Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sebelum Fatwa Sterilkan Masjid dari Warga Tamansari, Baiknya MUI Sterilkan Diri Sendiri

Keenan Nasution oleh Keenan Nasution
22 Januari 2020
A A
Sebelum Fatwa Sterilkan Masjid dari Warga Tamansari, Baiknya MUI Sterilkan Diri Sendiri

Sebelum Fatwa Sterilkan Masjid dari Warga Tamansari, Baiknya MUI Sterilkan Diri Sendiri

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bandung keluarkan surat edaran agar masjid disterilkan dari korban penggusuran Tamansari.

Tak mungkin kita tak mengelus dada ketika mendengar Majelis Ulama Indonesia (MUI) tercinta cabang Bandung mengeluarkan fatwa untuk “sterilkan” masjid Al-Islam, yang jadi tempat pengungsian warga korban gusuran paksa Tamansari.

Semua ini demi kemaslahatan dan kondusif-nya umat. Padahal dari 55 pengungsi dari Tamansari tersebut, bahkan beberapa di antaranya adalah anak-anak dan bayi.

Subhanallah.

MUI seger waras?

Oh, tentunya.

Saat puluhan keluarga jadi korban penggusuran paksa, yang dalam prosesnya turut mengerahkan militer dan terjadi kekerasan fisik, dan akhirnya mengungsi ke rumah Allah, namun MUI sang pembimbing umat yang bijak bestari baik hati dan tidak sombong itu justru mengeluarkan fatwa yang luar biasa insensitif—kalau bukan terang-terangan musuh kelas.

Sekarang, ke mana lagi warga yang digusur dan diusir bak hama oleh pemerintahnya sendiri mencari tempat bernaung, kalau bukan ke rumah Allah, ke bangunan yang didirikan untuk menyembah Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang?

Lalu MUI bikin fatwa yang keblinger dilihat dari sudut manapun. Puadahal, ini lembaga yang konon tugasnya “mengayomi” umat di sekujur negeri, lho.

Sebagai lembaga yang luar biasa mapan, yang didengar oleh puluhan juta umat, tentunya MUI bisa berbuat lebih dari sekadar merilis fatwa-fatwa atau imbauan-imbauan ajaib semacam itu.

Tidakkah MUI menjadikan Nabi Muhammad sebagai model?

Tentu, saya yakin, bapak-bapak atau ibu-ibu di MUI tahu benar bahwa Nabi Muhammad berpihak pada mereka yang lemah dan tidak berdaya.

Pernah suatu kali Muhammad berkata pada sahabatnya: “Aku adalah bapaknya anak yatim dan sahabat bagi orang miskin.”

Bahkan, Nabi Muhammad telah jadi “SJW” sebelum kata itu dipakai secara sembarangan oleh libertarian-maya-edgy-tukang-sorak-tukang-gusur untuk mencemooh aktivis sosial.

Iklan

Lho, lho, kalau MUI kesulitan sendiri untuk meneladani sikap dan perbuatan Nabi Muhammad, karena sibuk mempromosikan “muslimin ideal” yang abstrak itu, hambok minimal MUI mencontoh FPI.

Iya, FPI.

Kendati doyan labrak sana labrak sini, ormas satu itu tergolong tanggap dalam membantu korban bencana. Korban banjir besar tempo hari di Jakarta toh dibantu oleh FPI.

Walau bantuan FPI itu bisa juga dibaca sebagai stratak untuk menjual ideologi mereka, alias “membuat ideologi kita saleable”, kalau kata Nick Griffin, pentolan organ far-right di Inggris sana, tapi toh FPI—yang tampak saja—nggak pernah menunjukkan insensitifitasnya pada mereka yang terdampak bencana.

Kalau mau jujur juga, FPI dengan citranya yang “begitu”, sudah masuk ke isu-isu yang penting dan relevan bagi kalangan kelas menengah bawah perkotaan seperti isu perburuhan, pengangguran, bahkan penggusuran.

Itu isu-isu yang seperti dihindari para makelar kebhinekaan kaleng-kalengan (untuk membedakannya dengan pegiat toleransi dan pluralisme yang serius) atau MUI.

Sekarang gini, apakah ada suara MUI Bandung untuk warga yang tanahnya diserobot tentara?

MUI lebih tertarik mengharamkan ucapan selamat Natal, merayakan Valentine, bahkan salam agama lain. Lalu MUI menerbitkan fatwa yang berbunyi “sterilisasi” masjid dari pengungsi gusuran Tamansari.

