Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pemotongan Pohon di Jalan Kapten Haryadi Sleman yang Bikin Sedih

Saya baru tahu akan ada perbaikan jalan di Kapten Haryadi Sleman. Seperti juga sebelumnya terjadi di Jalan Gito-Gati, pohon di sana dipotong membuat sepanjang ruas jalan itu terik dan gersang.

Arman Dhani oleh Arman Dhani
23 Juni 2023
A A
Pemotongan Pohon di Jalan Kapten Haryadi Sleman yang Bikin Sedih MOJOK.CO

Ilustrasi Pemotongan Pohon di Jalan Kapten Haryadi Sleman yang Bikin Sedih. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Nggak tahu siapa yang punya ide ini, tapi dia jelas bukan pejalan kaki. Bukan pula orang yang naik sepeda, atau yang terpapar langsung dengan panasnya cahaya matahari dan suhu Jogja yang terus naik. Jika memang ini kebijakan Kabupaten Sleman, mohon diperiksa ulang. Tapi jika ini adalah jalan provinsi, ya lain cerita.

Kebijakan tentang pembangunan fasilitas publik di Sleman, entah jalan raya, pedestrian, atau layanan transportasi seringnya dibuat oleh orang yang tidak mengalami langsung kebijakan yang dia buat. Pelebaran jalan? Untuk siapa? Wisatawan? Lalu pejalan kaki? Warga lokal? Beserta mereka yang tiap hari berlalu lalang di jalanan itu apakah tidak dipikirkan?

Manfaat pohon yang acap dilupakan

Gini lho. Daun-daun pohon menangkap sinar matahari dan menyerap energi panas yang dihasilkannya. Hal ini mengurangi jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan jalan dan trotoar. Hasilnya, pemanasan langsung oleh sinar matahari akan berkurang. Kalau dipotong semua, bagaimana cahaya matahari itu akan diredam?

Nggak cuma itu, pohon-pohon di Jalan Kapten Haryadi Sleman memiliki kemampuan untuk menyerap sejumlah besar karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Dalam kota yang padat dan padat lalu lintas, pohon-pohon dapat membantu membersihkan udara dari polutan dan mengurangi jumlah CO2 di atmosfer, sehingga membantu mengurangi efek rumah kaca dan suhu udara yang tinggi.

Sleman, setelah pembangunan yang tanpa kontrol, perlahan menjadi kota kecil yang mengalami urban heat island effect. Permukaan jalan, gedung-gedung, dan beton yang dominan di Sleman dapat menyerap dan memancarkan panas, menyebabkan suhu di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan yang sejajar. Pohon-pohon di pinggir jalan memberikan perlindungan dari sinar matahari langsung, menciptakan bayangan dan mengurangi pemanasan permukaan, sehingga membantu mengurangi efek panas urban.

Selain itu pohon-pohon mengeluarkan uap air melalui proses transpirasi dari daun-daun mereka. Penguapan ini membantu mendinginkan lingkungan sekitarnya, serupa dengan efek pendinginan yang kita rasakan saat berkeringat. Ketika pohon-pohon di pinggir jalan menguapkan air, suhu di sekitarnya dapat menurun, menghasilkan efek pendinginan lokal.

Pembuat kebijakan yang nggak pernah merasakan kebijakannya sendiri

Sekarang, pohon yang sudah ditebang memang bisa ditanam lagi. Namun, untuk mencapai titik di mana mereka memberikan perlindungan dari sengat matahari butuh berapa belas tahun? Mengapa kita demikian terobsesi dengan pelebaran, pembangunan, dan proyek infrastruktur? Bisa nggak sih kita ambil jeda, nafas, ambegan buat sejenak menikmati apa yang ada?

Kapan sih pembuat kebijakan di Sleman itu terakhir kali naik transportasi publik? Jalan kaki di trotoar lalu terhalangi pedagang kaki lima? Kapan pembuat kebijakan harus jalan di jalan raya dan nyaris diserempet truk? Kapan pejabat penyusun kebijakan publik jalan lalu kepanasan disengat sinar matahari? Apa nggak sebaiknya sebelum ambil kebijakan coba dirasain dulu dampaknya?

Setidaknya, kalau nggak bisa menyediakan trotoar layak bagi pejalan kaki, bisa nggak sampean itu nggak usah motongin pohon rindang yang ada di jalan?

Penulis: Arman Dhani

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2023 oleh

Tags: Jalan Kapten HaryadiJalan Kapten Haryadi SlemanJogjasleman
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.