MOJOK.CO – Pemilih pemula untuk Pilpres 2019 yang berusia 17-22 tahun merupakan pundi suara yang potensial. Nah, untuk Pak Prabowo Subianto, ada saran berharga nih dari mereka.
Suara pemilih pemula yang tergabung dalam kategori Generasi Z tampaknya akan jadi perhatian khusus pada Pilpres 2019 nanti. Lihat saja, Pak Jokowi butuh bantuan Bang Erick Tohir sebagai Ketua Timses yang diyakini dapat menarik hati pemilih pemula yang rata-rata masih remaja.
Sedangkan di kubu Pak Prabowo Subianto, Bang Sandiaga Uno selalu berpenampilan layaknya anak muda dengan segala hobinya. Walaupun ternyata—baik Bang Erick maupun Bang Sandi—keduanya udah tua juga sih ya?
Sejauh yang saya tahu, generasi kelahiran Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1995 sampai 2010. Artinya, pada Pilpres tahun depan, yang paling muda dari generasi ini akan berusia 9 tahun sedangkan yang tertua berusia 24 tahun. Saya sendiri dan teman-teman sebaya saya sudah dan akan berusia 17 tahun pada tahun depan—sehingga masuk kategori pemilih pemula.
Akan tetapi pada generasi saya, ada hal khusus karena Pilpres 2019 akan jadi pengalaman pertama bagi kami sebagai pemilih. Dengan kata lain kami dapat dikategorikan sebagai calon pemilih yang suaranya akan jadi rebutan berharga bagi kedua kubu. Salah satu sebabnya karena kami ini belum terkontaminasi sama kampanye Pilpres 2014 lalu.
Kenapa topik ini saya bahas sebenarnya sih ya sederhana saja alasannya. Jadi begini, pernah pada suatu malam saya membuat sebuah polling kecil-kecilan dari aplikasi Line di smartphone. Polling yang sederhana, pilih Joko Widodo atau Prabowo Subianto. Udah gitu doang.
Betapa terkejutnnya saya dengan hasilnya. Delapan dari sepuluh orang memilih Pak Jokowi, sisanya memilih untuk tidak menjawab. Tapi yang membuat saya lebih terkejut adalah tidak ada dari semua teman-teman saya yang memilih Pak Prabowo Subianto dalam polling tersebut. Waduh, kok bisa ya?
Tidak berhenti di situ, saya sangat sering melihat teman-teman saya memberi komentar di akun Instagram Pak Jokowi, seperti, “Dua periode ya, Pak!” atau “Ya Allah, lindungilah presidenku tercintaa!”. Padahal jelas-jelas Pilpres 2014 kemarin, mereka ini nggak milih lho.
Sering juga saya melihat teman-teman saya memposting kinerja Pak Jokowi di akun mereka masing-masing. Tapi, lagi-lagi saya tidak pernah melihat ada yang memberi komentar atau dukungan pada Pak Prabowo.
Dari hal di sekitar tersebut, barangkali anggapan bahwa Pak Prabowo kurang punya kedekatan emosional dengan anak muda seperti saya dan teman-teman saya benar adanya. Hal itulah yang mungkin bikin teman-teman saya, jadi tidak tertarik. Ini cukup beda dengan Pak Jokowi yang lebih punya gaya-gaya kekinian.
Selain itu, Pak Prabowo Subianto selalu saja membanggakan identitas militernya. Pakaian yang dipakai juga selalu tampak serius, gaya bicaranya juga terkesan spaneng. Buat anak-anak muda seperti saya dan teman-teman saya, penampilan kayak begitu malah jadi kelihatan serem gitu. Mengingatkan kami sama Guru BP kalau lagi disidang karena ketahuan cabut dari sekolah deh.
Jadi gini, Pak Prabowo. Biar Bapak juga diidolai remaja-remaja seperti kami, coba deh Pak Prabowo meniru beberapa gaya Pak Jokowi itu. Misalnya tidak sungkan mengenakan pakaian yang lebih luwes, kadang-kadang malah haipbis.
