MOJOK.CO – Paus Leo XIV, sarjana Matematika, memilih “Leo” dikaitkan dengan periode kritis. Juga menyiratkan ketegasan dogma dalam dunia Katolik.
Asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistine. Lonceng Basilika Santo Petrus berebut lantang dengan sorak sorai umat Katolik. Satu jam kemudian, tabir balkon tengah basilika terbuka. Kemudian terdengar suara lantang penuh suka cita: Habemus Papam! Kita memiliki Paus baru!
Robert Francis Prevost muncul ke hadapan umat. Dia mengenakan stola merah maroon berhias emas. Zucchetto atau penutup kepalanya berwarna putih. Kini, dia tidak lagi disebut Kardinal Prevost. Dia memilih nama baru: Leo XIV. Nama yang akan digunakan selama masa baktinya sebagai Paus.
Paus Leo XIV bukan hanya jadi Paus baru ke-267. Beliau adalah Paus pertama dari Amerika Serikat. Dalam konklaf yang berlangsung hanya satu setengah hari, Paus Leo XIV yang terpilih. Menjabat sebagai gembala seluruh umat Katolik berikut dengan segala tantangannya.
Sarjana matematika dari Chicago
Robert Prevost lahir pada 14 September 1955 di sebuah keluarga multikultural. Ayahnya berdarah Prancis-Italia dan ibunya berdarah Spanyol. Sebelum mengambil jalan kaul kekal, dia adalah sarjana matematika dari Universitas Villanova.
Pada 1977, Prevost masuk ke dalam Ordo Santo Agustinus (O.S.A). Dia ditahbiskan sebagai imam pada 19 Juni 1982 di Roma. Selama perjalanannya dalam O.S.A, Prevost mendapat gelar Master of Divinity dan Doktoral dalam Hukum Kanon.
Semangat Agustinian dalam komunitas, interioristas, pengejaran kebenaran, dan persahabatan menjadi spirit Prevost. Semangat ini diwujudkan dalam pelayanannya sebagai imam. Terutama setelah mendapat misi misionaris ke Peru.
Misionaris dan uskup di Peru
Paus Leo XIV bergabung dengan sebuah misi dari ordo ke Chulucanas, Peru pada 1985. Namun, beliau kembali ke Chiclayo pada 1986 untuk menjadi direktur misi bagi ordo. Beliau kembali lagi ke Peru pada 1988 dan menghabiskan 2 dekade di negara tersebut. Fokusnya adalah keterlibatan dalam kelompok marginal dan terpinggirkan.
Misi Paus Leo XIV tidak hanya bermodalkan iman dan semangat. Tapi juga kemampuan multibahasa yang baik. Beliau menguasai Bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Portugis, Italia, Latin, serta Jerman.
Kemampuan bahasa ini membuat Paus Leo XIV dipercaya pada banyak posisi strategis gereja. Beliau akhirnya diangkat sebagai pemimpin O.S.A pada 2001-2013. Jabatan penting ini membuat Paus Leo rutin keliling dunia. Dia mengunjungi perwakilan komunitas Agustinian di 50 negara. Menginisiasi berbagai gerakan pelayanan sesuai dengan semangat Agustinian.
Pada 2014, Paus Fransiskus mengangkat Paus Leo XIV (yang dahulu bernama Prevost) sebagai Uskup Chicago pada 2014. Lalu, dia mendapat kewarganegaraan Peru pada 2015.
Ini sebuah kejadian langka bagi seorang uskup dan nantinya seorang Paus. Mirip dengan tantangan Bergoglio (nama kecil Paus Fransiskus), dia merawat umat yang termarginalkan dan rutin mengunjungi daerah miskin.
Salah satu ajakan Paus Leo XIV adalah menjaga humor dan sukacita. Persis seperti imbauan Paus Fransiskus pada biarawan, para imam, dan seluruh umat.
Baca halaman selanjutnya: Menanti gebrakan paus baru.
Gebrakan di dalam sistem gereja
Momen penting yang membuat Paus Leo XIV disorot dunia terjadi pada Januari 2023. Paus Fransiskus menunjuk Uskup Prevost sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup. Penunjukan ini sangat signifikan karena Paus Leo saat itu bukan bagian dari Kuria Roma, badan legislatif Gereja Katolik.
Paus Leo XIV menjadi bagian dalam reformasi Kuria Roma yang sangat progresif. Sejalan dengan kehendak Bapa Suci, dia juga melakukan reforma dalam kedudukannya. Yang paling signifikan adalah menambahkan tiga perempuan ke dalam badan pemungutan suara uskup. Badan ini yang nantinya akan merekomendasikan pencalonan uskup kepada Paus.
Penunjukan ini bukan hanya simbolis, tapi juga sesuai visi Paus Fransiskus akan keterbukaan dalam tata kelola gereja. Ini juga menjadi simbol nyata melawan klerikalisme. Sebuah sikap yang nantinya (mungkin) mewarnai kepemimpinan Prevost atau Paus Leo XIV.
Paus Leo XIV yang sentris-progresif
Ketika Paus Leo XIV terpilih, yang jadi sorotan adalah sikap di masa depan. Tentunya melihat dari kiprahnya sebagai kardinal serta posisi penting dalam gereja. Saya tidak bisa meramalkan bagaiman arah politik Paus Leo di kemudian hari. Tapi catatan ini mungkin membantu memberi gambaran.
