Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Open House dan Hal-Hal yang Nggak Kelar-Kelar

Saleh Abdullah oleh Saleh Abdullah
26 Juni 2017
A A
esai lebaran open house mojok

esai lebaran open house mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hari pertama Lebaran. Usai berkunjung ke rumah seorang sahabat, saya menaiki bus PPD ke arah Cililitan dari arah Pulo Gadung. Seperti orang yang sedang menuju masjid untuk tarawih, bus berjalan gontai. Sekira 30 tahun lalu itu, jalan tol di atas Jalan By Pass belum maujud. Di dekat jembatan Jatinegara, dua motor bersinggungan, Vespa dan Yamaha, lalu menggelinding ke bahu jalan. Dari dalam bus, saya melihat kedua pengendara itu berguling-guling di atas tanah.

Saya deg-degan menanti adegan selanjutnya. Bayangan saya, yang agak dikuasai film action, pastilah akan terjadi percekcokan bahkan mungkin perkelahian di antara mereka. Tiba-tiba, nyess …hati saya seperti diguyur air es di panas yang terik. Kedua orang itu saling mengampiri lalu bersalaman dan saling memegang bahu. Dari seberang jalan saya masih bisa melihat keduanya saling lempar senyum, dan mengguncang-guncangkan tangan dalam salam yang hangat.

Dalam hati saya berujar pelan: “Id mubarak ….”

Motor mereka tentu mengalami rusak-rusak kecil. Juga tubuh mereka, sangat mungkin ada luka-luka ringan. Tapi Lebaran, Idul Fitri ini, telah menjadi obat penyembuh paling manjur yang tidak dijual di apotek atau bengkel mana pun.

Peristiwa spontan itu melekat kuat dalam memori saya. Seperti prangko pos yang ditempel dengan lem Aibon. Gambar-gambarnya masih jelas sekali. Mungkin bagus juga kalau adegan itu direproduksi kru Mojok untuk Movi, dengan pemeran utama si kembar identik Prima Sulistya dan Agus Mulyadi.

Sekarang mari kita lihat tentang mewabahnya open house ketika Lebaran. Dari para elite kuasa di pusat hingga daerah, wabah menular itu merayap ke mana-mana, tanpa ada satu pun Puskesmas yang melakukan pemberantasan atau mengembangkan sistem peringatan dini.

Saya membandingkan dua hal itu seperti membandingkan FC Barcelona (peristiwa di atas) dengan Persikabo (open house). Sungguh sebuah usaha pembandingan yang bikin capek, dan berpotensi membatalkan puasa.

Peristiwa di atas, sumpah mampus, pasti tanpa rekayasa yang diurus oleh Event Organizer. Sementara sebuah open house, sering dicurigai pekat dan berlumur kepentingan. Coba kita lakukan penyidikan lebih jauh lagi, ya.

Di dalam open house, pada dasarnya, si elite: pertama, sedang mengakumulasikan kekuasaannya dengan menerima bejibunnya permintaan maaf dari rakyatnya. Rakyat yang harus datang dan minta maaf. Dan sang pemberi maaf, si penguasa itu, membuka senyum lebar-lebar sampai barisan giginya kering beberapa kali sambil menyodorkan tangannya, seolah memberi maaf dan ampun.

Dalam drama ini, yang salah adalah rakyat. Makanya saya gatel banget pengin ngusulin ke Fahri Hamzah agar memelopori pembentukan Hak Angket untuk memblejeti upacara-upacara open house kayak gini. Open house bisa jadi sarana pengukuhan anggapan bahwa penguasa tidak mungkin salah. The king can do no wrong! Ini menyayat-nyayat dan mendurjanakan akal sehat namanya.

Kedua, kenapa bukan si elite saja sih yang turba, blusukan, datang ke kampung-kampung minta maaf ke rakyatnya? Selain elitisme kekuasaan itu akan cair, dan insya Allah langsung longsor, saya jamin rakyat akan menyambut sambil sorak-sorak.

Dengan begitu, sebagai petugas partai, Ente nggak akan dianggap menyalahi mandat partai, bahkan akan semakin mendapat legitimasi sosial. Partai mana yang nggak ngeces ngiler sama dukungan populer, coba? Kecuali partai ganda campuran.

Ketiga, memberi maaf itu lebih mudah daripada meminta maaf. Ibaratnya, ya, Ente baru beli rokok sebungkus, terus tahu-tahu ada yang minta sebatang. Mudah, kan, untuk nyabut sebatang dan memberikannya? Bisa dilakukan sambil nerima tilpun atau balas pesan WA. Tapi coba Ente bayangin berada di posisi peminta. Pasti kagak mudah. Peminta bakal berada di antara sejumlah persoalan: mulut asem karena sudah pengin ngudud, mau beli rokok jauh atau pas lagi gak bawa duit. Mau minta ragu, bakal dikasih nggak ya? Jangan-jangan yang mau diminta bakal bilang: “Wah, rokok ana kebetulan tinggal sebatang, Gan.” Bisa malu, kan? Belum lagi, meminta itu sendiri kan bukan perkara gacel. Ada beban psikologis yang hanya bisa dilewati oleh pemudik nekad motor bebek, jalur Bekasi-Lamongan.

