Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Prank Kombo dalam Isu Bantuan 2 Triliun dari Keluarga Akidi Tio feat Polda Sumsel

Kardono Setyorakhmadi oleh Kardono Setyorakhmadi
3 Agustus 2021
A A
meminta maaf
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Isu soal prank bantuan dari keluarga almarhum Akidi Tio sebanyak 2 triliun itu emang too-good-to-be-true. Etapi, kok endingnya begini?

Di Indonesia, memang banyak kejadian yang suka bikin warganya terpingkal. Mau itu awalnya diniatkan perkara serius atau bercanda, ya embuh, bodoamat, yang penting punchline aja dulu.

Dari pejabat negara yang berlomba-lomba nebeng beken dengan prestasi Greysia Polii dan Aprilia Rahayu yang raih medali emas Olimpiade Tokyo kemarin, sampai persoalan yang melibatkan duit bantuan Rp2 triliun.

Yak, hoaks duit 2 triliun, yang bahkan kita masih nggak paham-paham amat, ini yang hoaks yang manaaa seeeh, Cuk?

Buat kamu yang nggak ngikutin isunya, sini saya kasih review-nya sejenak.

Pada mulanya, ada pengusaha asal Langsa, Aceh Timur, bernama Akidi Tio, meninggal dunia. Kita mulai dari itu dulu ya. Sabar.

Nah, mendiang Akidi Tio ini merupakan pengusaha kontraktor, lalu diinfokan menghibahkan atau memberi bantuan untuk warga terdampak Covid-19 di Sumatra Selatan (Sumsel) sebanyak 2 triliun. Bantuan ini diserahkan oleh keluarga almarhum Akidi Tio di Mapolda Sumsel.

Kabar ini tentu bikin banyak orang terkejut. Bukan soal bantuannya, tapi soal jumlah bantuannya yang fantastis. Wajar kalau kemudian, Kapolda Sumsel sampai Gubernur Sumsel, pada saling berebut memuji keluarga Akidi Tio.

Acara penyerahan bantuan secara simbolis pun dilakukan di Mapolda Sumsel pada 26 Juli 2021. Ada foto-fotonya pula. Resmi.

Sampai kemudian muncul info dari hasil penyelidikan polisi sendiri, kalau bantuan itu cuma prank, cuma penipuan. Nggak ada duit sebanyak itu.

Bahkan Gubernur Sumsel yang tadinya memuji-muji, tiba-tiba jadi sewot. “Ini sudah bikin gaduh, harus ditindak tegas,” kata Herman Deru, Pak Gub Sumsel.

Situasi berikutnya kita tahu. Anak dari almarhum Akidi Tio, yakni Heriyanti alias Ahong, lantas ditetapkan sebagai tersangka. Heboh-lah itu satu Indonesia. Kehebohan itu bahkan sampai mengalahkan kehebohan kesuksesan ganda putri dapat medali emas Olimpiade.

Masalahnya adalah… prank ini belum juga berakhir, Sodara.

Udah viral begitu, tahu-tahu informasi itu diralat lagi. Diralat oleh Polda Sumsel sendiri pula.

Iklan

Jadi, ketika sebelumnya banyak netizen yang sudah nge-share dan bilang: “Tuh, donasi sebanyak itu prank saja,” dan para pengglorifikasi tersudut, kini situasinya berbalik lagi ke awal.

Tiba-tiba muncul penjelasan dari Kabid Humas Polda Sumsel Kombespol Supriadi yang menyatakan Ahong dari pihak keluarga almarhum Akidi Tio tidak ditetapkan sebagai tersangka. Uang sebanyak 2 triliun katanya juga masih ada.

Lah? Lah? Kok malah jadi kombo begini prank-nya?

Menetapkan Ahong sebagai tersangka saja sudah bermasalah, lah ini malah diralat. Terus, kalau duitnya bener nggak ada, dibalikkan jadi tersangka dong? Atau jangan-jangan, masih berharap duit 2 triliun itu ada dan jadi untuk disumbangkan?

