu saya sempat insecure setiap melihat postingan Rachel Vennya di Instagram. Betapa hidup nyata-nyata berpihak kepadanya. Muda, cantik, kaya, dan memiliki keluarga bahagia.

Namun, begitu melihat wajahnya yang sayu dan gerakan jemarinya yang saling meremas tak menentu, persis bocah nakal lugu yang dipaksa membuat pengakuan, saat menyampaikan permohonan maaf di hadapan Boy William, saya malah berbalik (agak) merasa kasihan.

Terkadang saya merasa tagar #bunaberhakbahagia layak ditujukan kepadanya. Namun, kalau ingat ada anggota TNI yang kehilangan pekerjaan akibat ulahnya, wajar juga kalau sampai keluar ujaran ajaib semisal “Buna memang berhak bahagia, tapi netizen juga berhak benci melihat kelakuannya.”

Saat ini, Rachel Vennya terancam hukuman satu tahun penjara. Netizen mengamini kabar itu dengan riang gembira.

Namun, seperti kata Profesor Zubairi, tanpa dipenjara pun sebenarnya Rachel Vennya telah menjalani hukuman yang setimpal. Sanksi sosial berupa hujatan, sumpah serapah, dan aksi unfollow adalah ganjaran tertinggi bagi seorang yang hidupnya ditopang oleh sanjung puja warga dunia maya.

Seandainya ibu dari Xabiru dan Chava itu pernah jadi wartawan magang seperti saya dulu, mungkin dia akan lebih sigap dan bijak menyikapi privilese yang dia nikmati sekarang. Bukan malah tercebur ke dalam kubangan kesalahan yang sama berulang-ulang. Mungkin lho, ya….

Saya jadi teringat ucapan almarhum ayah yang pernah berkata: “Kemudahan itu seperti kamu berutang, suatu saat kamu akan ditagih dan wajib membayar. Tapi kesulitan ibarat kamu menabung, suatu ketika kamu akan menikmati manfaatnya.”

Ngomong-ngomong, ayah saya meninggal November tahun lalu karena Covid-19…..

BACA JUGA Nggak Ada Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kasus Rachel Vennya kabur dari Wisma Atlet dan ulasan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 27 Oktober 2021 oleh

Tags: magangrachel vennyaselebgramWartawan
Novie Riyanti

Novie Riyanti

Wartawan. Tinggal di Cengkareng Timur.

Artikel Terkait

Gen Z rela magang tidak dibayar (unpaid). MOJOK.CO
Liputan

Gen Z Rela Magang Tidak Dibayar (Unpaid) tapi Serba Salah: Menawarkan Bantuan Malah Dikucilkan, Diberi Tugas Justru Berlebihan

13 Oktober 2025
Sesal fresh graduate selama mahasiswa tak pernah magang, pas lulus kuliah kalabakan karena tak tembus lowongan kerja MOJOK.CO
Ragam

Penyesalan Tak Pernah Magang: Lulus Jadi Fresh Graduate “Kosongan”, Kelabakan Puluhan Kali Ditolak Kerja hingga 2 Tahun Jadi Pengangguran

19 September 2025
Vario 125 dan Suzuki Spin 125 Bikin Anakku Jadi Lebih Sabar MOJOK.CO
Otomojok

Dari Vario 125 ke Suzuki Spin 125: Misi Seorang Ayah Cari Motor Seken untuk Anak Bujang Magang di Lombok

21 Juli 2025
11 Tuntutan Serikat Pekerja di Hari Buruh. MOJOK.CO
Aktual

Hari Buruh 2025: Serikat Pekerja Minta Hentikan Eksploitasi pada Gen Z hingga Syarat Lamaran Kerja yang Aneh

30 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.