Selain wujud Nyi Roro Kidul dan siapa ayah Upin-Ipin, satu lagi sosok misterius di Indonesia: Wahyu Setiaji.
Kata Pak Kivlan Zen, Wahyu Setiaji adalah pemimpin 15 juta umat PKI. Keren deh. Sebuah partai dipimpin oleh seorang tokoh yang, jangankan jembutnya, wajahnya pun kita nggak tahu. Sebuah keanehan di era politik yang dominasi faktor visual-empirik.
Memangnya Wahyu Setiaji ini vokalis Slipknot yang bersembunyi di balik topeng, atau dia meniru jejak Subcomandante Marcos, pentolan pemberontak EZLN? Entahlah. Kamerad Wahyu riwayat hidupnya juga misterius, segelap riwayat  Sensei Ganari. Siapa lagi ini? Perkenalkan, beliau guru kelasnya Nobita. Masih ingat gaya rambutnya, kan? Oke, lupakan saja. Kita fokus ke Kamerad Wahyu.
Pertama. Wajah belio. Sampai detik ini saya selalu berimajinasi bagaimana wajah Kawan Wahyu ini. Apakah bercambang ala Surya Paloh, berkumis kayak Che Guevara, berkepala plontos dengan jambul aneh macam Mario Ballotelli, atau dia punya muka mirip Gogon Srimulat?
Saya kira hanya Tuhan Yang Maha Esa serta Pak Kivlan Zein yang tahu wajah sebenarnya sang imam besar umat PKI yang jumlahnya 7 juta 15 juta ini. Termasuk bagaimana gestur dan ekspresi Bung Wahyu saat ngempet berak di dalam bus yang terjebak macet, misalnya. Hanya Pak Kivlan yang betul-betul paham.
Jadi, lupakan soal raut muka Kamerad Wahyu. Kita tidak akan pernah tahu wajah pimpinan PKI milenial ini. Belio terlampau agung untuk sekadar narsis menampakkan fotonya dan telalu remeh untuk dipasang sebagai wallpaper hape.
Kedua. Latar belakang. Karena soal wajah saja belio malu-malu kuda sehingga enggan berfoto, apalagi soal riwayat pendidikan, orangtua, pacar, nama mantan, hingga apakah belio mengidolakan Raisa atau Chelsea Islan. Kita juga nggak bakalan tahu.
Toh, ini urusan remah-remah. Sama sekali tidak termasuk aktivitas yang progresif, revolusioner, dan memihak “oeroesan rakjat” maupun “kaoem proletar”.
Intinya, belio tetap (ingin) misterius sebagaimana masa muda Tan Malaka. Sebab, misterius itu seksi dan identik dengan mitos. Sedangkan mitos ini potensial untuk dijadikan bahan baku glorifikasi diri, seperti Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Nah, saya fadlizon husnuzon, Kamerad Wahyu sengaja menikmati kemisteriusan ini.
Saya kira, Pak Jokowi juga harus membuat sandiwara nasional berhadiah sepeda mini dengan syarat bisa mengimajinasikan wajah Kamerad Wahyu. Mengapa diimajinasikan? Karena … ya itu tadi, selama ini hanya Gusti Allah dan Pak Kivlan Zen yang tahu betul bentuk mata, hidung, alis hingga pipi Kamerad Wahyu. Mustahil merekonstruksi wajahnya dengan cara dibuatkan sketsa maupun karikatur.
Ketiga. Jumlah massa. Kabarnya sih, Kamerad Wahyu ini dengan canggih bisa menghimpun 15 juta anggota. Sekali lagi, 15 juta, Sodara. Bayangkan, kota kelahiran saya, Jember, saat ini penduduknya mencapai 3 juta kepala. Ini berarti Kamerad Wahyu bisa menghimpun pengikut lima kali lipat.
Perhitungan lainnya, Kawan Wahyu mampu menyamai rekor Om Prabowo Subianto yang dengan Gerindranya bisa merekrut nyaris 15 juta pemilih dalam Pemilu 2014 silam. Om Prabs sudah ngabisin banyak duwit dan waktu, eh tiba-tiba disamai rekornya oleh orang yang penampakannya saja nggak jelas. Apa ini nggak termasuk nggiyapleki?
Saya kira Om Prabs wajib tersinggung. Saran saya, kalau Kamerad Wahyu sudah ketemu, dia wajib dihukum dengan mencium pantat kuda stallion milik Om Prabs.
Selain mengancam popularitas Om Prabs, jelas Kamerad Wahyu dengan 15 juta umat ini melampaui pencapaian Aksi 212 yang konon pesertanya 7 juta orang. Ini berarti apabila ada tawuran massal, Alumni 212 yang tentu saja anti-kuminis akan remuk digebuk 15 juta umat Kamerad Wahyu. Tapi soal jadi nggaknya tawuran ini ya mungkin Pak Kivlan yang tahu, sebab soal begini beliau itu jagonya. Wong melobi Abu Sayyaf saja beres kok, apalagi hanya urusan beginian.
Oke, saya kira sudah cukup.
Kalau saya ngoceh terus soal Kamerad Wahyu, saya khawatir nanti belio jadi lebih populer dari Nyi Roro Kidul. Kalau ini terjadi, bisa berbahaya, bisa-bisa belio nggak misterius lagi. Padahal saya berencana mengajukan proposal keajaiban Kamerad Wahyu ini ke Jaya Suprana sebagai “Tokoh Paling Misterius se-Indonesia”.