MOJOK.CO – Extravaganza yang tayang media 2000-an sukses jadi hiburan ampuh malam Minggu. Ya tapi acara ini cukup jadi kenangan sih. Kalau tayang sekarang mah pasti banyak diprotes, hehehe.
Banyak orang, ya netizen sih sebenarnya, kangen dengan Minggu pagi jaman dulu. Minggu pagi yang dipenuhi dengan kartun-kartun menarik di televisi. Persetan dengan olahraga pagi, mulai dari jam 7 pagi hingga pertengahan hari, duduk manis di depan TV tinggal pilih mau Indosiar atau RCTI. Dari anime Jepang macam Doraemon, Hamtaro, Digimon, hingga serial Amerika Serikat macam Power Rangers (yang aslinya dari Jepang juga sih). Hingga kemudian keceriaan itu kadang kala harus sirna kala pertandingan tinju kok ya pas lagi jadwalnya. Lalu remote seketika sudah dikuasai bapakmu dan kamu hanya bisa mengutuk kenapa pertandingan tinju di Amerika sana bertepatan dengan Minggu pagi di sini.
Begitu yang sering muncul jadi meme-meme berseliweran di jagad media sosial. Kadang juga kalau males bikin meme ya tinggal upload jadwal acara TV Minggu pagi jaman dulu lalu dikasih caption, “Apa kamu nggak kangen?” atau “Masa-masa keemasan”. Persis kayak penghamba Orba kalau lagi kangen-kangennya. Eh….
Tapi selain Minggu pagi, ada lagi sih hari tertentu yang saya kangenin, yakni Sabtu malam alias malam Minggu. Bukan karena itu waktu yang sering digunakan untuk pacaran, toh saya nggak punya pacar hiks. Tapi karena saat SD, sekitar kelas 5, malam Minggu adalah saat ketika saya biasa bersiap membuat mi instan jam setengah 7 malam untuk kemudian disantap sambil menonton acara komedi fenomenal Extravaganza di Trans TV.
Pertama kali tayang pada 2004, Extravaganza merupakan salah satu acara komedi sketsa disiarkan Trans TV setiap Sabtu jam 19.00 WIB. Kata Wikipedia sih pernah tayang Senin dan Jumat juga, tapi saya ingatnya tiap hari Sabtu. Wajar hari Sabtu dipilih karena memang acara ini berkiblat pada acara komedi terkenal di Amerika sana, yakni Saturday Night Live (SNL).
Extravaganza diprakarsai Wishnutama dan presenter terkenal Muhammad Farhan. Casting utamanya awal-awal diisi Tora Sudiro, Indra Birowo, Virnie Ismail, Rony Dozer, Tike Priyatnakusumah, Ronal Surapradja, dan yang paling ikonik saat itu, Aming. Hingga kemudian saya ingat betul ada seleksi untuk casting tambahan dan yang terpilih adalah Omesh, Ence Bagus, Sogi Indra Dhuaja, Mieke Amalia, dan TJ. Setelah itu juga ada cast tambahan tapi saya nggak ingat-ingat amat. Ada pula versi Extravaganza ABG yang isinya Raffi Ahmad, Nia Ramadani, Olga Syahputra, Fitri Tropica, dan artis-artis muda lain saat itu tapi saya juga nggak ingat-ingat amat. Setelah generasi awal Extravaganza mulai bubar juga ada New Extravaganza tapi ya seperti yang sudah Anda duga, saya nggak ingat-ingat amat. Ini kalau ada yang kelewat tolong dikomen ya, karena saya nggak… (dikeplak editor).
Jadi mari fokus ke Extravaganza generasi awal saja.
Ngomongin soal Extravaganza, yang terlintas paling awal-wal-wal di pikiran ya Aming. Sosok Aming di Extravaganza ini memang begitu fenomenal dan ikonik. Saya nggak pernah lupa betapa ngekek dan bengeknya ibu saya dulu tiap kali Aming nongol apalagi ketika berperan jadi banci. Aktingnya begitu total, eksentrik, dan konyol. Kalau kata Om Indro, setiap penampilan Aming pasti kompor gas. Kalau soal episode favorit Aming seingat saya sketsanya tentang parodi acara pencarian bakat dan Aming joget gitu. Sayangnya di YouTube saya cari nggak ada. Tapi malah ketemu episode-episode lain yang nggak kalah bikin bengek. Misal pas Aming berperan jadi Cinta dalam parodi AADC, baru nongol dan ngomong dikit aja langsung ngakak. Atau pas Aming jadi Anggun dan ngasih tanda ketek alih-alih tanda tangan. Pecaaah! Saking ikoniknya Aming jadi banci, bahkan sempat dibuatkan karakter khusus, yakni Pinky Boy. Seperti namanya, tampilan Aming menjadi serba-jambon dengan wig keriting warna pink pula.