Jadi, menyadari diri salah, mengakuinya, dan dengan tulus minta maaf dan ampunan atas kesalahan itu, buat orang di posisi singgasana seperti Ente, mungkin bisa seperti akan melewati jembatan shirothul mustaqim. Semua bayangan kengerian ada di sana.

Iklan

Pengakuan akan kesalahan, buat yang susah menerimanya, mungkin akan dianggap bisa menjatuhkan harga diri dan wibawa. Padahal dengan melakukannya, Ente akan segera merasa plong, dan Ente akan benar-benar dianggap sebagai manusia beneran, bukan jurig atau jejadian lainnya.

Sementara bertahan menganggap diri tidak pernah melakukan kesalahan, atau bahkan menutup-nutupi kesalahan, sungguh akan menimbulkan kesan bahwa kadar keimanan Ente berada di level terendah, dan harga diri ente cuma di kisaran harga seribu tiga! Percaya deh, ana bisa ngomong begini setelah melewati 18 kali sesi konsultasi dengan psikolog selama hampir 2 tahun!

Tidak mau mengakui kesalahan mungkin bisa merupakan keputusan rasional, demi tidak goyahnya wibawa dan kuasa tadi. Masuk akal. Tapi, di situlah juga soalnya. Karena mata dan telinga jiwa bisa melihat, mendengar, dan memahami apa yang otak Ente tidak bisa lakukan. Otak Ente membangun beton-beton tinggi yang mengangkangi diri Ente. Beton-beton tinggi penghalang itulah yang diterabas oleh mata jiwamu, dan lalu mengajakmu untuk melihat dengan hati nurani. Kecuali kalo Ente anggap diri seperti payo-payo (memeden/orang-orangan di sawah).

Mendiang Bang Ben mungkin bercanda ketika bilang “Lu bikin salah di Betawi, kok minta maapnye di kampung lu?” Tapi menurut saya, ada hikmah di situ yang mengajak kita agar fokus pada kesalahan yang kita buat dan meminta maaf di tempat di mana kita melakukannya, dan kepada orang yang mengalami akibatnya secara langsung. Jangan ada tabir manipulasi di sana, hatta antum bungkus dengan argumen demi kesatuan nasional sekalipun.

Lalu apa artinya Idul Fitri? Itu artinya bukan balikan ke si Fitri yang udah ente mantanin itu. Bukan. Secara bahasa memang berarti “kembali ke keadaan fitri”, keadaan tanpa salah dan dosa. Mirip orok yang baru lahir. Tapi buat kita-kita yang sudah bangkotan ini, kembali jadi orok ya jelas ajaib dan mungkar dari kenyataan. Kalo mungkarnya kelamaan, bisa kena sweefing Ente.

Kembali ke keadaan fitri adalah membebaskan diri dari peran-peran akal yang sering dikacaukan oleh muslihat penepuk dada itu. Kembali ke jiwa yang rendah hati, tapi juga merdeka.

Yang kita perlukan adalah open heart atau open soul. Bukan open house yang berorientasi matre itu.

Terakhir diperbarui pada 26 Juni 2017 oleh

Tags: Fahri HamzahIdul FitriLebaranOpen House
Saleh Abdullah

Saleh Abdullah

Artikel Terkait

open house wali kota jogja.MOJOK.CO
Ragam

Open House, Cara Wali Kota Jogja Mendengarkan Keluhan Warga Secara Langsung: Tinggal Ambil Nomor Antrean dan Tunggu Giliran

23 Juni 2025
THR ludes, libur lebaran selesai, sementara gajian masih lama. Kembali ke perantauan dengan penuh keprihatinan MOJOK.CO
Ragam

THR Ludes sementara Gajian Masih Lama, Kembali ke Perantauan dengan Nelangsa dan Hidup dalam Keprihatinan

6 April 2025
Lebaran 2025 Lebaran Paling Aneh 10 Tahun Terakhir MOJOK.CO
Esai

Mudik Lebaran 2025 Terasa Aneh dan Berbeda: Penumpang Bus Sepi Hingga Pedagang Asongan Menghilang

4 April 2025
Menjadi tolol saat ada saudara pamer pencapaian di reuni keluarga ternyata menyenangkan MOJOK.CO
Catatan

Reuni Keluarga Jadi Ajang Saudara Pamer Pencapaian, Pura-pura Tolol sambil Menyimaknya Ternyata Menyenangkan

4 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.