Btw, gini lho. Itu duit nggak sedikit lho. Nyumbang duit segitu, berarti keluarga Akidi Tio itu bisa dibilang udah sekelas dengan Bill Gates, filantropis paling dermawan di muka Bumi dan orang terkaya kedua di planet ini.

Asal kamu tahu aja, tahun lalu, Bill Gates pernah menyumbang Rp 2,17 triliun untuk melakukan percepatan vaksinasi di seluruh dunia. Sekali lagi, di seluruh dunia! Artinya, kalau memang duit ada, duit sebesar itu tidak hanya berguna untuk Sumsel saja, tapi bisa untuk bantuan vaksin seluruh penduduk Indonesia lengkap dengan booster ketiganya.

Meski saya berharap beneran ada, tapi soal ini tidak ada hubungannya dengan harapan. Ini too good to be true. Saya tahu itu.

Ini seperti ramai-ramai soal duit Rp11 triliun yang hendak dibawa pulang melalui Legal Mutual Assistance dengan pemerintah Swiss yang belakangan tidak ada update perkembangannya.

Atau analogi yang paling sederhana dan paling jelek, ini seperti SMS atau pesan WhatsApp yang tiba-tiba masuk ke hapemu: “Anda memenangkan hadiah utama PT Telkomsel senilai Rp 35 juta. Silakan hubungi link ini.”

***

Nah, untuk ngomentari kasus yang lucu banget ini, ada baiknya kita runut saja dari awal. Bagaimana sih kegaduhan ini bermula?

Menurut cerita teman saya yang merupakan salah seorang jurnalis yang ikut hadir dalam acara tersebut, para jurnalis di hari itu tidak tahu apa-apa. Hanya dikumpulkan dan dibilang ada press release terkait donasi Covid-19 dari seorang pengusaha.

Berapa jumlahnya? Tidak tahu. Begitu kata petugas yang mengumpulkan.

Namun, jurnalis itu mengira bahwa jumlahnya pasti miliaran. Karena, yang melakukan press release sampai Kapolda Sumsel langsung. Ditemani oleh Gubernur dan Danrem. Ada Guru Besar Universitas Sriwijaya pula yang mengantarkan keluarga itu. Semuanya nama-nama besar.

Ketika beneran diumumkan sebesar 2 triliun, jurnalis yang di sana pada kaget semua (yaiyalaaah). Awalnya para wartawan skeptis, masak iya ada bantuan sampai 2 triliun, tapi mereka juga nggak tahu cara krosceknya bagaimana saat itu.

Apalagi, tidak ada wawancara langsung dengan keluarga penyumbang. Juga tidak dijelaskan teknisnya seperti apa. Hanya, pernyataan-pernyataan normatif.

Simak saja ucapan Gubernur Herman Deru saat usai press release pertama, “Kami bangga menerima bantuan ini dari keluarga almarhum Akidi Tio. Apalagi jumlah dana yang diberikan sangat besar mencapai Rp 2 triliun. Ini angka yang tidak sedikit.”

Pertanyaan adalah… jika kamu jurnalis, apa yang kamu lakukan? Tidak menulis beritanya dan berusaha melakukan verifikasi dulu? Wah, ya kamu pasti akan digantung redakturmu habis-habisan!

Tidak menulis berita panas, sementara kantor media lain pada menulis, adalah sebuah kesalahan besar dari jurnalis di lapangan.

Perkara verifikasi?

Lah, memangnya pernyataan Kapolda, Gubernur, Danrem masih kurang? Jika pernyataan mereka tak layak kutip, lalu siapa kalau begitu yang layak kutip? Lalu, sehebat apa jurnalis yang bisa melakukan verifikasi ke Otoritas Moneter dan melihat keuangan seseorang? Apakah itu mungkin dilakukan? Jelas tidak. Berita itu pun akhirnya ditulis.

Maka, menyebarlah berita tersebut. Di banyak media. Lengkap dengan foto para pejabat berpose di depan plakat simbolik bantuan 2 triliun. Semua orang Indonesia di pelosok pun jadi tahu.