Sekali lagi, apakah MUI sehat?

Pengungsi itu manusia, warga negara yang punya hak yang sama dengan bapak-bapak atau ibu-ibu MUI… di atas kertas. Memang. Tapi kenapa harus pakai kata ‘steril’?

Saya lupa kalau di jaman neoliberal begini, orang yang sonder materi, sonder kekuatan yang riil, disederajatkan dengan kuman.

Lantas apa fungsi masjid yang semestinya?

Kalau MUI nggak songong-songong amat jadi lembaga, ia mestinya tahu, fungsi masjid itu bukan sekadar sembahyang lima waktu atau panggung untuk menyampaikan ceramah kebencian saat pemilu.

Tuh, waktu badai Harvey menerjang Amerika, masjid-masjid di negara bagian Texas membuka pintu lebar-lebar sebagai tempat mengungsi korban bencana. Pimpinan Islamic Society of Greater Houston berkata: adalah kewajiban, kewajiban dalam agama, untuk membantu sesama.

Sebetulnya, tidak ada yang hebat dari tindakan tersebut. Karena pada dasarnya, begitulah seharusnya. Mengulurkan tangan untuk sesama itu bukan sekadar diomongkan, tapi dilakukan.

Namun, coba bandingkan. Masih seputar badai Harvey, saat masjid, gereja, pertokoan, dll jadi tempat mengungsi warga korban bencana, sebuah megachurch bernama Lakewood yang berkapasitas 17 ribu kursi di kota Houston menutup pintu rapat-rapat.

Gereja supergede itu dipimpin Joel Osteen, televangelis kesohor dan (jelas) kaya raya di Amrik sana.

Walhasil, Joel, selaku orang yang kerap berdakwah tinggi-tinggi dan pemimpin daripada gereja mewah berpenghasilan sekian juta dolar US dalam sebulan namun abai pada korban bencana, jadi sasaran kritik pedas dari khalayak karenanya. Baru setelah dikritik, pintu Lakewood terbuka untuk pengungsi.

Tentu, sekalipun tidak pernah ada surat edaran soal fatwa MUI untuk “sterilkan” masjid dari warga Tamansari yang digusur itu, tidak akan ada perubahan yang berarti juga.

Sebab masalahnya bukan di situ. Warga korban gusuran Tamansari nggak akan mengungsi ke masjid jika pemerintahnya, dengan kekuatan gabungan mahadahsyat satpol pp hingga tentara yang ‘demokratis’ itu tidak melakukan penggusuran paksa, penggusuran nir-solusi.

Sekali lagi, MUI bisa berbuat agak berguna sedikit ketimbang bertingkah aneh-aneh. Membiarkan masjid sebagai tempat penampungan sementara itu toh gak mengurangi sedikitpun esensi masjid sebagai rumah Allah.

Kendati tidak banyak, saya yakin untuk sementara, korban gusuran paksa Tamansari itu terbantu dengan tinggal di masjid. Tapi, tidak, MUI tidak senang dengan hal itu. MUI lebih senang mengeluarkan edaran-edaran ajaib yang menegaskan wajah aslinya.

Seperti pepatah lama, sometimes it’s not the people who change, it’s the mask that falls off.

Saran saja sih, ada baiknya sebelum meminta mensterilkan Masjid Al-Islam dari korban penggusuran Tamansari, ada baiknya MUI Bandung mensterilkan pikirannya sendiri.

BACA JUGA Alasan Kenapa Warga Tamansari Sebaiknya Tidak Usah Ikuti Fatwa MUI atau tulisan Keenan Nasution lainnya.

Terakhir diperbarui pada 22 Januari 2020 oleh

Tags: BandungFPIMUIpenggusurantamansari
Keenan Nasution

Keenan Nasution

Tinggal di Jakarta, asli Malang, Jawa Timur.

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Indomaret Pasteur, Saksi Penderitaan Orang Kecil di Bandung MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Penderitaan dan Perjuangan Orang Kecil di Bandung dari Bawah Neon Putih-Biru-Merah Indomaret Pasteur

31 Oktober 2025
Kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. MOJOK.CO
Ragam

Proyek Kereta Cepat Whoosh Terlalu Eksklusif, Cuman bikin KAI dan Rakyat Menderita

10 September 2025
Kos bebas berpotensi kumpul kebo. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Jadi Ibu Kos: Tak Ingin Ada Kumpul Kebo, Tapi Ada Saja Anak Kos Ngaku-ngaku Nikah Siri demi Inapkan Pacar

30 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.