Saat bicara Pak Jokowi juga sering menyelipkan humor, jadi kesannya nggak galak gitu. Selain itu, Pak Jokowi juga update terus sama media sosial dalam kesehariannya. Baiklah, Pak Prabowo juga punya Facebook sama Twitter sih, tapi apa Pak Prabowo pernah kepikiran untuk bikin vlog kayak Pak Jokowi di Youtube?
Oke deh, meski kesannya sepele dan remeh, nyatanya teman-teman saya tertarik sama Pak Jokowi karena hal-hal seperti itu.
Nah, Pak Prabowo. Karena saya peduli sama Bapak, saya ingin kasih saran saya buat Pak Prabowo supaya panjenengan mampu menggaet suara kami. Ya syukur-syukur kalau usul ini mau dipakai silakan, nggak dipakai juga nggak apa-apa, toh saya juga nggak rugi apa-apa.
Pertama, coba ganti kuda impor Bapak dengan kuda sandalwood.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Pak Prabowo merupakan kolektor kuda-kuda mahal. Bahkan beberapa koleksi kuda Pak Prabowo Subianto bukan kuda sembarangan yang bisa dibeli di Indomaret atau Alfamart.
Berdasarkan informasi yang saya baca, kuda-kuda Pak Prabowo ada yang harganya mencapai Rp3 miliar. Harga semahal itu, bisa ditebak kalau itu bukan ras kuda lokal. Ya kali sekelas Pak Prabowo punya kuda murahan. Nah, meski begitu, Pak Prabowo barangkali bisa coba-coba pelihara kuda lokal, seperti kuda sumba atau biar lebih keren kita sebut saja kuda sandalwood.
Selain harganya yang jauh lebih murah, memelihara kuda sandalwood akan menjadi nilai plus di mata kami, para pemilih pemula. Lihat saja Pak Jokowi, dia kerap mempromosikan beberapa produk lokal. Seingat saya, pernah pada suatu momen Pak Jokowi memakai jaket denim ala Dilan yang di depannya dilukis peta Indonesia.
Sontak saja, jaket lukis buatan lokal itu langsung menjadi viral dan laku keras di pasaran. Begitu pula ketika Pak Jokowi memakai sepatu dari NAH Project, sepatu buatan anak muda dari Jawa Barat. Gara-gara hal-hal sepele kayak begitu, Pak Jokowi mendapat banjir pujian, terutama dari kami anak-anak muda ini. Karena ternyata Presiden mau pakai karya-karya anak-anak muda kayak kami ini.
Nah, siapa tahu ya kan, ketika Pak Prabowo merealisasikan untuk koleksi kuda sandalwood, bisa jadi hal itu malah memotivasi anak muda (terutama yang di Sumba) untuk terjun ke dunia ternak kuda.
Sama seperti aksi Pak Jokowi saat memakai produk lokal yang memancing motivasi kami untuk terjun ke dunia industri, jika Pak Prabowo melakukannya bisa jadi memancing anak-anak muda di Sumba sana jadi merasa keren ketika menunggang naik kuda sandalwood. Pak Prabowo Subianto saja pakai, masa kamu nggak?
Kedua, coba deh Pak Prabowo, sekali-kali main tiktok.
Mungkin sebagian orang menganggap aplikasi tiktok hanyalah sampah belaka—ya emang sih. Tapi hal lain terjadi apabila yang bermain tiktok adalah public figure seterkenal Pak Prabowo Subianto.
Jika ada tokoh publik sampai mau melakukan itu, apalagi beliau adalah tokoh politik, bisa jadi tokoh tersebut akan dianggap humoris dan asyik. Jika sudah begitu, tentu hal ini bakal jadi daya tarik bagi kami para pemilih pemula nanti.