Apalagi berita itu muncul dengan banyak link berita lengkap plus foto-foto seremoni penyerahan bantuan. Hal-hal itu bikin info bantuan 2 triliun ini pun jadi semakin meyakinkan.

Belum dengan buzzer-buzzer yang ikut menunggangi dengan memasukkan aneka pesan politis. Seperti: ini yang keturunan Tionghoa yang dituding-tuding sebagai aseng dan tak nasionalis (padahal siapa pula yang menuduh tudingan baheula macam itu!) mau berkorban untuk negara.

Atau, menghantam serampangan aksi donasi untuk Palestina (yang digebyah-uyah oleh para buzzerp sebagai kadrun). Tapi, cukuplah membahas soal buzzerp. Kerjaannya memang nggilani kayak gitu sih.

Dari kronologi di atas, maka bisa terlihat siapa sih yang bodoh. Dan, jelang ending-nya, Ahong dari keluarga mendiang Akidi Tio dijadikan tersangka, lalu kemudian diralat untuk kemudian disebutkan hanya menjadi saksi.

Kayak prank yang berlanjut dengan prank, dan kemungkinan ada prank lagi. Nggak cuma kombo, ini bisa jadi hattrick prank lho nanti.

Kapolda, Gubernur, dan segenap pejabat dan orang yang mengamplifikasinya seharusnya juga bertanggung jawab. Terutama jika setelah penyelidikan lanjutan, uang tersebut tidak ada.

Paling tidak, berani mengakui kesalahannya: tidak melakukan cek dan ricek terhadap donasi tersebut sebelum digelar press release ngundang wartawan dari mana-mana. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu rumit dilakukan, cuma membutuhkan jiwa ksatria yang amat besar.

Yang menarik ditunggu adalah… bagaimana exit plan dari kegaduhan ini?

Jika duitnya akhirnya ada, memang tidak masalah. Namun, ini seperti berharap BTS nyanyi lagu “Suci Dalam Debu”. Kemungkinan itu tetap ada, tapi ya begitulah. Kayak masih aneh aja.

Yang menarik ditunggu adalah… bagaimana jika duit itu beneran tidak ada?

Apakah kita diprank lagi dengan ralatnya ralat? Lantas menjadikan Ahong dari pihak keluarga almarhum Akidi Tio sebagai tersangka (yang itu tidak etis juga sebenarnya) karena yang nyebarin info palsu kan juga kena seharusnya?

Seharusnya.

Eh, bener begitu kan, Pak, pasalnya?


BACA JUGA Beberapa Hal yang Bikin Nge-prank Jadi Nggak Asyik Lagi dan tulisan Cak Kardono lainnya.

Terakhir diperbarui pada 3 Agustus 2021 oleh

Tags: 2 triliunAhongAkidi TioBill GatesCOVID-19gubernurjurnalisWartawan
Kardono Setyorakhmadi

Kardono Setyorakhmadi

Jurnalis spesialis aksi terorisme. Tinggal di Surabaya.

Artikel Terkait

Z sarjana ekonomi di Undip. MOJOK.CO
Kampus

Apesnya Punya Nama Aneh “Z”: Takut Ditodong Tiba-tiba Saat Kuliah, Kini Malah Jadi Anak Emas Dosen di Undip

27 November 2025
menulis di media, dahlan iskan.MOJOK.CO
Ragam

Menulis di Media adalah Cara Termudah Menjadi Terkenal dan Meninggalkan “Warisan”

17 April 2025
Jurnalis tolak rumah subsidi dari pemerintah karena warga dengan profesi lain juga butuh MOJOK.CO
Aktual

Jurnalis Tolak Rumah Subsidi dari Pemerintah: Warga Lain Juga Butuh, Kalau Mau Sejahterakan Jurnalis Bukan Gitu Caranya

16 April 2025
Misteri Kematian Jurnalis Udin yang Dibunuh Karena Berita Jasmerah Mojok
Video

Misteri Kematian Jurnalis Udin yang Dibunuh Karena Berita

13 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.