Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Obituari Rinto Harahap: Muka Rambo, Hati Rinto

Alexander Arie oleh Alexander Arie
12 Februari 2015
A A
Obituari Rinto Harahap: Muka Rambo, Hati Rinto

Obituari Rinto Harahap: Muka Rambo, Hati Rinto

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Banjir di Jakarta belum surut ketika sebuah kabar duka datang bagi pecinta musik Indonesia. Tentu ini bukan sabotase—seperti kata Ahok, ini beneran kabar duka. Rinto Harahap meninggal dunia.

Sebagai anak dari Mamak Batak yang besar di era 70-an, sudah jelas bahwa saya termasuk kalangan balita yang dengan murni dan konsekuen mendengarkan lagu-lagu Opung Rinto Harahap, di sela-sela Bondan yang mengejar lumba-lumba dan Agnes Monica yang asyik ber-tralala-trilili. Sembari asyik membungkus es mambo supaya dapat tambahan uang jajan, saya dengan tekun mendengarkan Bila Kau Seorang Diri, Gelas-Gelas Kaca, dan lagu-lagu lain yang diputar oleh Mamak via tape butut yang baru bisa menyala sesudah kabelnya diisolasi.

Bagaimanapun saya masih bersyukur bahwa kontaminasi lagu di masa silam tidak sepelik sekarang, ketika selimut tetangga menjadi aspek krusial yang harus dicerna dalam sebuah lagu. Memang, pemuda masa kini yang terlalu banyak bergoyang dumang mungkin sudah tidak mengerti siapa itu Rinto Harahap. Mereka hanya tahu jargon ‘Muka Rambo, Hati Rinto’ untuk menyebut lelaki bermuka keras dengan hati lembut (kayak saya).

Entah bagaimana, nama Rinto kemudian begitu melekat dengan keadaan mellow. Dan entah bagaimana juga, beberapa Mamak yang sepantaran Mamak saya memberi nama Rinto kepada anaknya. Nama Rinto memang terlanjur identik dengan mellow dan galau. Tapi bagi saya, Rinto Harahap sukses membuat mellownya tampak menjadi galau nan berkelas—dengan lirik-lirik yang merona. Karya Opung Rinto macam gelas kaca di hotel berbintang, benar-benar tampak mewah.

Bercita-cita jadi dokter, disuruh menjadi pendeta, Opung Rinto jelas menjelma sebuah contoh nyata bahwa cita-cita, arahan orangtua, dan lantas jalan hidup tidak bisa selalu sejalan. Begitu banyak orangtua meminta anaknya yang jomblo untuk menjadi PNS, meskipun anaknya adalah seorang penulis berbakat yang sering masuk Mojok dot co (kayak saya lagi).

Opung Rinto sukses memaknai jalur hidupnya sendiri, via musik. Adapun Sang Ayah yang tadinya menyuruh menjadi pendeta, diabadikan ke dalam sebuah lagu legenda berjudul Ayah. Yah, walaupun pemuda kekinian mungkin lebih paham lagu Ayah yang dinyanyikan oleh Ariel Noah sebelum ketemu Sophia Latjuba. Semua orang secara sadar maupun tidak pasti mengakui bahwa lagu itu adalah masterpiece, tapi sedikit sekali yang tahu bahwa Opung Rinto penciptanya.

Lagu-lagu Opung Rinto mengalun di bus ALS (Antar Lintas Sumatera), di travel ke Sibolga, di tempat-tempat DVD bajakan—yang ironisnya dimiliki oleh sesama Halak Hita (Orang Batak), hingga di tempat karaoke terkemuka. Orang-orang mendengarkan lagu Opung Rinto tanpa tahu bahwa dia kena stroke, lebih dari 10 tahun yang lalu. Mereka tetap meng-copy file mp3 lagu Benci Tapi Rindu tanpa tahu bahwa otak yang dulu berjasa membuat lagu itu sedang serapuh gelas-gelas kaca keadaannya.

Opung Rinto juga produser yang berhasil. Beliau yang mengorbitkan nama Nia Daniati dan Christine Panjaitan. Kalau saja Nia Daniati tidak pernah dipoles Opung Rinto, boleh jadi kita tidak akan pernah mengenal Farhat Abbas begitu dalam.

Opung Rinto jelas adalah kebanggaan bagi Halak Hita. Menurut supir angkot asli Batak di Bandung, masihlah lebih bangga mendengar lagu galau milik Halak Hita, daripada mendengar orang yang semarga ditangkap KPK. Kalau saja Opung Rinto sempat membaca Mojok, mungkin dia akan senyum-senyum sendiri membaca tulisan tentang rokok di sini. Dalam buku Gelas-Gelas Kaca, Opung Rinto sendiri bilang bahwa larangan merokok bukanlah hal yang menyiksa, karena toh sedari lama sudah dia kurangi, paling ngebulnya hanya pada saat nongkrong saja.

Sebagai cucu pemilik pakter tuak pertama di kota Padang Sidempuan, yang sudah kenal tuak dan sering disuruh beli rokok ke warung saat masih balita, saya sangat memahami konsen dari Opung Rinto perihal rokok untuk pergaulan itu.

Selamat jalan, Opung. Mauliate! Titip salam buat Opung saya, ya…

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2017 oleh

Tags: Muka Rambo Hati RintoObituariRinto Harahap
Alexander Arie

Alexander Arie

Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta. Asli Bukittinggi.

Artikel Terkait

timbul raharjo mojok.co
Kilas

Prof. Timbul Raharjo, Rektor ISI yang Selalu Kedepankan Kreativitas Itu Telah Berpulang

6 September 2023
djoko pekik mojok.co
Kilas

Maestro Lukis ‘Berburu Celeng’ Djoko Pekik Meninggal Dunia

12 Agustus 2023
nirwan ahmad arsuka mojok.co
Kilas

Duka atas Berpulangnya Nirwan Ahmad Arsuka, Tokoh Literasi Penggagas Pustaka Bergerak

8 Agustus 2023
jemek supardi mojok.co
Kilas

Legenda Pantomim Jemek Supardi akan Diistirahatkan di Makam Seniman Imogiri

17 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.