Kita tentu masih ingat dengan megahnya Opening Ceremony Asian Games 2018. Saat itu Pak Jokowi melakukan goyang dayung, yang pada akhirnya oleh beberapa orang di-convert ke aplikasi tiktok. Bukannya dicaci, video tiktok tersebut malah viral dan banjir pujian. Malahan, boyband Super Junior melakukan dancing cover goyang dayung dari Pak Jokowi.
Ternyata, hal beginian tidak hanya dilakukan Pak Jokowi saja, melainkan juga sama Pak Jusuf Kalla (JK) ketika kedapatan pernah bermain tiktok. Awalnya yang bermain adalah cucu beliau yang masih kecil. Tiba-tiba muncul kakeknya dari balik pintu. Tanpa ada yang menduga, si kakek ikut-ikutan cucunya bermain tiktok. Lantas setelah itu, Pak JK dianganggap punya jiwa muda dan tentu menjadi nilai plus di mata kami.
Nah, untuk itulah Pak Prabowo, cobalah sekali-kali panjenengan juga bermain tiktok. Mungkin Pak Prabowo mau mencoba bergoyang dua jari sambil bernyanyi “A.. a… Aisyah jatuh cinta… pa… pa.. pada Jamilaah.”
Akan lebih lucu lagi kalau Pak Prabowo mengenakan helm, lalu setelah selesai bernyanyi, datang belasan timses yang ikut bersorak sama Pak Prabowo. Jika hal sederhana seperti itu bisa dilakukan, yakin saya, Pak Prabowo akan punya citra asyik dan ramah di mata kami para pemilih pemula Pilpres 2019.
Ketiga, buat channel Youtube lalu jadi vlogger.
Untuk tips yang ketiga ini akan menjadi tips yang spesial. Karena selain akan mendulang suara pemilih pemula, menjadi vlogger juga akan mendatangkan income dalam jumlah yang lumayan. Ya tentu hasilnya bakalan semacam kayak “uang rokok” saja sih buat Pak Prabowo.
Akan tetapi Pak Prabowo juga mesti ingat, Pak Jokowi bisa dekat dengan generasi kami ini ya karena beliau selalu menyempatkan diri bikin konten di Youtube di tengah-tengah kesibukannya sebagai Presiden.
Padahal, kalau mau dilihat-lihat lagi, sebenarnya sih isi kontennya biasa saja. Sebut saja saat Pak Jokowi nge-vlog kelahiran anak kambingnya. Mungkin bisa saja Pak Prabowo meniru, kayak bikin konten saat lahiran anak kuda-kuda koleksinya yang lucu-lucu—misalnya.
Lebih keren lagi kalau Pak Prabowo mau kolaborasi sama Youtuber-Youtuber kawakan lain. Sama Tretan Muslim dari Majelis Lucu Indonesia (MLI), Deddy Corbuzier, atau—mungkin—sama Kaesang Pengarep. Wah, yakin saya, Pak, pasti jebol itu servernya karena kebanyakan yang nonton kalau sampai usul ini mau dijabanin.
Sudah begitu Pak Prabowo juga akan dinilai sebagai sosok yang bersahabat. Ya iya kan? Sama anak calon presiden pihak lawan saja Pak Prabowo bisa bikin konten bareng. Pasti bakalan seru deh dipandang oleh generasi kami ini.
Sayangnya, apabila usul-usul saya itu baru dilakukan saat-saat ini, Pak Prabowo bisa jadi hanya akan dianggap sebagai pencitraan saja. Padahal gelar “Raja Pencitraan” kan sudah dimiliki oleh Pak Jokowi jauh-jauh hari. Ya, Pak Prabowo mana mungkin mau menikung gelar dari Pak Jokowi itu ya kan?
Tapi tenang aja deh, Pak Prabowo. Suara dari kami ini sebenarnya tidak menjamin kemenangan juga kok. Itu, lihat saja Donald Trump yang dibenci oleh kebanyakan Generasi Z, nyatanya tetap mampu menang dan menjadi Presiden Amerika Serikat.
Jadi gimana, Pak Prabowo? Tertarik nggak sama usulan saya?