Banyak yang memandang bahwa Paus Leo XIV punya ideologi yang sama dengan Paus Fransiskus. Baktinya dalam melayani kaum miskin dan penuh belas kasih menjadi benang merah antara keduanya. Salah satunya dalam kasus perceraian pasangan Katolik.
Dalam masa bakti terdahulu, Paus Leo XIV menunjukkan dukungan yang senada dengan Paus Fransiskus. Salah satunya dengan mendukung umat Katolik yang sudah bercerai tetap berhak menyambut Komuni Suci dalam situasi yang sudah tegas. Ini menjadi angin baru kepausan dan diharapkan dilanjutkan Paus Leo XIV.
Paus Leo XIV juga menolak klerikalisme. Sebuah paham yang membuat seorang uskup menjadi eksklusif dari umatnya. Beliau melakukan reforma yang mendorong uskup dipilih berdasarkan baktinya pada umat alih-alih “kemampuan bicara tanpa aksi nyata.”
Banyak pandangan Paus Leo XIV yang sejalan dengan Paus Fransiskus. Dari isu lingkungan, kemiskinan, dan imigran. Namun, beliau juga menunjukkan sikap konservatif. Terutama pada isu yang bersinggungan langsung dengan dogma Gereja Katolik.
Paus Leo XIV menunjukkan penolakan tegas terhadap isu imam perempuan. Beliau memandang penahbisan diakon perempuan bukan solusi terhadap isu menurunnya jumlah imam laki-laki.
Pada isu LGBTQ+, beliau juga menunjukkan sikap sentris. Beliau untuk menekankan interpretasi situasional untuk uskup lokal terhadap deklarasi Fiducia Supplicans. Sebuah deklarasi yang khususnya membahas berkat bagi pasangan sesama jenis.
Skandal pelecehan yang jadi bayang-bayang Paus Leo XIV
Paus Leo XIV juga tidak bersih dari skandal, yaitu skandal pelecehan seksual yang terjadi di Peru. Beliau, saat menjadi uskup dipandang menutup-nutupi proses penyelidikan skandal. Kritikus menilai adanya upaya pembungkaman serta mendorong penyelesaian kasus di luar Gereja.
Pihak Keuskupan Chiclayo membantah tudingan ini. Paus Leo XIV disebut telah melakukan strategi taktis baik secara hukum negara maupun Gereja. Terlebih karena posisi sebagai Prefek yang juga aktif dalam menguatkan metode pengusutan yang lebih terbuka dan melibatkan banyak pihak.
Tapi isu skandal ini masih santer terdengar. Bahkan saat memasuki periode konklaf, muncul tudingan penyogokan oleh pihak Keuskupan Peru kepada para saksi. Nama Prevost atau kini Paus Leo XIV kembali digunjingkan. Muncul paradoks perihal kasus ini dan posisinya yang aktif dalam membangun sistem penanganan pelecehan seksual dalam gereja.
Prevost memilih nama Paus Leo XIV
Mungkin skandal tadi akan jadi tantangan pertama Paus Leo XIV. Paus Fransiskus juga menghadapi polemik yang mirip pada masa awal jabatan. Tapi jika ditarik mundur, seluruh Paus modern mengalami tantangan di awal jabatan.
Yang menjadi pertanyaan bukanlah skandal semata. Bagaimana pelayanan Paus Leo XIV di masa mendatang? Bagaimanapun juga, Paus Fransiskus meninggalkan salib berat yang harus dipanggul. Termasuk gebrakan dan pemikiran yang kini menjadi wajah gereja modern.
Nama Leo yang dipilih mungkin menyiratkan bagaimana arah kepemimpinannya nanti. Dalam sejarah, Paus bernama Leo dikaitkan dengan periode kritis. Juga menyiratkan ketegasan dogma serta kekuatan diplomatis. Seperti Paus Leo Agung dan Paus Leo XIII.
Mungkin Prevost melihat situasi Gereja Katolik memerlukan kekuatan diplomatis yang kuat. Bisa juga beliau memandang Gereja perlu ketegasan dogma. Sangat mungkin Prevost menjadikan nama Leo sebagai semangat menyatukan Gereja yang sudah dia dengungkan. Serta mungkin-mungkin yang lain.
Kita hanya bisa menanti jawabannya. Apakah Paus Leo XIV akan menjadi sosok reformis sehebat Paus Fransiskus? Atau sosok konservatif yang menegaskan doktrin seperti Paus Benediktus XVI? Atau mengikuti jejak progresif seperti saat Paus Leo XIII melawan industrialisme?
Satu yang pasti. Paus baru sudah terpilih. Kehadiran Roh Kudus menuntun para kardinal menunjuk Prevost menjadi Bapa Suci. Paus Leo XIV telah memberikan berkat Urbi et Orbi. Sebagai umat, saya mendoakan kepemimpinan beliau. Jadilah gembala kami, dan jadilah pembawa kabar suka cita. Amin!
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Ciao, Paus Fransiskus! Mengenang Pembela Lingkungan, Gaza, dan Kaum Marginal dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.
