Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

Megawati berharap pelajaran sejarah bisa meningkatkan jiwa patriotisme bangsa.

Yosef Kelik oleh Yosef Kelik
15 Januari 2022
0
A A
Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

Ilustrasi Megawati (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Keluhan Megawati soal pelajaran sejarah di sekolah tak keliru. Namanya anak, pasti ingin perjuangan bapaknya semakin dikenang semua orang.

“Sejarah perjuangan harus, harus, harus, harus, harus, harus masuk ke dalam pelajaran di pendidikan kita. Harus, harus, harus, harus, harus diceritakan oleh para orang tua kita. Tidak ada yang lain.”

Kata “harus” yang muncul dalam kutipan di atas memang benar berjumlah sebelas.

Itu bukan typo saat mengetik tulisan ini. Bukan pula semacam kegagapan dari sosok yang saya cuplik ucapannya karena yang bersangkutan gugup pas bicara. Lha yang saya cuplik kutipannya ini Megawati Sukarnoputri lho.

Kata-kata Megawati tadi tepatnya saya kutip dari antara pidatonya dalam momen HUT ke-49 PDI Perjuangan. Kanal YouTube PDI Perjuangan menyiarkannya secara langsung pada Senin, 10 Januari 2022.

Sebagai salah seorang politisi paling senior yang sudah jadi ketua umum partai politik hampir 30 tahun, urusan pidato tentulah urusan mendarah-daging sehari-hari. Saya sih yakin bahwa berpidato bagi Megawati adalah segampang kita meracik teh panas bermodal teh celup, menyeduh kopi sasetan, atau memasak mie instan.

Baca Juga:

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023

Megawati, Nugroho, dan Fuad

Pengulangan “harus” sampai sebanyak sebelas kali itu tentu wujud penekanan secara hiperbolis oleh Megawati atas wacana yang diusungnya. Pada pidatonya pada 10 Januari lalu, Megawati kurang lebihnya sempat berkeluh kesah tentang bentuk pengajaran di pelajaran sejarah di sekolah sejauh ini.

Megawati menganggap pengajaran soal sejarah di sekolah masih kurang optimal dalam membentuk ingatan kolektif yang kuat tentang perjuangan para pahlawan dalam menghadirkan kemerdekaan.

Jika Nugroho Notosusanto masih hidup dan mendengar pidato Megawati, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1983-1985 sekaligus sejarawan pemilik pangkat tituler militer Brigjen TNI ini rasanya bakal tersenyum.

Guru besar sejarah Universitas Indonesia (UI) yang pernah lama menjabat Kepala Pusat Sejarah ABRI tersebut pada 1984 pernah meluncurkan kebijakan tentang memasukkan sebentuk pengajaran sejarah yang pernah diidealkan bakal menghasilkan generasi muda berpemahaman patriotik.

Pengajaran sejarah ala Nugroho tersebut bertitel PSPB. Singkatan empat huruf tadi tepatnya memiliki nama panjang “Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa”.

Nah, PSPB versi racikan awal Nugroho segera memantik kontroversi serta memancing gelombang kritik. Kegaduhannya kian membesar begitu Nugroho meninggal di tengah masa jabatannya sebagai Mendikbud.

Jika disimpulkan kontroversi PSPB racikan awal Nugroho terangkum dalam empat hal utama.

Pertama, materi ajarnya memuat tudingan miring bahwa Sukarno menerima komisi-komisi dari perusahaan-perusahaan asing hingga jutaan dolar dan itu disimpan di berbagai bank di luar negeri.

Kedua, start linimasa sejarah yang dipilihkan oleh Nugroho adalah sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Ketiga, bobot pengajaran PSPB yang terasa condong sekali ke perjuangan bersenjata.

Keempat, pengajaran PSPB cenderun tumpang tindih dengan pengajaran Sejarah Nasional, Pendidikan Moral Pancasila, hingga materi-materi Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Hal-hal kontroversial dari PSPB tadi diperbaiki dengan berbagai langkah kebijakan Mendikbud yang menggantikan Nugroho, yakni Fuad Hassan.

Start linimasa sejarah yang diajarkan dalam PSPB diubah menjadi sejak kedatangan bangsa-bangsa Asing, bukan lagi sebatas berstart dari Proklamasi 17 Agustus 1945. Bagian tudingan miring terhadap Sukarno dihilangkan pula dari materi ajar.

Selengkapnya perihal kontroversi PSPB ala Nugroho sang sejarawan militer antara lain diuraikan oleh MF Mukthi dalam tulisannya yang berjudul “Skandal PSPB” yang diunggah oleh Historia pada 31 Desember 2018.

PSPB yang diinisiasi Nugroho Notosusanto dan banyak diperbaiki Fuad Hassan nyatanya hanya menjadi pelajaran sekolah bagi siswa-siswa Indonesia selama 10 tahun, yakni 1984-1994. Begitu masuk ke masa jabatan Mendikbud Wardiman Djojonegoro, PSPB pun dileburkan ke pelajaran Sejarah Nasional.

