Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Menjadikan Perbedaan dalam Beragama sebagai Inspirasi ala Romo Bagus

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
30 Desember 2020
A A
perbedaan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Perbedaan adalah keniscayaan, ia tidak seharusnya memisahkan.

“Melalui Kementerian Agama ini, saya ingin menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi,” begitu kata Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama kita yang baru saat memberikan sambutan dalam acara serah terima jabatan Menteri Agama di Kantor Kementerian Agama beberapa waktu yang lewat.

Pernyataannya tersebut, tak bisa tidak, langsung melemparkan ingatan saya kepada sosok Romo Bagus. Beliau adalah salah satu dosen favorit saya di UIN Sunan Kalijaga. Seorang pendeta yang mengajar tentang kekristenan.

Bagi saya, pemosisian agama sebagai inspirasi dan bukannya aspirasi benar-benar sudah dicontohkan dengan gamblang oleh Romo Bagus.

Kehadirannya di kelas selalu membuat saya, dan mungkin para mahasiswanya yang lain senantiasa bergairah. Salah satu yang membuat sosoknya menarik di mata saya adalah keterbukaannya atas setiap pertanyaan. “Tidak ada pertanyaan yang buruk,” katanya setiap kali berada di kelas.

Romo Bagus tidak sedang berbasa-basi. Semua mahasiswa muslimnya dipersilakan bertanya apa saja tanpa perlu merasa sungkan, pakewuh atau takut menyinggung hal-hal yang dianggap sensitif. Semua pertanyaan, bahkan yang kadang terdengar konyol, disambut dengan hormat dan gembira.

Romo Bagus lulusan Harvard dan pernah bertugas ke sejumlah negara. Wawasannya luas, pengalamannya kaya, dan mungkin karena sebab itu pula ia jenaka. Ini penting saya utarakan, sebab sebagaimana kata Gus Baha’, orang yang memberi pengajaran tapi tidak bisa melucu bisa jadi karena pengetahuannya masih sedikit sehingga tidak bisa rileks.

Seingat saya, beliau hampir bisa membalas setiap pertanyaan dengan jawaban yang membuat kami tertawa. Pernah ada teman yang bertanya mengapa, seperti para romo lain, Romo Bagus tidak menikah? Dengan mimik memelas, beliau menjawab, “Saya sih inginnya diperbolehkan.” Jawabannya yang terdengar polos dan getir itu tentu membuat kami semua langsung tertawa.

Ketika tawa kami reda, beliau kemudian memberikan tinjauan tentang adanya aturan mengapa para romo tidak boleh menikah dari berbagai segi baik sejarah, spiritual, manajerial maupun sosial. Beliau juga memberi informasi tentang beragamnya aturan kehidupan para romo dari berbagai belahan dunia. Di sejumlah negara atau aliran, ada juga romo yang diperbolehkan menikah.

Kami mangut-mangut. Tentu saja ada banyak sekali perkara kekristenan yang kami tidak tahu. Jangankan tentang Kristen yang secara default memang tidak pernah kami pelajari sebelumnya, tentang Islam sendiri saja pengetahuan kami masih sangat minim.

Jika minimnya pengetahuan tentang Islam saja mampu membuat kita kadang gontok-gontokan dengan sesama penganut agama, bisa dibayangkan bagaimana jadinya sikap kita terhadap orang lain yang pengetahuan kita atas mereka sering kali berdasarkan asumsi.

Kehadiran orang-orang yang kompeten tentang sebuah tradisi seperti Romo Bagus di ruang-ruang kelas seperti di UIN, karenanya, menjadi penting. Penjelasan mereka memberikan pemahaman yang lebih autentik tentang tradisi mereka. Sebab sebagai muslim, kami umumnya mengenal agama Kristen dari sumber-sumber yang ditulis oleh orang muslim, yang bukan tidak mungkin, ada bias dan reduksi dalam kadar yang tidak sedikit.

Yang lebih penting lagi dari kehadiran Romo Bagus adalah metodenya. Ia tidak hanya sibuk menjelaskan teori, melainkan juga mengajak untuk praktik. Beliau mengundang para mahasiswanya untuk hadir ke gereja dan berjumpa dengan komunitas Kristen agar kami bisa menyaksikan secara langsung bagaimana sebuah agama dihidupi dan dihayati oleh pemeluknya.

Dengan cara seperti inilah kami tidak hanya dijejali dengan informasi tentang agama lain, tapi juga didorong untuk mengalami perjumpaan dan merasakan pengalaman tubuh bersama para penganutnya.

Iklan

Kita mengenal lebih dalam tentang apa yang mereka hormati sehingga kita sebagai orang luar tidak bermain-main dengannya. Kita pun bisa saling menjaga.

Melalui perjumpaan itu pula kami belajar tentang agama bukan hanya sebagai sistem kepercayaan yang impersonal, tapi juga sebagai agama dengan wajah manusia, wajah dari kerabat dekat kita, tetangga kita, dan saudara sebangsa.

Agama menjadi sesuatu yang tidak melulu berurusan dengan keyakinan teologis, tapi juga kehangatan dengan sesama manusia.

Perbedaan pun tidak lagi terasa membahayakan. Bahkan mungkin terasa indah. Seperti yang saya rasakan ketika seorang tetangga saya yang Kristen mengantar cucunya yang muslim datang ke TPQ tempat saya ikut mengajar sambil berkata, “Titip cucu saya ya, Mas Zaid.”

Pengenalan dan pemahaman atas tradisi orang lain juga membuka ruang yang makin lebar bagi keramahan teologis. Perjumpaan membuat mata batin kita terbuka sehingga kita mudah menerima orang lain, empatik, dan menghargai sesama dengan segala perbedaannya. “Orang buta tidak punya imajinasi,” kata Maulana Jalaluddin Rumi. Dan, kita tahu, orang yang tanpa imajinasi hanya (mau) tahu satu pengertian.

Perjumpaan juga memungkinkan adanya komunikasi yang lebih baik sehingga dapat terhindar dari kesalahpahaman dan saling curiga.

Saya ingat salah satu cerita dari Romo Bagus. Ketika pulang dari tugas di Timur Tengah, beliau membawa kaligrafi ‘Abana’ (Bapa kami) sebagai oleh-oleh, yang isinya tentang pujian dan doa kepada Yesus. Kaligrafi itu lalu dipacak di ruang kerjanya.

Suatu hari, seorang jemaatnya melihat hiasan itu. Didorong oleh perasaan galau akhirnya dengan hati-hati jemaat itu memberanikan diri bertanya kepada beliau, “Maaf, Romo, apakah sekarang Romo jadi mualaf?”

BACA JUGA Di Desa Saya, Panggilan Orang Tua ‘Bapak-Emak’ atau ‘Papi-Mami’ Adalah Bahan Ghibah yang Gurih dan tulisan Zaid Sudi lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2020 oleh

Tags: Islamperbedaanromo
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid
Video

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid

30 Maret 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen
Video

Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen

3 Agustus 2024
mahasiswa surabaya kuliah di iran.MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Asal Surabaya Nekat Kuliah di Iran, Rasakan Negara yang Dicap “Mengerikan” Ternyata Membuat Nyaman, Hidup Sebulan Modal 500 Ribu

30 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.