Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Betapa Drastis Rasa Takut Bisa Mengubah Manusia

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
6 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Dalam satu peristiwa, perbuatan baik dibalas dengan kejahatan. Namun, yang melakukan kejahatan bukan sejak awal bermaksud demikian. Ia hanya merasa takut.

Di suatu malam yang pekat Nasrudin sedang berjalan hati-hati dengan tangan meraba ke depan karena takut menabrak sesuatu. Tiba-tiba ia mendengar suara dengkur dari bawah kakinya. Ia ketakutan dan berusaha lari dalam gelap. Namun, kakinya segera tersandung seonggok tubuh. Tak ayal ia jatuh dan terempas di atas tubuh sesorang yang sedang bernafas, tubuh yang ternyata seorang sufi.

“Siapa kamu?” tanya Nasruddin dengan degup jantung kencang karena masih ketakutan.

“Aku seorang darwis. Tempat gelap ini adalah tempatku berwirid dan mengamalkan amalan khusus. Ini adalah tempat khalwatku,” jawab si sufi.

“Sepertinya malam ini kamu harus berbagi tempat tidurmu denganku. Sejak mendengar suara dengkurmu, aku benar-benar ketakutan dan ketakutan itu telah mematikan akalku. Aku tak berani lagi melanjutkan perjalanan. Tolong izinkan aku tidur di sini bersamamu,” pinta Nasruddin.

“Ini ada selimut untukmu. Ambillah. Tidurlah di sini. Namun, ingat, jangan banyak bersuara. Menjelang larut malam biasanya aku bangun untuk salat malam dan berzikir. Aku tak ingin terganggu dalam malam munajat-munajatku,” jawab si sufi datar.

Keduanya tanpa banyak berkata lagi lalu sama-sama merebahkan tubuh. Namun, belum lama terlelap, Nasrudin bangun dan mengguncang-guncangkan tubuh si sufi.

“Aku haus, darwis,” kata Nasrudin.

“Pergilah dan berjalanlah pelan ke jalan setapak menurun menuju sungai. Tak jauh di belakangmu terdapat jalanan menurun menuju sungai. Minumlah dari sana.”

“Tapi, darwis, aku ketakutan. Aku tak berani pergi sendirian.”

“Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu. Aku akan pergi sendiri ke sungai, kamu cukup tunggu di sini.”

“Tidak, tidak. Jangan pergi sendiri. Jangan tinggalkan aku sendiri, darwis. Aku takut jika ditinggal.”

“Baik kalau begitu,” si darwis masih mencoba sabar, “ambillah belati ini. Benda ini akan sangat berguna untuk membela diri.”

Si darwis segera meninggalkan Nasrudin sendiri. Sementara si sufi pergi, Nasruddin benar-benar dilanda ketakutakan. Keringat dinginnya keluar. Sadar akan rasa takutnya yang sulit diatasi, ia kemudian menggerakkan dan menyabetkan belatinya, yang ia bayangkan sebagai serangan terhadap sosok yang akan menyerbunya dari arah yang tak jelas. Ia mengulang gerakan sabetan belati tersebut berkali-kali seolah-olah bisa mengatasi rasa cemas dan ketakutannya sendiri.

Iklan

Setelah beberapa saat si sufi telah kembali membawa air.

“Jangan bergerak, jangan mendekat! Atau aku akan menusukmu dengan belati ini!” kata Nasrudin tiba-tiba saat mendengar kerisik langkah kaki mendekatinya.

“Tapi, aku si darwis yang mengambilkanmu air. Katanya kamu haus.”

“Aku tak peduli siapa dirimu. Kamu bisa saja hanya mengaku-ngaku. Kau bisa jadi orang jahat dalam penyamaran. Belum lagi wajahmu tak terlalu terlihat jelas. Aku tak bisa mengenalimu.”

“Tapi, akulah yang mengambilkanmu air dengan menuruni sungai. Tidakkah kau ingat saat kau merasa haus?”

“Ah. Jangan berpura-puran dan berusaha mengambil hatiku. Aku tak butuh, laki-laki jahat!”

“Namun, ini kan tempatku, tidakkah kau ingat?”

“Masa bodoh. Kamu bisa mencari tempat lain. Selesai masalah.”

“Baiklah, aku mengalah. Namun, aku masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Bagaimana menjelaskan kejadian ini?” tanya si sufi.

“Aku bisa katakan padamu satu hal,” jelas Nasrudin, “Ketakutan itu mempunyai banyak arah dan pada dasarnya menyebar ke segala arah.”

“Ketakutan,” tambah Nasrudin, “adalah sebuah rasa yang lebih kuat daripada rasa haus, rasa sehat, dan rasa memiliki barang-barang. Dan kamu tak perlu merasa memiliki diri pribadimu untuk merasakan dan mengalami rasa ini.”

Sang sufi masih saja terbengong, belum beranjak meninggalkan tempatnya.

Disadur dan dikembangkan dari Idries Shah The Exploit of The Incomparable Mulla Nasrudin, 1983.

Baca edisi sebelumnya: Cerita tentang Pencuri Sandal di Masjid dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 6 Juni 2018 oleh

Tags: #hikayatcerita sufiidries shahnasruddinrasa takut
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Lebaran adalah Hari Kita Ikhlas dengan Keadaan Keluarga Kita

4 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Islam dan Kristen yang Terlihat Sama di Mata Orang Ambon

3 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Air adalah Salah Satu Alasan Islam Ada

2 Juni 2019
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Ketika Drama Panggung Voltaire Menghina Nabi Muhammad

1 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.