Episode lain yang saya suka adalah ketika Tora, Indra, dan Ronal menjadi trio kakek-kakek genit. Dari nama genit, sudah jelas bahwa humor yang diangkat menjurus ke arah senggol-senggol seksual. Padahal ya saya dulu nontonnya pas SD, ada orang tua juga. Tapi kok ya nggak dilarang ya sama orang tua pas lihat humor beginian hahaha. Mana beberapa humor aslinya saya baru paham setelah SMP lagi. Hehe.
Khusus penampilan trio ini, favorit saya adalah ketika kakek-kakek genit ini menggoda seorang suster yang diperankan Tamara Bleszynski. TAMAAR BLESZYNSKI, GAESSS! ANAK ‘90-AN MANA YANG KEDIP LIHAT MBAK TAMARA! Sungguh itu episode yang bikin ketawa tapi sambil melek. Sayang, episode ini juga belum diunggah di YouTube. Saya sih nggak ingat gimana humornya, tapi mungkin nggak diunggah karena ada humor yang sekarang jadi sensitif kali ya.
Selayaknya SNL yang juga sering bikin parodi film, Extravaganza juga sering bikin parodi tidak hanya film, tetapi juga acara terkenal lain. Salah satu favorit saya adalah “Berpacu dengan Muladi” yang dipandu oleh Ronal, parodi dari “Berpacu dalam Melodi”. Kalau Anda pernah lihat kuis TTS-nya Cak Lontong, ya parodi ini mirip-miriplah, cuma bedanya di tebak lagu. Kalau soal jawaban ngaco dan bikin kesel mah sama aja. Misalnya nada awal lagu “Sephia” Sheila on 7, eh kok pas ditebak salah dan pas dipanjangin jadi lagu “Begadang”-nya Rhoma Irama. Buat yang kangen bisa tuh cek di YouTube ada beberapa. Hehe.
Betewe, karena nama agak mirip, apa Mojok nggak pengin gitu bikin parodi “Berpacu dengan Mulyadi”? Tapi entar pasti lagunya lagu dangdut semua, hahaha.
Ketika melihat kembali beberapa episode yang diunggah Trans TV ke Youtube, saya rasa ada beberapa alasan yang membuat humor Extravaganza disenangi banyak orang kala itu. Pertama, ekspresif. Meski Aming terkenal paling ekspresif, pemain lain sejatinya juga punya ekspresi yang tak kalah ciamik ketika berakting. Jadi komedi yang ditampilkan tidak cuma skrip kata dan gerak-gerik, tetapi juga mimik muka. Ini yang mungkin sering terlupa bahwa komedi adalah urusan komunikasi juga. Kalau bisa disampaikan dengan baik, komedi jelas akan semakin nendang lucunya.
Kedua, celetukan spontan. Tora dan Indra sih yang biasanya mengucapkan celetukan spontan yang tidak ada di skrip. Pada beberapa momen misalnya Tora lupa skrip namun tidak panik dan asal nyeletuk justru jadi poin bagus yang membuat komedinya terasa lebih mengalir dan tidak dibuat-buat.
Ketiga, soal tema yang diangkat. Selain parodi, sketsa yang dimainkan mengambil tema yang biasa ditemui di masyarakat. Ya soal preman lah, soal keluarga lah, soal politik lah. Bahkan soal obrolan pria di toilet. Hal-hal yang begitu nyambung dengan kehidupan sehari-hari penonton. Selain itu sketsa dikemas dalam jangka waktu tertentu sehingga nggak bertele-tele seperti acara sketsa-sketsa komedi pasca-Extravaganza.
Duh, jadi makin kangen nih malem Minggu di depan TV nonton Extravaganza alih-alih galau soal asmara atau malah bingung dengan keruwetan Ikatan Cinta. Tapi apalah daya, televisi sekarang tampaknya tak lagi tertarik bikin acara komedi sketsa lagi. Lha gimana, lihat kelakuan politisi dalam negeri saja sudah kayak komedi. Ngapain pula bikin acara yang ngabisin uang produksi akhirnya malah rugi kalau ada politisi yang rela nggak dibayar tapi bikin kita tertawa geli? Halah halah.
BACA JUGA Tiga Acara Televisi yang Harus Ditonton Jokowi dan Prabowo dan esai Oktavolama Akbar Budi Santosa lainnya.