Ini kurang lebih berbarengan dengan perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional dari Kurikulum 1984 ke Kurikulum 1994.

Neo-PSPB 

Namun, lepas dari soal kontroversinya selama dirumuskan dan diinisiasi oleh Nugroho Notosusanto maupun selama diteruskan penerapannya oleh Fuad Hassan, saya secara pribadi bukan pihak yang benar-benar kontra dengan bentuk pengajaran sejarah semacam PSPB.

Keluh kesah Megawati soal pengajaran sejarah di sekolah yang diharapkannya lebih dapat meningkatkan patriotisme menurut saya ya sebenarnya tidak benar-benar keliru. Memang sih beberapa orang mungkin akan mengkhawatirkan keluh kesah Megawati pada 10 Januari lalu itu sebagai bagian upaya untuk menambah dosis kultus terhadap Sukarno, ayahnya.

Secara pribadi, saya mengidamkan apa yang boleh saya sebut sebagai Neo-PSPB. Ini adalah semacam versi PSPB yang ideal versi saya. Sudah tak sedangkal yang dirumuskan Nugroho Notosusanto. Lebih baik dari versi perbaikan oleh Fuad Hassan. Tentu saja juga tak cuma berisi kultus terhadap satu-dua tokoh tertentu.

Saya membayangkan Neo-PSPB versi saya adalah sebuah pelajaran yang materinya mampu menjadi komplemen bagi Pelajaran Kewarganegaraan maupun Pelajaran Agama. Ini karena sejarah kan sebenarnya berisikan peristiwa-peristiwa nyata yang bisa menjadi teladan para siswa.

Harapannya para siswa yang belajar Pelajaran Kewarganegaraan dapat menemukan contoh-contoh nyata perilaku hidup mulia dari keunggulan karakter para tokoh sejarah. Ini karena di saat beriringan ada pelajaran sejarah yang isinya meng-highlight perjalanan hidup tokoh-tokoh besar bangsa dengan perilaku-perilaku terpuji mereka.

Yang belajar Pelajaran Agama pun selain menebal pengetahuan agama dan keimanannya pun tetap dapat menjadi sosok-sosok toleran. Ini karena secara beriringan ada pelajaran sejarah yang mampu menunjukkan bahwa tokoh-tokoh besar bangsa ternyata berasal dari berbagai latar belakang agama dan mereka itu bersedia saling bekerja sama.

Saya pun membayangkan Neo-PSPB versi saya dapat pula menjadi semacam pelajaran pengenal dasar-dasar logika secara runtut. Lagi-lagi menggunakan contoh-contoh nyata peristiwa faktual dalam perjalanan sejarah bangsa.

Apa bayangan saya tentang Neo-PSPB yang ideal ini adalah semacam utopia? Sepertinya sih iya.

Apalagi kalau ketua dewan pengarah tim riset nasional juga beliaunya. Ibu suri tauladan bagi kita semua.

BACA JUGA Jurnal Ibu Mega yang Teliti Diri Sendiri Adalah Oase bagi Mahasiswa dan tulisan Yosef Kelik lainnya.

Penulis: Yosef Kelik

Editor: Ahmad Khadafi

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2022 oleh

Tags: jurnalMahasiswaMegawatipelajaran sejarahpenelitiansejarahsejarahwan
Yosef Kelik

Yosef Kelik

Periset di suatu museum swasta sejak 2013, juga peracik nama bayi dan jenama usaha sejak 2019.

Artikel Terkait

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO
Geliat Warga

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co
Pendidikan

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co
Pendidikan

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
dkv mojok.co
Pendidikan

7 PTN yang Punya Jurusan DKV Paling Diminati

21 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Yahya, Superhero dari Purworejo yang selamtkan siswa tenggelam

Yahya, Superhero dari Purworejo yang Berharap Punya Kage Bunshin No Jutsu

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

Menjawab Keluhan Megawati terhadap Pengajaran Sejarah di Sekolah

15 Januari 2022
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Ngaji Cinta Dan Patah Hati Bareng Fahruddin Faiz

Ngaji Cinta Dan Patah Hati Bareng Fahruddin Faiz

25 Maret 2023
kuliah politik di masjid

Jadwal Kuliah Umum Masjid Kampus UGM Selama Ramadan, Intens Bahas Politik

25 Maret 2023
rekomendasi 5 drakor politik

Rekomendasi 5 Drakor Bertema Politik, Cocok Buat Maraton Nunggu Buka Puasa!

25 Maret 2023
ciuman saat puasa mojok.co

Hukum Mencium Pasangan saat Puasa, Bikin Batal?

25 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
Ketum PP, Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan komentar terkait larangan bukber pejabat di UMY, Jumat (24/03/2023). MOJOK.CO

Kata Ketua PP Muhammadiyah tentang Larangan Bukber Pejabat dan ASN

25 Maret 2023
Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In